Sabtu, 23 April 2011

Sunyi

Kemarin duka menggelayut di cakrawala...

gelap datang seketika

pertanda semesta turut berduka.

Kemarin tangis memecah kepiluan..

tetes demi tetes air hujan jatuh ke pangkuan bumi

dalam sebuah gerak yang konstan...

betapa langit dan bumi pedih tak tertahankan

menyaksikan Dia yang tertikam karena pemberontakan kita

Dia memikul kesesangsaraan kita

Dia diremukkan karena kejahatan kita

Dia dianiaya...

Dia ditindas...

Dia dipermalukan...

demi membela sebuah perjuangan pada dasar yang paling bawah dari semua derita dan hinaan

pada inti dari segala tragedi...

dan hari ini semesta bungkam dalam kesunyian paling memilukan di dalam sejarah manusia...

kesunyian yang merasuk ke dalam jiwa

karena hari ini Dia tidak lagi di sini...

kesunyian yang paling menyayat hati...

karena Allah pun memilih untuk diam...

Pesona bunga padang dan cericip burung...

tak lagi memukau...

sebab kesunyian itu meliputi segala abad dan tempat...

betapa hari ini Juruselamat itu diam di dalam kesunyian...

 

 

 

 

 

 

Refleksi Pribadi Sabtu Sunyi

Y.Defrita R.

Darmo Satelit, 23 April 2011

 

l

Tidak ada komentar:

Posting Komentar