Senin, 04 April 2011

Bertanya pada Tuhan

Malam hari ini saya terhenyak dengan sebuah pertanyaan yang begitu saja terlintas dalam benak saya. Pertanyaan ini sungguh mengusik saya belakangan ini. Entah mau saya sedang istirahat atau sedang melakukan aktivitas, pertanyaan ini akan terus menggelayut. Pertanyaan itu adalah, "Tuhan, mau apa dari hidupku?". Bagi teman-teman saya entah yang sedang menimba ilmu atau sudah purna menimba ilmu di padepokan Theologia pasti langsung berkomentar, "Waduh...teologis banget pertanyaanmu." atau, "Hadehh..kok mandan filosofis pisan pertanyaanmu." Saya tidak menggolongkan pertanyaan saya dalam kategori pertanyaan teologis atau kategori pertanyaan filosofis. Saya hanya sedang resah dengan pertanyaan itu. Resah yang saya rasakan bukan resah yang beraura negatif. Tetapi resah yang membuat saya setiap saat membisik di hati "Tuhan, Tuhan mau apa dari saya?" Resah yang membuat saya tercenung. Resah yang membuat saya bahagia. 
Barangkali Anda berpikir bahwa saya ini penuh dengan paradoks, resah ya resah saja, ndak usah pakai resah yang ini dan itu. Tetapi bukankah hidup kita memang paradoks dan tidak pernah linier?! Saya akan menceritakan soal resah saya yang paradoksal itu. Dalam perjalanan hidup saya selama 24 tahun tak bisa dipungkiri ada begitu banyak kebaikan Tuhan yang saya alami. Bahkan bisa dibilang dalam setiap tarikan dan hembusah nafas saya, ada kebaikan Tuhan di sana. Ada begitu banyak berkat yang Tuhan sudah berikan pada saya, bahkan ketika saya tidak meminta, Tuhan beri...baik banget kan?! Dan dengan semua kebaikan Tuhan yang ada dalam hidup saya, saya kadang-kadang jadi lupa nanya Tuhan maunya apa karena selama ini yang sering saya lakukan adalah "Maunya saya yang terjadi...keinginan saya yang terwujud...kebahagiaan saya yang harus terlaksana." Saya lupa nanya pada Sang Pemberi Berkat. Saya lupa bertanya apa yang menjadi keinginan dari Sang Pemberi berkat yaitu Tuhan. Kita permudah ya, misalnya saja Tuhan memberi kita 3 berkat..kita berikan 3. Yang kita berikan ini bisa macem-macem, bisa nyanyi di gereja, ikut persekutuan, doa, baca Alkitab, dan berbuat baik ke semua orang. Lalu Tuhan berikan lagi berkat ke empat dan ke lima... tapi yang kita berikan ya tetap 3 itu saja.
Nah, yang membuat resah adalah "Sejauh mana sich saya ini sudah mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan?", "Sejauh mana sich pelayanan saya ini untuk kebaikan orang banyak dan setiap pujian yang saya terima itu untuk kemuliaan Tuhan?" jangan-jangan itu semua justru untuk kemuliaan diri saya sendiri. Jangan-jangan selama ini saya hidup sudah mengabaikan apa maunya Tuhan karena saya berpikir Tuhan sudah tahu segalanya tentang saya. Bingung ya? Saya pakai contoh ya. Teman Peziarahan Hidup saya suka nonton LIGA INGGRIS dan LIGA CHAMPION, apalagi kalau pas klub favoritnya yaitu CHELSEA main, dari sore dia akan bilang begini, "Schat, nta malem ada bola. Chelsea Schat...aku nonton ya." Kalau sudah pakai pengumuman begitu, artinya jam telepon dimajukan dan dipersingkat. Atau seperti beberapa waktu yang lalu saat TIMNAS INDONESIA berhadapan dengan TIMNAS MALAYSIA, pas dia berlibur di tempat keluarga saya, dari pagi bahkan, dia bilang, "Schat, ntar ada bola lho...aku nonton ya..." Saya tidak pernah bermasalah kalau dia mau nonton bola. Karena kalau di rumah, ada televisi di ruang tengah yang biasa dia pakai untuk nonton bola, sedangkan saya nonton acara lain atau film di kamar. Biasanya berjalan seperti itu. Tetapi suatu ketika saat saya ada di Jogjakarta, waktu itu hari minggu. Dia berkata, "Schat, ntar malem ada bola, Chelsea yang main. aku mau nonton." Saya jawab, "Ok..ndak masalah..ntar mampir supermarket cari cemilanmu itu." Dia menjawab, "Ndak Schat, aku ndak minta cemilan buat nonton bola. Tapi aku minta kamu nemenin aku nonton bola." Wah, saya tidak pernah kepikir dia akan meminta saya menemani dia nonton bola karena saya ini bukan perempuan penggila bola. See, kecenderungan manusia itu adalah memikiran yang disukai dan memikirkan apa yang biasa dipikirkan. Sulit bagi manusia untuk memikirkan apa yang tidak disukai dan memikirkan apa yang tidak biasa dipikirkan. Dan di dalam keresahan pertanyaan saya "Tuhan, Tuhan mau apa dari hidup saya?" adalah pergumulah untuk memikirkan apa tidak disukai dan tidak biasa dipikirkan. Sungguh, pertanyaan ini membuat saya bergumul dengan Tuhan tentang apa kehendak Tuhan pada hidup saya. Dan saya belum tahu jawabnya. Bisa besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, entah kapan akan terjawab tetapi saya akan tetap berusaha mempergumulkan pertanyaan itu dan berusaha memberikan yang terbaik dari hidup saya...



Y.Defrita R.

1 komentar:

  1. "Tuhan, Tuhan mau apa dari hidup saya?"

    Tuhan jawab: "Menurutmu?"

    *hadahhh...

    BalasHapus