Selasa, 20 April 2010

Parodi Warna Warni Hidup

Hidup tidak pernah terbentuk dari satu warna saja.

Hidup tidak pernah terdiri dari satu elemen..

Hidup tak pernah sesederhana permainan puzzle…

Hidup ini dijalin dari setiap perjumpaan…

Setiap cerita…

Setiap pengalaman…

Setiap tawa dan tangis…

Inilah warna-warni hidup.

Jangan pernah berharap mengubahnya menjadi monokromatik.

Warna warni yang dihujat sebagian orang bukanlah ancaman…

Warna warni ini adalah mozaik kehidupan…

Biarkan saja ada warna kuning…merah…putih…coklat…jingga dan putih…

Bahkan aneka warna lainnya…

Tapi sekali lagi hidup penuh warna juga tidak semudah dugaanmu…

Warna-warni ini kadangkala beradu untuk menjadi yang paling berwarna…

Sikut sana dan sini…

Tendang sana dan sini…

Lupa akan eksistensi dan esensi warna yang lainnya….

Itulah hidup.

Tak pernah bergerak dalam satu garis lurus namun berupa lapisan-lapisan garis yang saling memotong atau tumpang tindih….sekali lagi ku katakan itulah hidup.

Hari ini bisa jadi kau disebut penolong…

Namun besok bisa jadi kau membunuh…

Membunuh karakter orang lain…

Membunuh sumber hidup orang lain…

Inilah parodi warna warni hidup.

Hari ini para menteri mendapat mobil mewah…

Tapi di sudut negeri ini ada sekolah yang nyaris terbelah…

Inilah paradoks warna warni hidup.

sebagian mendesah....mengerang...meratapi ketidakadilan,

sebagian lagi hanya berani mengintip takut-takut menatap wajah garang ketidakadilan.

inilah kenyataan hidup kawan!

inilah parodi warna-warni hidup.....






Yohana Defrita Rufikasari
(celoteh sore di serambi Vihara Mendut, awal 2010)

Balada Negeri Lupa

BALADA NEGERI LUPA

Aku lupa

Kamu lupa…

Dia lupa…

Kita lupa…

Tak apa, tokh ini memang negeri lupa.

Tak masalah siapa yang lupa siapa dan apa.

Lupa…lupa…lupa…

Semua orang lupa.

Lupa akan hak orang lain.

Lupa akan derita pilu orang lain.

Lupa akan teriak pedih orang lain.

Lupa mana yang benar dan mana yang salah.

Lupa mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Lupa mana yang harus diusut supaya tak makin kusut.

Lupa mendengarkan suara nurani.

Benar-benar lupa…

Lupa yang terus dibudidayakan.

Lupa yang merembes di setiap otak.

Lupa yang terlanjur dianggap wajar dan sah.

Benar-benar lupa…

Tak masalah kalau kau lupa berbaju,

Sebab mereka memang lebih suka telanjang

dan memamerkan apa yang harus ditutupi,

tetapi menutupi apa yang harus dibuka.

Tak masalah kalau kau lupa urusan mana yang harus didahulukan,

Sebab mereka juga lebih mementingkan diri sendiri.

Tak masalah kalau kau lupa cara memperlakukan orang lain,

sebab dehumanisasi adalah salah satu ciri khas tempat ini.

Kawan, jangan heran…

Ini memang negeri lupa.

Dimana lupa menjadi kebiasaan…

Lupa menjadi alasan…

Lupa menjadi hiasan…

Kawan, hati-hati…

Kau sedang ada di negeri lupa,

Lupa…lupa…lupa..lupa…

Aku lupa…

Kamu lupa…

Dia lupa…

Kita lupa…

Orang-orang lupa!!!

***



Yohana Defrita Rufikasari

Yogyakarta, 16 April 2010 (04:59 PM)


Kamis, 15 April 2010

















ini sebagian kecil dari kegiatan refreshing yang saya lakukan di antara padatnya lalu lintas kegiatan. memang bukan sebuah karya profesional, tapi toh kehadirannya menyegarkan mata dan jiwa saya....monggo dinikmati....