Minggu, 15 Juli 2012

HOPE

Harapan. Apa yan ada di benak Anda ketika saya munculkan kata HARAPAN? Apakah seketika ju6a Anda membuka kotak yan6 selama ini menyimpan se6udan harapan-harapan Anda? Atau justru Anda merasa terte6un menden6arnya karena in6at akan harapan-harapan Anda yan kemban6 kempis? Oran6-oran6 di sekitar kita banyak yan bicara soal HARAPAN. Memotivasi kita untuk berani berharap. Seolah-olah harapan dan berharap itu sesuatu yan6 mudah adanya. Padahal tidak semua oran beran66apan bahwa berharap itu mudah. Men6apa?

Kita hidup di dunia yan6 sudah terlanjur dijejali den6an konsep bahwa hidup itu yan pasti-pasti aja deh, syukur kalau bisa cepat men6apa musti menun66u lama  apala6i belum pasti. Kita yan terbiasa hidup di jaman seperti ini tentu saja men6an66ap berharap seba6ai tindakan "palin6 akhir" yan6 palin6 mun6kin kita kerjakan. Dan biasanya disertai oleh perasaan tidak sabar, cemas dan seterusnya. Belum la6i kalau yang terjadi diluar dari harapan kita, kita cenderun6 "trauma" untuk berharap. Lihatlah bahwa berharap itu menjadi sesuatu yan tidak la6i mudah. Tidak la6i sederhana seperti perkataan kebanyakan oran6.

Hope1

Ba6i saya untuk berharap dibutuhkan keberanian. Kok keberanian? ya, untuk berharap saya dan Anda butuh  keberanian memeluk ketidakpastian justru ketika saya dan Anda hidup dalam dunia yan6 selalu menuntut kepastian. Berharap menuntut saya dan Anda untuk berani melan6kahkan kaki sekalipun tidak tahu besok bagaimana. Berharap menuntut saya dan Anda untuk berani MEN66ANTUN6KAN HIDUP kepada pemeliharaan San6 Sumber Kehidupan yang selalu punya banyak cara untuk menunjukkan belas kasih-Nya.Dan berharap mendoron6 saya dan Anda untuk terus menyusuri jalan kehidupan ini den6an se6ala macam ketidakmen6ertian kita akan nasib kita sendiri.

Hope2
Inilah yang menarik dari kehidupan kita, bahwa kita diberi kesempatan untuk berharap dan harapan itu masih ada kalau saya dan Anda tidak pernah lelah mengasah keberanian untuk terus berharap. Sepahit apapun kehidupan saya dan Anda, kita semua masih punya kesempatan untuk berani berharap. Seberat apapun beban kehidupan yang ada di pundak saya dan Anda saat ini, kita semua masih diberi kesempatan untuk menyusurinya dengan berani karena suluh harapan itu masih menyala.

Sadar atau tidak, sesulit apapun kita memahami makna berharap yang kontekstual dengan hidup kita saat ini, keberanian untuk menyusuri lorong-lorong ketidakpastian hidup dimungkinkan karena suluh harapan kita belum padam, jangan padam!

 

 

Hope3

 

 

Wonosobo, 15 Juli 2012

Y. Defrita R.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar