Sabtu, 10 Maret 2012

Hidup sebagai Orang yang Dipanggil Allah

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4


I Korintus 7:17-24

Peserta menyadari bahwa Allah terutama mengharapkan perubahan hati bukan perubahan status lahiriah ketika seseorang menjadi Kristen dan peserta bersedia menjawab panggilan itu dengan ketaatan, pengabdian dan penyerahan diri total kepada Kristus.

 

Ada orang yang memang sejak dari kecil sudah menjadi Kristen, ada pula yang baru setelah dewasa menjadi Kristen, dan ada pula yang sejak dari kecil sudah menerima warisan iman kristen namun baru benar2 menghayati kekristenannya pada waktu dewasa. Apapun situasinya kira-kira apa sich  yang dirasakan berubah ketika menjadi orang Kristen?sharingkanlah….

Di dalam buku nyanyian Pelengkap Kidung Jemaat nomor 239, Rufus H. Mc Daniel  (1850-1940) menorehkan sebuah lagu berjudul”What a wonderful change/ since Jesus came into my heart  yang oleh Yamuger diterjemahkan menjadi “Perubahan Besar”

Perubahan besar di kehidupanku sejak Yesus di hatiku

Di jiwaku bersinar terang yang cerlang sejak Yesus di hatiku

Reff:

Sejak Yesus di hatiku, sejak Yesus di hatiku

Jiwaku bergemar bagai ombak besar sejak Yesus di hatiku

 

Aku tobat kembali ke jalan benar sejak Yesus di hatiku

Dan dosaku dihapus jiwaku segar sejak Yesus di hatiku

 

Aku rindu pergi ke tempat Tuhanku sejak Yesus di hatiku

Aku riang gembira berjalan terus sejak Yesus di hatiku

Rufus adalah seorang pendeta asal Ohio dan melayani di Christian Church Disciples of Christ. Lagu ini dia buat pada tahun 1914 ketika ia dan istrinya Margaret Dragoo kehilangan seorang anak mereka yang bernama Herschel. Lirik lagu ini kemudian digubah oleh Charles H. Gabriel dan pada tahun berikutnya diperdengarkan pada sebuah kebaktian “Billy Sunday”. Dan pada saat yang sama ada seorang polisi bernama Fowler mengikuti kebaktian tersebut dan kemudian ia memutuskan untuk menerima dan mengikut Yesus. Belakangan “perubahan ajaib” yang terjadi pada Fowler adalah ratusan rekannya sesama polisi datang dan menerima Kristus dalam hidup mereka dan keluarga mereka.

Di dalam lagu tersebut nyata termaktub sebuah pengakuan bahwa ada perubahan dalam hidupnya ketika ia membiarkan Yesus menguasai hatinya. Dikatakan bahwa jiwanya bersinar terang, jiwanya bergemar bagai ombak besar, jiwanya segar, dan ia riang gembira berjalan terus menapaki kehidupan ini bersama dengan Yesus yang bertahta di hatinya. Kalau kita amati maka perubahan besar yang dimaksudkan oleh si pembuat lagu bukanlah sebuah perubahan lahiriah yang sifatnya permukaan saja tetapi sebuah perubahan yang bermula dari hati, bersumber pada jiwa terdalam seseorang yang jiwanya disentuh oleh kasih Yesus.

Celakanya, perubahan besar yang dipahami oleh jemaat Korintus sungguh berlainan dengan penulis lagu di atas. Jemaat Korintus rupa-rupanya menghayati perubahan yang terjadi adalah perubahan status pernikahan, perubahan dalam aspek keagamaan dan aspek sosial. Maka dalam rangka inilah dan baru di dalam surat ini pula Paulus memperingatkan jemaat Korintus sampai empat kali di I Kor 4:17, I Kor 11:16, I Kor 14:33 yang menyerukan agar jemaat Korintus kembali ke track mereka seperti yang sudah diajarkan oleh Paulus kepada mereka. Lalu kalau demikian ceritanya, kira-kira mengapa atau ada apa dengan jemaat Korintus sampai Paulus memberikan perintah, “…hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu dipanggil” sampai tiga kali dalam ayat 17, 20 dan 24?

Mari kita lihat lebih dekat:

Ayat 17

Entah sudah menikah atau belum menikah, entah apakah sudah menikah dengan orang percaya atau belum percaya, orang Kristen harus tetap menjaga kondisi dan situasi mereka seperti ketika mereka dipanggil oleh Allah. Yang harus menjadi fokus adalah melayani Allah dengan segala keberadaan mereka sebagai orang2 yang dipanggil oleh Allah. Paulus menekankan hal tersebut ketimbang jemaat Korintus bersibuk-sibuk ria berusaha mengubah hal-hal yang pada dasarnya tidak prinsipil dalam kaitannya dengan iman mereka kepada Yesus.

Ayat 18-19

Pada dasarnya tidak ada keharusan hidup menikah atau selibat, sunat atau tidak sunat di dalam kekristenan namun pilihan2 itu tadi kembali kepada keputusan masing2 orang.

Ayat 20

Panggilan setiap kita adalah menjadi saksi-saksi Yesus Kristus jauh lebih penting ketimbang panggilan kita untuk meraih status sosial tertentu atau status ekonomi tertentu dalam masyarakat atau berkutat dengan sunat atau tidak.

Ayat 21

Paulus sama sekali tidak beranggapan bahwa orang-orang Kristen memiliki pandangan hidup fatalistik yang menganggap kondisi dirinya saat ini tak boleh diubah. Termasuk Paulus tidak mendukung status quo perbudakan pada masa itu sebab kalau kita melihat di Kolose 4:1 maka di tengah masyarakat yang memandang budak sebagai orang kelas bawah, Paulus justru mengemukakan pandangan untuk memperlakukan budak-budak dengan adil dan jujur. Kalau kita punya kesempatan untuk mengembangkan diri kita, pakailah kesempatan itu dengan catatan bahwa itu semua kita lakukan untuk kemuliaan nama Allah. Tetapi sekalipun kita tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri, maka tetaplah mekar dimanapun Allah “menanam” kita.

Ayat 22

Apakah orang-orang Korintus memandang diri mereka sebagai budak atau orang merdeka? Orang yang merdeka adalah orang yang dulunya adalah budak namun ia dibebaskan. Dengan sudut pandang ini Paulus mau menekankan bahwa memang benar orang-orang Korintus sebagian adalah budak namun mereka adalah orang-orang merdeka di hadapan Allah. Apakah orang-orang Korintus memandang diri mereka sebagai orang merdeka atau budak?Secara sosial seseorang mungkin memiliki status bukan budak, tetapi secara spiritualitas ia adalah seorang budak Allah.

Pemahaman semacam ini haruslah kita lihat dalam terang konteks budaya Greco-Roman tentang perbudakan. Memang secara kelas sosial, budak ada di anak tangga paling bawah, namun dalam relasinya dengan majikannya, para budak ini memiliki kebebasan penuh dalam hal kebutuhan hidup mereka dicukupi oleh majikan sebab majikan menikmati hasil dari kerja mereka. Tetapi sekalipun demikian ia tetap bukan miliknya sendiri, ia adalah milik majikannya.

Dalam kebudayaan Greco-Roman yang demikian itulah Paulus seolah-olah memberikan counter sekaligus penegasan kepada jemaat di Korintus bahwa ketimbang dirundung penyesalan dengan situasi yang dialami, orang-orang diajak untuk melihat kemampuan mereka dan peluang yang Allah berikan kepada mereka untuk menjadi saksi-saksi Yesus Kristus dalam hidup sesehari. Artinya, kalaupun seseorang memiliki status sosial sebagai seorang budak dan ia harus melayani majikannya maka dalam terang pemahaman yang dipaparkan oleh Paulus tadi, budak ini tidak lagi menganggap pekerjaannya melayani majikannya sebagai beban atau keterpaksaan belaka tetapi ia melakukannya seperti ia melakukannya untuk Tuhan.

Dalam konteks inilah Kolose 3:22-24 menjadi landasan kita, bukan hanya budak saja, untuk melakukan segala hal entah apapun pekerjaan kita seperti kita melakukannya untuk Tuhan karena Tuhanlah majikan kita! Dengan sikap demikian Paulus mau mengajak bukan hanya budak pada masa itu namun juga kita untuk menjadi saksi-saksi Kristus dimanapun Tuhan “menanam” kita.

Ayat 23-24

Paulus kembali bicara tentang Salib (I korintus 6:20), dimana Allah melepaskan kita dari segala macam perbudakan dan kita telah dibeli dengan darah Anak-Nya yang berharga. Maka sebagai orang-orang merdeka di hadapan Allah, kita memiliki kesempatan yang sangat luas untuk melayani-Nya, untuk hidup dalam relasi yang benar dengan Allah begitu juga dengan semua ciptaan. Status sosial atau tanda sunat atau tidak sunat janganlah dipermasalahkan, justru kita harus melihat fakta bahwa Tuhan memerderkakan kita karena Ia sangat mencintai kita dan kita ini hambaNya, budakNya yang harus berkarya bagi sesama.

                Melalui nasihat-nasihat yang ia ulang tiga kali dalam perikop ini dan uraian-uraiannya, Paulus sebenarnya ingin menegaskan sekali lagi kepada jemaat di Korintus akan:

§  Tiap-tiap orang, apapun kondisi atau status mereka harus hidup bertanggung jawab di hadapan Tuhan dan tiap-tiap orang harus menerima kondisi mereka baik sebelum bertobat atau sudah bertobat dengan hidup bertanggung jawab di hadapan Allah. Paulus meyakini bahwa jika tiap orang Kristen apapun statusnya hidup dengan benar di hadapan Allah maka akan berdampak bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya.

§  Paulus ingin meluruskan pemahaman jemaat Korintus yang keliru yaitu bahwa sebagian orang percaya di Korintus meyakini dan mendefinisikan pertobatan mereka atau respon mereka terhadap panggilan Kristus adalah dengan MERUBAH segalanya menjadi baru, misalnya status sosialnya yaitu budak atau bukan budak, jelas nampak bahwa ada kekeliruan konsep soal kemerdekaan disini, mereka beranggapan ikut Yesus maka mereka jadi orang merdeka bisa semena-mena dan sombong bahkan memberontak, padahal kemerdekaan Kristus melalui salib adalah kemerdekaan yang mengundang orang untuk menyadari bahwa Tuhan mengasihi dirinya dan memanggil dirinya untuk berbagi kasih dengan orang lain apapun status sosial mereka. Selain status sosial juga perkara sunat dan tidak sunat. Padahal kalau mau jujur, orang-orang Yahudi di Korintus pada waktu tidak benar-benar memahami bahwa sunat adalah tanda perjanjian Allah dengan Abraham. Mereka hanya memahaminya sebagai “bukti moral spritiual” seseorang dan tolok ukur apakah seseorang dapat bergabung di komunitas mereka atau tidak.

§  Justru yang seharusnya berubah adalah sikap hati mereka. Perubahan hidup yang didasarkan oleh perubahan hati, pembaharuan hati. Apa sich yang dimaksud dengan perubahan atau pembaharuan hati? kesadaran bahwa dirinya dicintai, dikasihi oleh Allah dan dipanggil untuk mencintai, mengasihi orang lain. Ayat 23 yang dipaparkan Paulus soal salib Yesus yang memerdekakan kita adalah bukti nyata betapa Allah begitu mencintai kita dan memanggil kita untuk berbagi cinta dengan semua ciptaan sehingga sikap hidup sesehari sebagai orang Kristen bukan sekedar nampak dari sikap lahiriah tetapi justru memancar dari dalam hati yang telah disentuh dan dikuasai oleh Yesus Kristus dan hasilnya adalah sebuah kehidupan yang berkualitas bagi sesama ciptaan. Amin.

 

 

Y. defrita R.

Dibawakan pada Pemahaman Alkitab 27 Januari 2012 di GKI Maulana Yusuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar