Rabu, 30 Maret 2011

“Bangkit Dalam Pengharapan” Matius 28:1-10 oleh Y.Defrita Rufikasari

Tradisi Paskah bukan sekedar perayaan teologis namun juga politis

Salah satu tradisi iman dalam Kekristenan adalah Tradisi Paskah. Walaupun sebenarnya tradisi ini bukan khas tradisi Kekristenan. Sebab jemaat mula-mula mengambil tradisi ini dari tradisi Yahudi. Dalam agama Yahudi, tradisi ini merupakan perayaan keagamaan yang memiliki makna penting berhubungan dengan sejarah bangsa Israel sebagaimana dicatat dalam tradisi Kitab Suci Perjanjian Lama. Para ahli Kitab Suci Perjanjian Lama, Ch. Barth dalam bukunya Teologia Perjanjian Lama mengungkapkan bahwa tradisi Paskah merupakan tradisi iman Israel yang paling kuna yang berkaitan langsung dengan identitas mereka sebagai umat Allah baik secara teologis maupun politis melalui peristiwa keluaran dari tanah perbudakan yaitu Mesir. Mengapa tradisi Paskah bukan sekedar perayaan teologis namun juga politis? Menurut catatan sejarah Eusibius dari Kaisarea, umat Israel ditindas Firaun Ramses II selama 430 tahun. Oleh sebab itu jelaslah sudah bahwa peristiwa Paskah bukan sekedar berita yang bernada rohani saja tetapi ini adalah sebuah perayaan politik bahwa dibalik kemustahilan yang amat panjang dalam perjalanan sebuah bangsa, masih ada secercah harapan. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi Paskah berdampingan erat dengan berita politik seperti yang terjadi lima ratus tahun kemudian (490 sM) dimana imam Ezra menyerukan kembali perayaan Paskah sebagai ungkapan syukur karena bebasnya mereka dari pembuangan Babilonia selama 50 tahun.

Sikap politis Yesus sebelum dan sampai kebangkitanNya

Peristiwa Paskah di dalam Perjanjian Lama bukan hanya bermakna teologis namun juga politis. Lantas bagaimana dengan jaman Yesus? Jaman Yesus merupakan jaman yang secara politik carut marut dan sulit. Lagi-lagi Palestina berada dalam penjajahan. Saat itu Romawi menjajah Palestina dan memberikan status “imperial provinces” yang artinya propinsi yang dianggap pembangkang dan mudah memberontak kepada Kaisar Romawi. Jaman Yesus juga menjadi jaman multipartai politik, tidak beda dengan kondisi kita saat ini. Terlepas dari motivasi keagamaan yang kuat yang mendorong partai-partai ini, sebenarnya mereka masing-masing memperjuangkan kemerdekaan negaranya dari penjajahan Romawi dengan caranya sendiri-sendiri. Sayap politik nasionalis dimotori oleh Kaum Zelot yang berupaya membebaskan kaum Yahudi dari penjajah dengan kekuatan militer. Kelompok lain yang sangat berpengaruh adalah Kelompok Farisi. Awalnya kelompok ini merupakan kelompok sosial-keagamaan, namun seiring perkembangan waktu dan perkembangan dalam kelompok ini, maka Kelompok Farisi ini berubah wujud menjadi kelompok politik bernafaskan agama.

Disamping dua kelompok di atas yang dapat dianggap sebagai kelompok oposisi terhadap pemerintah dan penjajah Romawi, saat itu ada dua kelompok yang pro-pemerintah dan penjajah Romawi. Yang pertama adalah Kelompok Herodian, memang kelompok ini jarang disebutkan dalam Alkitab (Mat. 22:16 dan Mark. 3:6, 12:13). Namun dalam kenyataannya kelompok ini adalah kelompok yang kuat karena menjadi penyokong utama dinasti Herodes. Kelompok lainnya adalah Kelompok Saduki. Kelompok ini adalah penguasa Bait Allah. Kelompok ini sangat liberal dalam pengajaran dan sangat kompromistis dalam praktik hidup sesehari. Di tengah situasi politik yang carut marut itu, Yesus hadir dengan sikap politiknya. Dia tidak tergiur untuk menjadi relevan, populer dan merengkuh kekuasaan dan pengaruh dengan mengikuti salah satu kelompok, namun Dia setia melakukan kehendak Bapa-Nya yaitu memberikan perhatian pada mereka yang tersisih, tertolak dan terpinggirkan di masyarakat. Walaupun pada akhirnya Dia menjadi tumbal dari kompromi politik tingkat tinggi antara Pilatus, Herodes, dan para pemimpin parpol agama Yahudi. Dengan membunuh Yesus Sang Mesias-utusan Allah, mereka yang hidupnya korup dan manipulatif menganggap bahwa kehidupan politik mereka tidak akan diinterupsi lagi. Dengan kematian Yesus, masyarakat yang percaya pada-Nya saat itu dan para murid akan berpikir bahwa berakhirlah perjuangan melawan kegelapan, kelaliman, dan ketidakadilan. Sosok yang selama ini menjadi tumpuan harapan akan Israel yang lebih baik sudah dibunuh… Pahlawan mereka sudah tiada!! Yesus yang sepanjang hidupnya memberikan perhatian pada mereka yang tersingkir dan tak dianggap, sudah tiada!

Pupuskah harapan mereka? Peristiwa Paskah diawali oleh Injil Matius dengan suatu kesaksian, “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria lainnya , menengok kubur itu” (Matius 28:1). Apa yang para perempuan itu pikirkan ketika mengunjungi kuburan Yesus? Apakah mereka memiliki harapan bahwa Yesus akan bangkit dan bersama-sama dengan mereka? Tentunya jelas terlihat bahwa mereka tidak memiliki bayangan bahwa Yesus akan bangkit, mereka datang dengan hati pilu hanya ingin mengurapi jenazah Yesus dengan rempah-rempah dan minyak pengharum sebagai tanda kasih dan penghormatan mereka pada Yesus. Mereka juga tidak memiliki harapan bahwa Yesus akan bangkit. Ketika kita menghadiri sebuah upacara pemakaman atau sekedar mengunjungi makam saudara, kita akan menatap batu nisannya dan menyadari bahwa kehidupannya sudah berakhir. Yang kita lakukan biasanya adalah mengenang (flash back) kepada kehidupan masa lalu mereka yang sudah tiada. Mereka sudah tiada dan tidak dapat hadir secara fisik menemani kita. Demikian pula sikap para perempuan tatkala mengunjungi kubur Yesus. Mereka merasa sedih, berduka dan sangat kehilangan dengan kematian Yesus. Apa yang tersisa? Apa lagi yang dapat diharapkan? Semua sudah berakhir!! Sungguh mengejutkan, peristiwa Paskah justru diawali dengan tiadanya harapan, walaupun sebelumnya mereka mendengar sendiri dari Yesus bahwa Dia akan bangkit pada hari yang ketiga.

Namun simaklah kisah selanjutnya. Harapan mereka yang sudah pupus itu kini bangkit. Sebab Allah mengutus seorang Malaikat-Nya untuk memberitakan kabar kebangkitan Yesus, “Janganlah kamu takut sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada disini, sebab Ia telah bangkit sama seperti yang telah dikatakanNya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring”(Matius 28:5-6). Harapan para perempuan yang tadinya hanya ingin mengurapi jenazah Yesus dengan rempah-rempah dan minyak wangi berubah menjadi harapan yang baru dan penuh sukacita. Di depan kubur Yesus itulah harapan para perempuan berubah drastis, Pahlawan mereka sudah bangkit!! Lihatlah reaksi para perempuan itu, awalnya mereka datang dengan hati dirundung pilu sekarang “mereka segera pergi dari kubur itu dengan takut dan sukacita yang besar berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya pada murid-murid Yesus “ (Matius 28:8). Peristiwa Paskah bermakna transformasi pengalaman iman yang mengubah kesedihan menjadi sukacita dan mampu mengubah kehidupan yang penuh keputusasaan menjadi penuh pengharapan.

Perkataan pertama dari Yesus yang bangkit adalah, “Salam bagimu” (Matius 28: 9). Ucapan salam dari Tuhan Yesus tentunya memiliki makna yang dalam. Sebab Tuhan Yesus telah bangkit dan menyatakan realita “syaloom” dari Allah yaitu realita Damai Sejahtera. Tuhan Yesus datang menjumpai para murid dalam keadaan damai sehingga mereka dibebaskan dari rasa takut. Yesus melanjutkan perkataanNya, “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu supaya mereka pergi ke Galilea dan disanalah mereka akan melihat Aku” (Matius 28:10). Yang sangat menarik adalah Yesus menyuruh mereka berjumpa lagi dengannya di Galilea. Mengapa di Galilea? Pada jaman itu orang Israel pada umumnya tahu bahwa Galilea adalah daerah yang dianggap terbelakang, udik dan kebanyakan tidak berpendidikan serta lemah secara ekonomi. Pada awal pelayananNya Tuhan Yesus memulainya dari Galilea, dan ketika bangkit Dia berada kembali di Galilea. Ini berarti Tuhan Yesus yang pernah hidup, wafat dan kemudian bangkit dari antara orang mati pada hakikatnya menjadi juruselamat bagi setiap orang yang lemah dan terbuang! Jadi, Yesus yang bangkit secara nyata memposisikan diriNya sebagai seorang pembela dan juruselamat bagi mereka yang tertolak dan terpinggirkan di dunia ini. Yesus konsisten dengan misiNya.

Berita Paskah adalah berita pengharapan

Peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus adalah titik permulaan Kerajaan Allah yang eskatologis atau suatu titik permulaan hidup baru dalam realisme hidup kekinian. Oleh sebab itu kebangkitan Yesus Kristus sangatlah menentukan orientasi sikap etis-kekristenan perdana dalam kehidupan sehari-hari yaitu mereka selalu kritis terhadap kekuasaan hegemonis Kekaisaran Romawi ( ten Napel hlm. 65-67). Uraian di atas memperlihatkan pada Anda dan saya bahwa peristiwa kebangkitan Yesus Kristus bukan hanya bersifat teologis namun juga politis. Peristiwa kebangkitan Yesus Kristus adalah wujud sikap politis Allah dalam sejarah umat manusia. Melalui kebangkitan Yesus Kristus itulah Allah menerobos belenggu-belenggu perbudakan dan kematian sosial seperti nyata dalam sistem dan struktur ekonomi, politik, budaya dan agama yang diskriminatif dan meng-dehumanisasikan manusia! Dalam proses dehumanisasi itulah manusia kehilangan harkat dan martabatnya sebagai manusia gambar Allah. Manusia sebagai imago Dei tidak dapat diperlakukan hanya sebagai alat untuk kepentingan ekonomi, politik, budaya dan agama. Allah yang menciptakan manusia tidak membiarkan manusia mengalami dehumanisasi. Oleh sebab itu Allah berinisiatif untuk menerobos masuk ke dalam sejarah manusia yang dikendalikan oleh kuasa-kuasa dehumanisasi seperti misalnya sistem ekonomi dan politik yang diskriminatif dan eksploitatif. Sistem ekonomi dan politik yang hanya memperdaya manusia yang dibongkar oleh Allah sejak jaman Perjanjian Lama sampai pada peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Melalui kebangkitan Tuhan Yesus itulah Allah membongkar kedok kekuasaan politik, ekonomi dan budaya serta agama yang hanya memperdaya manusia dan membuka perspektif baru untuk menghayati bahwa kekuasaan politik, ekonomi, budaya dan agama dapat menjadi sumber kekuatan pemberdayaan rakyat!

Penutup

Disini dapat kita saksikan bahwa berita Paskah menjadi berita yang membangkitkan kesadaran kritis, harga diri dan harapan mereka yang miskin dan dimarginalisasi oleh kekuatan politik, ekonomi, budaya dan agama yang bersifat menindas dan eksploitatif. Berita Paskah adalah berita yang memberdayakan dengan jalan menumbuhkan kesadaran kritis untuk menyadari sistem ekonomi dan politik yang menindas dan eksploitatif yang menyembunyikan diri dalam bentuk kesalehan iman ritualistik dan kesopanan kultural formalistik dan bantuan-bantuan karitatif seperti pembagian beras murah, BLT, dan subsidi BBM! Oleh sebab itu berita Paskah yang tidak hanya bersifat teologis namun juga politis ini dapat menjadi inspirasi pemberdayaan bagi rakyat miskin dan mereka yang termarginalkan seperti waria, anak-anak jalanan, remaja jalanan, keluarga terlantar, dan masih banyak lagi. Namun sayang sekali jika masih banyak umat Kristen yang terperangkap teologi vertikalistik pietisme yang hanya mengartikulasikan berita paskah dalam ranah rohani saja daripada kesalehan iman-transformatif yang memberdayakan mereka yang tersisihkan dan tertindas dalam struktur masyarakat kita. Nampaknya Anda dan saya harus rela mempertanyakan ulang akan makna dan signifikansi dari peringatan dan penghayatan Paskah selama ini di dalam lingkungan gereja. Apakah berita kebangkitan Yesus sudah membawa Anda dan saya untuk menyatakan keberpihakan gereja dalam perjuangan melawan ketidakadilan dan eksploitasi alam semesta yang diciptakan oleh struktur ekonomi, politk, budaya dan agama yang diskriminatif dan eksploitatif? Berita Kebangkitan Yesus bukan hanya berita rohani namun berita politik yang memberitakan pembebasan bagi mereka yang tertindas dan terjajah sekaligus menantang semua bentuk penjajahan. Dan pada akhirnya, berita Kebangkitan Yesus adalah berita kontroversial yang menantang Anda dan saya…setiap orang percaya kepadaNya untuk berani bertindak dan mengambil sikap. Berita Kebangkitan Yesus adalah berita yang menggemakan bahwa ada pengharapan akan pembebasan tuntas dari Allah untuk dunia ini. Dan seharusnyalah berita Kebangkitan Yesus ini memberi sukacita dan asa bagi Anda dan saya untuk giat bekerja bagi Allah, tanpa takut dan tidak hanya bersembunyi di balik tembok Gereja namun juga berkarya di sektor kehidupan masyarakat. Tempat-tempat gelap di dunia ini yang tidak berpengharapan memerlukan kehadiran Kristus yang bangkit dan membutuhkan saksi-saksi kebangkitanNya yaitu Anda dan saya. Amin.


Note:

kotbah ini sudah pernah saya sampaikan pada pembinaan homilitika dibawah asuhan Pdt. Em. Liem Ie Tjiauw. Walaupun Paskah masih jauh, kiranya kotbah ini bisa menjadi teman merenung dalam menghayati Kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.



2 komentar: