Rabu, 30 Maret 2011

Just Do it !!!!!

Saya kelaparan,

Dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya.

Saya terpenjara,

Dan Anda menyelinap ke kapel Anda untuk berdoa bagi kebebasan saya.

Saya telanjang,

Dan Anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilan saya.

Saya sakit,

Dan Anda berlutut dan menaikkan syukur kepada Allah atas kesehatan Anda.

Saya tak mempunyai tempat berteduh,

Dan Anda berkotbah kepada saya tentang kasih Allah sebagai tempat berteduh spritual.

Saya kesepian,

Dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa bagi saya.

Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah.

Tetapi saya tetap amat lapar, dan kesepian dan kedinginan.

Dibuat oleh seorang perempuan yang meminta bantuan seorang pendeta, namun tak kunjung memperoleh bantuan.

Kisah ini saya temukan dalam tumpukan artikel yang tak berjudul dan tak berhalaman, entah barangkali dia terselip disana atau bagaimana tiba-tiba ada di antara tumpukan artikel makalah saya. Walaupun cuma sekedar "nyelip" tapi kata-katanya "Jleeeeppppp" dalam dan menusuk. Betapa tidak, apa yang dikatakan di dalam bait itu memang fakta kok. Kalau mau jujur buka-bukaan mengoreksi diri, yuk coba lihat seberapa sering kita terlibat dalam obrolan atau diskusi atau bahkan rapat yang membahas soal ORANG MISKIN yang KELAPARAN?ORANG YANG TELANJANG? ORANG YANG DIPENJARA?ORANG YANG SAKIT?DAN ORANG YANG KESEPIAN? kalau mau jujur ya jawabannya: SUERRRRIIIINGGGG BUUUAAANNNGGGEEETTTT!!!! Sering sekali kita bicara tentang mereka dan seolah-olah atas nama mereka. Tapi betulkah hati kita juga bicara soal mereka? Atau kita memang lebih suka terlibat dalam diskusi-diskusi kemanusiaan agar terlihat dermawan nan rupawan bin filantropis dan penuh empati?? hati kita masing-masing yang dapat menjawabnya.... Bicara saja, Diskusi saja, Rapat saja tidak cukup. Perlu ada perubahan paradigma...perubahan hati. Dan inilah yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus di dalam Yohanes 9:1-3.

Tuhan Yesus melihat orang buta ini. Orang buta ini tidak menarik perhatian Tuhan Yesus dengan teriak-teriak atau melakukan gerakan-gerakan yang mencuri perhatian Tuhan Yesus. Orang buta ini duduk diam saja. Namun Tuhan Yesus dan para murid menghampirinya. Para murid mengajukan pertanyaan filosofis teologis mengenai asal-asul penyebab orang ini buta. Pertanyaan para murid tidak salah, karena pandangan masyarakat waktu itu adalah ada kaitan antara dosa dan penderitaan manusia, karena semua penderitaan manusia itu disebabkan oleh kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej. 3:16).Dan selain itu sakit penyakit yang diderita seseorang dianggap sebagai hasil dari dosa individual (Im. 26:16, Ul. 28:22, I Kor. 11:30, Yak. 5:15). Selain dosa individual yang barangkali dilakukan seseorang, dosa orangtuanya juga bisa dianggap sebagai penyebab penderitaan atau penyakit anaknya (Kel. 20:5).

Tuhan Yesus merespon pertanyaan filosofis teologis dari para muridnya dengan statemen di ayat 3. Pernyataan ini hendak mengungkapkan bahwa Tuhan Yesus tidak pernah mengatakan bahwa orang buta dan kedua orang tuanya itu tidak berdosa. Tetapi Tuhan Yesus hendak mengajak para muridnya untuk mengubah perspektif mereka tentang penderitaan yang dialami oleh manusia. Penderitaan yang dialami oleh manusia dimaksudkan Allah agar pekerjaan Allah dinyatakan atas manusia. Selain itu Tuhan Yesus juga mengajarkan kepada para muridnya untuk tidak hanya sibuk dengan diskusi atau pertanyaan-pertanyaan yang filosofis teologis saja ketika berhadapan dengan penderitaan manusia tetapi juga diarahkan pada sikap filantropis.

Bicara soal penderitaan yang dialami orang lain boleh...

diskusi soal kemanusiaan juga boleh...

rapat membahas segala macam strategi untuk mengurangi penderitaan mereka juga boleh...

tapi sebelumnya, mari koreksi dan benahi persepktif hati kita supaya kita benar-benar dapat menjadi SESAMA MANUSIA YANG MEMANUSIAKAN ORANG LAIN!



Yohana Defrita Rufikasari

Surabaya, 30 Maret 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar