Minggu, 26 Februari 2012

Sepotong catatan di hari keseratus kepergianmu…

p { margin-bottom: 0.08in; }

Funnywow_7e91558e68d12a9d

 

Kalau saja hidup tidak berevolusi, tidak bergerak, kaku diam membeku seperti sosokmu tanggal 19 November 2011 yang lalu, maka selamanya akan menjadi fosil. Dan dulu setengah dari diriku berpikir bahwa sekalipun hidup hanya menyisakan satu detik saja bersamamu yang tidak membeku kaku itu, maka satu detik itu pun akan aku habiskan. Akan aku abadikan. Satu detik yang akan nikmati hanya karena kamu ada di sana. Satu detik yang tidak akan aku lewatkan dengan hal-hal lain. Satu detik yang bahkan aku pun rela membatu di sana bersamamu. Tetapi rupanya sudah menjadi kodrat bahwa hidup memang terus bergerak. Hidup tidak kaku dan beku. Ia begitu cair sampai-sampai alirannya menyeretku tanpa pernah bertanya aku hendak kemana. Hidup yang sedemikian cair ini memaksaku bergerak dan meninggalkan mu dalam kebekuanmu yang membatu.

Skenario perjalanan kita yang bagi sebagian orang dibilang mulus, nyaris tanpa hambatan dan konflik berkepanjangan membuat banyak orang iri dan sekaligus kagum. Tetapi skenario itu pula yang mengharuskan aku berjalan sendiri sekarang di sini. Skenario itu pula yang sudah membuatmu berubah menyejarah. Sejarah yang hanya dapat aku putar di kepalaku seperti kaset rusak. Sementara setiap detik setelah kepergianmu adalah deretan kisah tentang perjuanganku mengatasi sepi, mengatasi duka…

Lama baru aku menyadari bahwa kesempatan bersamamu membuat aku bertumbuh, dan aku tahu pasti kau pun bertumbuh. Dan kau sadar bahwa pertumbuhan itu menyakitkan, tetapi dampaknya begitu luar biasa bagi skenario perjalanan kita. Diam-diam kita sama-sama paham bahwa cinta itu butuh dipelihara, bukan sekedar iming-iming, tetapi cinta yang sudah dipilih itu dilanjutkan di setiap langkah. Dan sekali lagi kepergianmu membuat aku bertumbuh bahwa cinta bukan sekedar kenangan dan pikiran, tetapi ini tentang aku dan kamu. Tentang relasi kita. Tentang bagaimana kita berjuang untuk lebih dewasa dan berarti dalam hidup ini. Tentang terus berjuang sampai garis finish…

Dan kini sudah seratus hari sejak kepergianmu. Tidak ada kata perpisahan, tidak ada ciuman di kening seperti biasa saat kau mengantar aku pergi, tidak ada kata “jangan lama-lama”, atau apapun! Dan aku pun tersadar bahwa kepergianmu bukanlah keputusan kita bersama, tetapi DIA yang memutuskannya untuk kita. Aku pun tersadar bahwa ini adalah perpisahan paling sepi yang pernah aku alami, tanpa aku sesali…

Ya, ini sudah seratus hari sejak kepergianmu. Seratus hari yang penuh perjuangan buatku. Seratus hari paling melelahkan dalam hidupku. Aku berjuang dalam sepi untuk tetap melangkah dan meninggalkan jejak. Seratus hari yang menguntai banyak cerita. Cerita jatuh dan bangunnya aku menapaki skenario perjalanan hidupku sendiri. Tiada teman peziarahan seperti dulu memang, tetapi ada banyak sobat seperjuangan yang selalu menghantarkan ku. Seratus hari yang memang berbeda dalam lembaran hidupku. Seratus hari yang tidak pernah sama lagi. Dan aku tetap menuliskan kisahku…

 

 

Y. defrita R.

Bandung, 26 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar