Selasa, 03 Januari 2012

Keluar lintasan????

dari tanggal satu kemarin sampai hari ini saya sudah menerima dua kabar dukacita. Yang satu datang dari pendeta emeritus di gereja tempat mama pelayanan yang mengabarkan bahwa besannya meninggal dunia dalam perjalanan pulang ke Solo seusai resepsi pernikahan putra dan putri mereka di Wonosobo. Dan tepat tadi malam, kabar duka datang dari teman mama di gereja dan sekaligus orang yang sempat menghantar mama dari Kebumen menuju Yogyakarta dalam peristiwa kematian Abdismar C. Z. 19 November 2011 lalu. Dikabarkan kalau putri bungsunya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Speechless saya mendengarnya!
 Dan well, sekali lagi saya merasakan pilunya hati setiap orang yang ditinggalkan oleh mereka yang sudah lebih dulu dijemput Allah. 

Vanderlei de Lima adalah seorang pelari maraton dari Brazil yang bertubuh kecil dibandingkan pelari yang lain membuat saya tepekur merenung. Pada Olimpiade tahun 2004 ia yang seharusnya mendapatkan medali emas ternyata hanya mendapatkan medali perunggu. Bayangkan saja, ia memimpin perlombaan dan tinggal 5 kilometer lagi ia akan menjadi pemenang. Namun tepat 5Km sebelum finish ada seorang penonton yang gila dan menyerang dia. Memaksanya keluar dari jalur dan masuk dalam keramaian penonton. Tapi yang mengejutkan adalah sekalipun ia sudah nyaris pingsan dan terhuyung-huyung ia mengumpulkan kekuatan dan masuk lagi ke lintasan dan ia menyelesaikan pertandingannya. Dan ketika ia menerima medali perunggu ia tak berkecil hati. Justru ia tersenyum dan mengungkapkan kegembiraannya karena perlombaannya adalah unik dan tak kan terlupakan. 

Well, mari kita lihat lebih seksama sosok Vanderlei de Lima. See, setiap kita adalah pelari dalam lintasan hidup yang sedemikian rupa ini. Dan ketika kita merasa kita sudah berlari dengan benar, dengan ritme yang konstan dan lihat garis finish sudah melambai di depan sana. Tapi lihat...BRRRRAAAKKKK ada yang menabrak kita. Menghempaskan kita ke tanah. Menyeret kita keluar lintasan. Mendorong kita dan itu semua membuat kita lelah dan nyaris pingsan. Plihannya jelas: tergeletak dan mati konyol di sana atau bangkit lagi walaupun sakit!

kita berlari dan berlari...everything is on the track lah, tapi masalah, sakit, kehilangan, kecelakaan, dan masih banyak lagi yang bisa menabrak kita seperti orang gila dari Irlandia yang menabrak Vanderlei de Lima. Sosok Vanderlei de Lima secara tak langsung menyemangati saya untuk kembali ke track lari saya dan meneruskan pertandingan saya sampai finish nanti.
dan hal lain yang mengagumkan adalah ia tidak menyalahkan orang gila yang menabraknya dan berhasil membuat dia meraih perunggu bukan emas. See, jarang ada orang yang bisa bersyukur alih alih mengeluh untuk situasi yang dialami.

Selain Vanderlei de Lima, ada sosok lain yang meringkuk dalam penjara bawah tanah namun semangatnya untuk terus menyelesaikan perlombaan tak pernah pudar. Ia adalah Paulus. Bayangkan kalau Vanderlei ditabrak sekali oleh orang gila. Paulus ditabrak berkali-kali oleh masalah, pejabat pemerintah, penderitaan, sakit dan masih banyak lagi tapi alih-alih mengeluh dan memilih mati konyol berserah untuk dikendalikan oleh itu semua, ia justru bersorak penuh sukacita dan bahkan ia mengatakan "Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku"
Baik Paulus maupun Vanderlei de Lima adalah orang-orang yang memandang positif setiap peristiwa kehidupan mereka. Mereka mengijinkan diri sebentar keluar dari lintasan lantaran ditabrak dan mereka mengumpulkan tenaga untuk kembali memasuki lintasan dan menyelesaikannya...

barangkali sekarang ini, baik keluarga besar besan Pdt. Em. Daniel S. dan keluagar besar Om Tjoan juga saya sedang  mengalami apa yang dialami Vanderlei de Lima...ditabrak dan keluar lintasan sambil terhuyung-huyung. Kita sama-sama mengalami pedih dan perihnya kehilangan orang yang berarti bagi hidup kita...dan seolah-olah kita sedang keluar lintasan bukan karena kehendak kita...dan saya percaya, Tuhan yang dulu menguatkan Paulus di penjara yang dingin itu telah dan selalu menguatkan kita. Tuhan yang dulu menghibur Paulus tatkala ia sadar bahwa nyawanya tergantung pada anggukan kepala Nero, adalah Tuhan yang menghibur setiap hati yang remuk...


selamat memunguti serpihan-serpihan hati yang remuk bersama Tuhan sang sumber kekuatan dan penghiburan....






Bandung, 2 Januari 2012
Y. Defrita R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar