Minggu, 28 Februari 2016

BROKEN ROAD

Kalau jalinan kisah hidup manusia diibaratkan seperti rajutan yang suka dibikin oleh partner in crime saya, maka jalinan benang-benang halus warna-warni itu sudah mempertautkan saya dengan perempuan-perempuan hebat. Jalinan benang-benang ini berupa kata, tawa, air mata, doa dan juga cinta.

Obrolan bersama mereka ini acapkali membuat saya bercermin diri. Di satu atau dua titik, saya dan kalian pernah salah jalan. Pernah begitu gegabah terdorong ego yang buncah menggambil langkah dengan pongah. Menolak mendengarkan suara diri sendiri, terus melangkah walau perih. Di satu atau dua titik kita pernah sama-sama menjadi gagu dan terduduk sayu berteduh. Menggenggam kompas yang sudah rusak. Tanpa menyadari bahwa seluruh semesta sedang menyampaikan pesan-Nya. Mungkin karena saya dan kalian terlalu gaduh...

Iya, kita pernah sama-sama seperti itu. Tetapi kita bukanlah "salah kedaden", kita bukan "produk gagal" dan jalan-jalan yang pernah kita ambil dan kita (orang lain juga) kutuki karena dianggap salah, orang-orang yang hilir mudik dan menyisakan luka kita anggap kesalahan, rupanya tidak begitu, setidaknya bagi Dia.

Seorang sahabat sekaligus adik berkelakar, "Jangan takut salah jalan Kak!" Ya Tepat! Jangan takut melangkah, jangan takut salah jalan. Jalan-jalan yang kita beri label "broken road" entah karena pengalaman buruk di "jalan" itu, bukanlah broken road sebab Dia punya banyak cara untuk membawa kita pulang ke diri sendiri, ke pelukan-Nya.

Bahkan, orang-orang yang pernah berkontribusi membuat hati kita remuk dan sakit, mereka adalah berkah. Berkah sebab kehadiran mereka seperti bintang utara yang membuat kita menengadah kepada-Nya. Tak hanya sibuk merutuki badai yang mengamuk hebat di dalam hati, tetapi mencari Dia Sang Penuntun Abadi! Bukankah para pelaut handal akrab betul dengan sosok bintang utara yang membawa mereka pulang, ke luar dari badai mengerikan.

Pengalaman-pengalaman hidup yang bikin kita jungkir balik bak atraksi tong setan di pasar malam, adalah kepingan-kepingan puzzle dari rencana besar-Nya. Yang mungkin belum bias kita cerna sekarang. Perjuangan-perjuangan yang makin lama makin jauh panggang dari api, bisa jadi melemahkan hati bahkan menyiutkan nyali. "Broken road" bisa berupa apa saja dan siapa saja.

Sekalipun belum kelihatan hasilnya, terus melangkah, sekecil apapun langkah yang kita buat, bahkan mungkin jinjit, atau ngesot, terus maju. Sambil menajamkan hati untuk membaca petunjuk dan mendengar suara-Nya.

Maka kalau sekarang sebagian memilih berteduh dulu, tak mengapa, sebab kadangkala kita perlu mekihat jalan yang "broken road" itu dengan hati yang teduh. Kabar baiknya, Dia paham kok bahwa kita butuh waktu untuk memulai langkah yang baru.



Yohana Defrita Rufikasari
Bandung, Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar