Kamis, 04 April 2013

catatan tentang pilihan yang saya buat...


Catatan tentang saya dan pilihan yang saya buat…..       

Pagi tadi seorang teman mengirimkan gambar yang dengan kalimat inspirasional, begini bunyinya “Doing what you like is freedom, liking what you do is happiness.” Namun dalam kenyataannya tidak selalu seindah bunyi kalimat inspirasional itu. Setidaknya bukan hanya ketika berhadapan dengan orang lain namun dengan hati sendiri.
                Ketika saya memutuskan melakukan sesuatu yang saya anggap benar, memang seketika itu pula rasanya plong dan enteng. Seolah-olah gunung es sudah di pundak itu sudah dibuang jauh entah kemana. Namun seketika itu pula saya dikerubuti oleh berbagai macam pertanyaan yang bising. Mulai dari pertanyaan mengapa sampai pernyataan bahwa saya cukup gila untuk melawan arus dan menciptakan jalan saya sendiri. Sesuatu yang sudah pada tempatnya tak perlulah dipertanyakan ulang mengapa harus di sana atau mengapa begini dan begitu. Cukup diterima saja dan dijalani. Ibaratnya telur hendak memindahkan batu, maka si telur ini yang akan hancur. Bahkan ada yang tidak segan-segan mengatakan saya gila karena mau jadi mesias. Sok pahlawan. Pembangkang. Kurang lebih begitulah pendapat-pendapat yang beredar di sekitar kuping saya. Mungkin beginilah keadaannya kalau orang terlampau memuja keteraturan dan sistem, sekali lagi ini tidak salah. Namun semua yang serba terlalu itu biasanya tidak baik hehehe. Maka sekalinya ada yang memilih berbeda jalan, seluruh penghuni sistem kebakaran jenggot. Sibuk melontarkan komentar miring dan menyudutkan. Bahkan tak segan-segan menggunakan cara lama “keroyokan”. Jengah memang dan bahkan muncul hasrat untuk menjelaskan kepada mereka mengapa saya mengambil langkah seperti ini. Pada awalnya saya pikir cara ini paling pas untuk meredam dengungan pertanyaan yang kian lama kian bising dan menyengat.
                Tetapi saya salah. Saya lelah. Tidak satu pun kalimat saya diterima dengan baik. Tidak satu pun kata-kata saya diresapi. Maka saya menyerah. Saya menyerah untuk terus berjuang membuat orang lain mengerti mengapa saya begini dan begitu. Saya tidak lagi mau mengobral kata pada mereka yang benar-benar tidak mau belajar mendengar…karena pada kenyataannya mereka juga tidak benar-benar memahami apa yang mereka lakukan. Para pemuja sistem yang sulit mengakui bahwa ada yang tidak baik di sana. namun alij-alih mengakui, justru ayat-ayat Alkitab dipakai sekenanya, refleksi teologi dipakai hanya untuk mengukuhkan keyakinan mereka...Ah, percuma bicara berjam-jam dengan orang macam begini....
                Kelelahan itu menghantarkan saya kepada satu pemahaman bahwa pilihan saya, perjuangan saya, milestone yang harus saya tempuh bukanlah tentang membuat orang lain mengerti mengapa saya begini dan begitu namun pertama-tama adalah saya tahu apa yang saya lakukan. Saya bukan hanya tahu, tetapi saya bahagia melakukannya. Sekalipun ketika jalanan ini saya susuri, makin terasa bahwa saya memang sendirian memilih jalan ini. Sepi memang. Namun di balik itu semua, saya merasa saya melakukan sesuatu yang saya anggap benar dan layak untuk diperjuangkan. Dan saya bebas dalam diri saya sendiri. Saya tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi pada hidup saya, sebab hidup menuntun saya melewati jalan yang tidak biasa, itu saja.
                Setelah saya lelah menjelaskan ke sana dan ke mari, suara bising tanya itu memang tidak juga mereda namun berubah menjadi “lalu setelah ini kamu mau apa?” atau “kamu mau jadi apa?”. Awalnya saya terhenyak! Iya, saya mau apa? Apakah saya hanya sampai pada semangat perjuangan lalu sudah, selesai ceritanya? Atau ada kelanjutannya?.
                Kembali lagi saat-saat seperti tersengat listrik itu membawa saya kepada pemahaman bahwa hidup ini bukan soal status, bukan soal kamu punya apa, tapi kamu bahagia tidak dengan apa yang kamu lakukan dan kamu miliki. Beranjak dari sana maka setiap kali orang bertanya, “mau jadi apa kamu?” saya tidak lagi tersengat listrik, saya menjawab, “jadi apa saja yang membahagiakan saya. Dan saya tidak kuatir akan hal itu.” Benar memang, ketika satu pintu tertutup untuk saya, masih ada jendela dan atap yang terbuka. Selalu begitu polanya. Maka saya katakan saya tidak kuatir akan hal itu.
                Maka tergelak lah saya ketika mendengar seseorang berkata kepada saya, “kamu tidak save di sana, kamu tidak punya status apapun di sana.” Ah, kawan, hidup ini terlalu luas dan terlalu indah untuk kau rangkum dalam sesuatu yang kau sebut status. Hidup ini terlalu kaya untuk kau masukkan dalam definisi harta. Jika hidup, dan pilihan-pilihan yang kau buat di dalamnya hanya berputar-putar di sana, aha…kau sudah melewatkan banyak hal berharga di sepanjang perjalanan itu.
                Dari pengalaman yang awalnya mendebarkan, kemudian melelahkan dan berangsur-angsur membahagiakan saya justru belajar menemukan diri saya dan mencintai diri saya. Saya belajar menemukan bahwa saya tidak mudah menyerah sekalipun dalam pilihan hidup ini saya bertemu dengan orang-orang dan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan, namun juga ada yang tidak, tetapi semuanya sangat berharga. Saya belajar menemukan bahwa pendapat banyak orang bukan jaminan bahwa pendapat itu benar mutlak. Saya belajar bahwa mendengarkan hati adalah hal terpenting sebelum memulai perjalanan. Sebab sesungguhnya hati kita sudah berbicara dengan semesta dan menangkap maksudnya jauh sebelum kita memikirkannya. Saya belajar mempercayai bahwa sekalipun jalan itu penuh aral melintang, jalan itu harus saya lalui sebab sukacita yang memancar dari hati saya ibarat magnet yang menyiratkan jalan hidup. Harus saya susuri. Dan terlebih dari itu semua saya makin percaya dan merasakan nikmatnya digenggam oleh-Nya….

                Lalu untuk apa saya repot-repot membuat catatan yang mungkin bagi sebagian orang tidak penting? Inilah jawaban saya yang mungkin juga tidak kalah dianggap tidak penting hehehehe….Untuk semua yang tidak memahami, tidak akan pernah memahami dan belum memahami mengapa saya memilih jalan yang berbeda dari yang kalian tempuh, ketahuilah….ada masanya kalian akan sampai pada jalan yang juga berbeda dari yang lain. Hanya dengan begitu, mungkin kalian bisa memahami mengapa saya memilihnya. Untuk semua yang memahami dan mendukung saya baik dalam sayup-sayup doa…terimakasih…kalian adalah pelampung yang membuat saya tetap berani melawan arus…satu hal, kalian tidak pernah memaksa saya mengikuti yang kalian maui….bersama kalian saya masih memeluk kebebasan saya dan kebahagiaan saya……terimakasih sedalam-dalamnya…..

God may show you the way…
But you still have to make the journey
It is not always easy
But you will arrive at your destination





Banyuurip, 2013
Y.Defrita R.


1 komentar:

  1. Selamat melanjutkan perjalanan. Doa dari kami, sahabat-sahabatmu, selalu beserta.

    BalasHapus