Sabtu, 02 Juni 2012

"Sabar Menanti"

Suatu ketika saya melintasi sebuah warung makan yang segera menarik perhatian mata saya. Di sana terpampang dalam spanduk besar dengan warna dasar hijau muda dan tulisan besar berbunyi, "SABAR MENANTI". Entah apa pula maksud dari si empunya warung dengan nama itu, tetapi setelah berlalu darinya saya jadi kepikiran.

Sabar Menanti. Ya, ungkapan yang mengundang banyak penafsiran. Teman saya bilang itu hanyalah slogan bagi mereka yang sudah pesimis tapi mentok juga, tidak tahu bagaimana lagi. Ada juga yang bilang itu ungkapan penghiburan untuk yang frustasi. Tapi bagi saya ini bukan sekedar ungkapan bermuatan negatif. Justru "sabar menanti" mengajak saya untuk merenung kembali.

Hidup saat ini adalah hidup yang serba cepat, kalau tidak cepat bisa tidak dapat.Sehingga orang menjalani hidup dengan serba tergesa-gesa. Kaki tidak lagi menjejak dengan mantap seutuhnya. Hanya menjijit seumpama penari balet. Asal cepat, melesat, dan dapat!

Contoh paling sederhana yang membuat saya terenyuh adalah ketika dunia kita adalah dunia digital dimana dengan klik sana dan klik sini tetapi masih ada orang yang mau menuliskan berbagai macam curahan hati dan ungkapan doa lewat kartu pos, dan kartu ucapan bahkan surat. Wow! Suatu cara berkomunikasi yang sesungguhnya kita sudah lupa. Dan kecenderungan orang saat ini adalah memilih untuk menuliskan lewat message instan dan tuiiiinggg langsung sampai dan dibaca. Semua serba cepat, tergesa, melesat, dan dapat.

Maka membaca ungkapan "sabar menanti" menyadarkan saya akan hidup masa kini yang serba tergesa-gesa. Tidak sabar. Mudah terbakar. Semuanya mau cepat. Semua mau yang pertama. Bahkan untuk sekedar berbincang-bincang dengan diri kita sendiri saja kita katakan "tak ada waktu" karena kita tidak hanya menjijit, tetapi berlari sampai terengah-engah demi menggapai impian.

ah...hidup yang serba cepat, melesat dan belum tentu dapat. Ya, belum tentu yang kita mau itu kita dapatkan. Belum tentu yang kita inginkan itu terwujud. Kecepatan bukanlah pencapaian. Tetapi menjalani proses seutuhnya adalah sebuah pencapaian.

Jujur saja,saya juga termasuk orang yang tidak sabaran. Dulu saya sering berkata, "kalau bisa cepat ngapain lelet". Termasuk soal ngantri, saya orang paling malas ngantri, tapi juga tidak mau menyerobot. Alhasil, demi menghindari antrian dan demi tidak membawa diri dalam pencobaan menyerobot antrian saya datang pagi-pagi entah untuk registrasi, atau urusan bank. Namun saya jadi mudah kesal ketika saya menelpon seseorang dan yang menjawab sebuah mesin berbunyi, "silahkan menunggu" lalu ada musik yang diperdengarkan di kuping saya. Semenit, dua menit masih bisa bertahan ketel uap emosi saya. Namun kalau sudah lebih dari 5 kali? wah, maaf, ketel uap saya sudah berbunyi tuuuuutttt....tuuuuuttt dan meledak.

Aduh, aduh betapa saya ini sudah termasuk kaum yang tidak sabaran selama ini dan dalam kondisi semacam itu saya sadar,kecenderungan manusia adalah menuntut orang lain, mengkambinghitamkan orang lain.

Dalam kesadaran itulah saya terhenyak. Saya tidak sabaran, dia tidak sabaran, kamu tidak sabaran, kami tidak sabaran dan Allah itu sabar. Saya membayangkan gimana ceritanya nasib saya ya kalau Allah sama tidak sabarannya dengan saya? saya menduga hidup saya pasti sudah game over sejak lama.

Allah bersabar terhadap saya yang bandel. Allah bersabar menyaksikan saya tertatih-tatih belajar memahami jalan-Nya. Allah bersabar mendengarkan saya mengeluh. Allah bersabar ketika saya jatuh lagi dalam hal-hal bodoh dan konyol. Dan Allah bersabar menantikan pertumbuhan saya. Sama seperti kisah yang pernah diceritakan seorang guru kepada saya tentang seorang bapak yang setiap hari sabar menantikan kepulangan anak bungsunya yang mengembara entah dimana rimbanya. Sampai suatu ketika si anak bungsu pulang kembali kepada bapaknya. dan bapaknya yang sabar itu menyambutnya.

Kalau Allah saja mau sabar dengan kita, masakan saya dan Anda tidak sabar dengan orang lain?

 

 

 

 

Wonosobo, 2 Juni 2012

Y. defrita R.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar