Senin, 10 Juni 2013

Cerita Anak-Serial Dodo " TERIMAKASIH HUJAN"




            “Haduhhh, hujan lagi, hujan lagi. Kapan main di luarnya kalau tiap sore hujan!!” Keluh Dodo. Dengan wajah memberengut dia duduk di sofa dan menatap lurus ke luar jendela yang basah oleh hujan. Tidak berganti posisi, masih dengan wajah jengkel, Dodo kembali mengomel, “ Kan sekarang mestinya udah gak ada hujan lagi. Katanya kalau ada suara tonggeret itu tandanya kemarau akan datang. Lha ini apa, masih aja hujan!!”
            Ibunya yang ada di dapur mendengar gerutu Dodo.”Kamu kenapa Do?” tanya ibunya.
            “Enggak apa-apa Bu.” Jawab Dodo lesu.
            “Lho, kalau nggak ada apa-apa kenapa kamu ngomel-ngomel sendiri?”
            “Bu, Dodo sebel gak bisa main di luar, padahal udah bikin layangan, udah janji ama Rinto mau ngadu layangan. Tapi gimana mau main layangan kalau hujan mulu tiap hari.”
“Ya ditunggu sebentar lagi mungkin reda dan langit kembali cerah ya Do.”hibur ibunya.Dodo tidak bisa berharap bahwa langit akan segera cerah dan hujan kian reda.Karena ketika ia melongokkan kepalanya melewati jendela, dia bisa melihat awan cumulus seperti tertambat di atas genting rumahnya, dan hujan kian deras sampai tampias ke wajahnya.
“Ah yang bener aja bu, awan hitamnya aja kayak lagi parkir di atas atap kita kok, dan hujannya makin deras. Bakalan batal lagi aku main sama Rinto kalau gini ceritanya bu.” Dodo menghempaskan tubuhnya ke sofa, dan kembal cemberut.
            Ibu datang menghampiri Dodo sambil membawa donat kesukaan Dodo. “Do, ibu punya ceruta soal hujan lho.” Dodo mengambil donat, memasukkan dalam mulutnya dan mulai mengunyah. Dengan mulut penuh, ia menjawab, “Cerita apa bu?”
            “Kamu tahu nggak Do kalau hujan itu juga dirindukan?” tanya ibunya.
            “Ah, yang bener aja bu. Siapa juga yang kangen dan pengen hujan turun. Tukang es gak suka hujan, tukang parkir juga males kalau hujan, dan orang-orang yang jualan di pinggir jalan pada basah kuyup kena hujan.”
            “Hmmm jangan salah Do, dulu ada orang-orang yang pengen banget hujan turun.”
            “Siapa bu?”
            “Gini ceritanya, di sebuah daerah bernama Samaria sedang terjadi bencana kelaparan karena musim kemarau berkepanjangan. Nih, ibu bawain kamu Atlas Alkitab, supaya kamu tahu letak Samaria itu di mana.” Ibu memperlihatkan letak Samaria di Atlas Alkitab dan Dodo memperhatikan dengan seksama.
            “terus bu?”
            “Ada seorang nabi bernama Elia. Dia disuruh oleh Tuhan untuk bertemu dengan Raja Ahab. Padahal saat itu Elia sedang jadi buronannya Izebel istri Ahab yang sudah membunuh banyak nabi-nabi Israel. Namun ada 100 nabi Israel yang disembunyikan oleh Obaja di dalam gua-gua masing-masing limapuluh orang. Ahab menjadi panik ketika kemarau tak kunjung usai, dan hujan tak datang. Dia mengajak Obaja untuk berkeliling mencari mata air bagi kuda dan bagalnya. Dalam perjalanan itulah Obaja bertemu Elia. Elia meminta Obaja untuk bertemu dengan Ahab. Dalam pertemuan itulah Elia menantang Ahab. Elia menyuruh Ahab mengumpulkan 450 orang nabi-nabi Baal dan 400 orang nabi Asyera. Elia menantang mereka semua di Gunung Karmel. Nih, Do letak Gunung Karmelnya.”

            “Waduh, Elia nggak salah tuh bu nantangin orang sebanyak itu?”
            “Enggak Do. Elia menyuruh nabi-nabi Baaldan Asyera itu untuk mengambil 2 ekor lembu dan memotong-motong tubuhnya lalu menumpuknya di atas kayu. Tapi baik Elia maupun nabi-nabi Baal dan Asyera itu tak ada yang membakar kayu-kayu tersebut. Elia berkata bahwa ia akan berdoa kepada Allah. Nabi-nabi Baal dan Asyera juga begitu. Allah yang menjawab doa salah satu dari mereka adalah Allah yang berkuasa mengirimkan api sehingga kayu-kayu itu terbakar dan membakar potongan-potongan daging lembu itu. Rakyat Israel setuju. Elia mempersilahkan nabi-nabi Baal itu berdoa duluan kepada ilah mereka. Tapi tidak terjadi apa-apa. Elia mengolok-ngolok mereka. Elia bilang jangan-jangan ilah mereka sedang sibuk, sedang bepergian atau sedang tidur. Mereka berdoa makin keras dan tetap tidak ada yang terjadi. Maka sekarang giliran Elia yang berdoa. Sebelum berdoa, dia membangun lagi mezbah yang runtuh itu dan membuat parit di sekitar mezbah yang bisa menampung air sebanyak 15 liter Do. “
            “Terus apa yang terjadi selanjutnya bu?” tanya Dodo tidak sabar sambil siap melahap donatnya yang keempat.
            “Elia meminta orang-orang menyiram potongan hewan itu dengan air sampai tiga kali dan parit yang dibuat Elia itu jadi penuh air. Elia pun berdoa. Seketika itu juga api turun dari langit dan membakar habis potongan hewan korban itu bahkan air di parit yang menggenang itu habis kering oleh api. Dan kemudian Elia menyuruh mereka pulang sebab suara hujan sudah terdengar. Namun mereka tidak mendengarnya. Elia menyuruh pelayannya naik ke bukit sampai enam kali, yang ketujuh barulah si pelayan berkata bahwa ia melihat awan setelapak tangan dari arah laut. Elia menyuruh hamba itu menemui Ahab dan meminta Ahab segera pulang sebelum terhalang hujan. Dalam sekejap awan setelapak tangan itu menjadi awan gelap pekat dan hujan turun sangat deras. Begitu ceritanya Do.”
            “Ohh jadi sebenarnya orang-orang itu dalam masa kekeringan yang panjang dan mereka merindukan hujan turun supaya semua tumbuh-tumbuhan bisa hidup lagi dan mereka nggak kelaparan ya bu.”
            “Iya Do, hujan itu adalah bukti pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya.”
            “Tapi bu, sekarang kebanyakan orang kayak Dodo, nggak suka hujan. Soalnya selain kalau hujan turun bikin anak-anak nggak bisa main juga bikin banjir bu.”
            “Eitss jangan nyalahin hujannya dong. Do, hujan gak bikin banjir kalau kita semua bisa menjaga lingkungan dengan baik. Nggak ngotorin sungai. Sekarang coba kamu lihat kalau kamu lewat sungai yang dekat sekolahmu itu kamu lihat apa di sana?”
            “Hehehe macem macem bu, ada kasur bekas, sampah di kiri kanan sungai, ada ban bekas, wah banyak bu.”
            “Menurut Dodo barang-barang itu mestinya diapakan?”
            “Ya jangan dibuang di sungai bu, soalnya sungai kan bukan tempat pembuangan sampah, kalau dibuang di sungai, lama-lama sungai jadi dangkal karena banyak sampahnya ketimbang airnya bu hehehe.”
            “Nah itu Dodo pinter dah tahu jadi jangan sembarangan nyalahin hujannya hehehe. Coba kalau kita nggak rakus nebangin pohon tapi ogah nanam lagi, nggak ngebuang sampah di sungai atau selokan, nggak ngotorin muara dan pantai, ya banjir nggak datang. Hujan itu anugerah dari Tuhan jadi bukan untuk disalah-salahin. Kalau kita bisa merawat alam ini dengan baik, maka musim kemarau dan musim penghujan itu tidak akan datang sembarangan. Orang jawa kuno bilangnya pranata mangsa. Jadi udah jelas musim kemarau itu kapan dan kapan musim hujan datang. Makanya Do orang-orang jaman dulu bisa bilang kalau ada suara tonggeret maka itu tandanya kemarau datang. Tapi sekarang? Tonggeret nya juga binggung kapan hujan kapan kemarau. hehehehe”
            “Hehehehe iya bu. Dodo nggak akan ngomel lagi deh kalau hujan, soalnya kalau gak hujan Dodo juga yang susah. Semua pada kering. Panas. Dan dari cerita ibu tadi, Dodo janji nggak akan mau lagi ngotorin sungai, selokan dengan sampah. Juga ntar kalau Dodo udah gede, Dodo nggak mau nebangin pohon Cuma supaya Dodo bisa bangun rumah atau villa. Kalau nebang ya kudu nanam hehehe.. Dodo udah nggak marah lagi sama hujan bu.”
Dodo memeluk ibunya dan melupakan kejengkelannya terhadap hujan. Seiring dengan redanya rasa jengkel Dodo terhadap hujan, langit berangsur-angsur cerah. Di ujung sana ada pelangi yang sangat indah. Dodo segera berlari keluar memandang pelangi dan bekas hujan yang masih tersisa. Hatinya kini dipenuhi rasa syukur.






Y.Defrita R.

#proyek iseng-iseng membuat cerita anak-anak hehehehehe ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar