Sabtu, 21 April 2012

monopoli....

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

 

Monopoly

Monopoli!!!! Siapa sih yang tidak tahu monopoli? Siapa sih yang tidak pernah main monopoli? Mainan yang populer sejak lama di kalangan anak-anak sampai dewasa ini memang punya daya tarik luar biasa sekalipun barangkali posisinya digeser perlahan pasti oleh games PC, games di dunia maya. Daya tarik monopoli terletak pada kemampuan kita untuk membuat pilihan dan mengambil keputusan yang tentu mengandung resiko . Resiko gagal, karena angka di dadu tidak meloloskan mimpi memiliki satu kompleks, atau bangkrut karena mendadak teman bermain bak vacuum cleaner yang menyedot habis uang kita hingga receh terakhir. Tetapi gagal dan beruntungnya bukan hanya ditentukan dari keputusan kita tetapi juga angka di dadu, untuk yang satu ini mungkin kita bisa bilang “faktor hoki” yang berperan.

                Selain itu monopoli mengajari kita untuk tidak mudah iri hati dan putus asa begitu melihat teman sepermainan mendekati tangga puncak sebagai monopolis sejati. Pernah suatu ketika keponakan saya yang nomor dua ngamuk hebat demi menyaksikan kakaknya meraup banyak uang dan menguasai beberapa daerah beserta tempat tinggalnya. Pada putaran itu saya resmi menjadi orang bangkrut pertama. Tak dinyana kejadian itu membuat saya tepekur (keuntungan bangkrut pertama adalah dapat menganalisa permainan dan watak pemain hehehehe…). Dalam hidup sesehari sesungguhnya tak beda jauh dengan papan monopoli yang dimainkan saya dan keponakan saya. Ada orang-orang yang karena usahanya, keputusan-keputusan yang mereka buat serta faktor berkat keberuntungan menjadi orang yang empunya, ya empunya daerah, ya empunya tahta, dan lain sebagainya. Ada pula orang-orang yang senasib dengan saya dalam permainan putaran pertama itu yaitu bangkrut setelah berjuang habis-habisan. Ada yang sanggup menerima dengan ikhlas, namun paling banyak adalah yang sirik dan melakukan segala macam cara yang musyrik untuk menjatuhkan orang lain atau sekedar meluapkan kejengkelan. Dengan bermain monopoli sebetulnya kita sedang dilatih untuk tenggang rasa, menghargai kesuksesan orang lain, dan tetap menjaga harmoni permainan.

                Di lain kesempatan, saya menjadi monopolis sejati. Saya berhasil menguasai daerah-daerah penting yang sanggup membuat kocek pemain lain bolong dan gulung karpet. Dengan sisa-sisa receh yang dimiliki oleh dua pemain, keponakan saya bertanya polos nyaris lugu, “ik (tante), kok gak dibeli sih afriknya? Kan uange udah banyak mbanget tuh.” Dengan santai berkipas duit dolar kertas monopoli, saya menjawab, “ian, kalau iik, beli afrika dan australia sekalian, kamu ama kak maria udah gulung karpet dari tadi. Gak asyik dong menang sendirian dan permainan selesai.” Main monopoli juga butuh sensitivitas untuk menciptakan permainan yang dinikmati siapapun termasuk yang cuman punya beberapa lembar receh. Apalah arti julukan monopolis sejati kalau ternyata itu menghentikan permainan.

                Tetapi sayangnya hidup kita juga tidaklah sesederhana permainan monopoli, namun makna-makna yang terkandung dalam permainan monopoli hasil perenungan saya yang bangkrut dalam putaran pertama jelas mempertajam pemahaman saya akan seni hidup bersama dengan orang lain. Diperlukan sensitivitas terhadap arus permaianan dan juga emosi dan kondisi orang lain. Dibutuhkan kecepatan berpikir dan kepercayaan diri untuk membuat keputusan baik terkait dengan urusan personal maupun komunal. Dibutuhkan kebesaran hati untuk menerima dan menjalani kehidupan yang mungkin tidak sesuai harapan dan tidak sesukses orang lain. Diperlukan sifat dan sikap yang tidak tamak dan memberikan kesempatan pada orang lain untuk tetap menikmati hidup, gak kayak sekarang ini yang berkuasa ngegencet yang sekarat.

                Tuh kan asyik kan main monopoli, jauh lebih asyik ketimbang sibuk ngurusin tanaman yang cuman tumbuh di dunia maya demi melawan mayat hidup gentayangan. Kalau sekarang banyak orang terhisap dan terbius dengan pesona games di komputer dan di dunia jejaring sosial, maka tak ada salahnya melirik monopoli dan bermain bersama teman atau keluarga di akhir pekan. Kalau games di komputer dan dunia jejaring sosial cenderung mengasah diri menjadi invidualis sejati, maka bermain monopoli mutlak harus berelasi dengan pemain yang lain…

Yuuuuukkkk main monopoli……

 

 

 

 

 

Y. Defrit Rufikasari

Wonosobo, awal April 2012

*perenungan setelah sekali menang, dan sekali bangkrut total*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar