Sabtu, 11 Juni 2011

I never go back anymore...

When i remember what He done for me

i never go back anymore

when i remember what He done for me

i never go back anymore

no no never never a..a..a

i never go back anymore

no no never never a..a..a

i never go back anymore

Saya mengenal lagu saat menjalani Masa Orientasi Asrama di Asrama UKDW jalan seturan. Lagunya cukup riang dan semakin semarak dengan tingkah para kakak tingkat yang menjadi model dari gerakan untuk lagu ini. Tetapi hanya samapi disitulah perjumpaan saya dengan lagu ini. Bertahun-tahun kemudian, tepatnya ketika saya mengikuti persekutuan doa komisi dewasa muda di gereja tempat saya berpelayanan, saya kembali berjumpa dengan lagu sederhana ini.

Lagu ini jelas terinspirasi dari Rasul Paulus yang pernah berkata bahwa dia sudah melupakan apa yang dibelakangnya dan mengarahkan diri kepada yang didepan. Ada apa? mengapa Rasul Paulus berkata demikian? Di dalam sebuah buku yang bertajuk Kisah Para Rasul, kita akan menjumpai dokumentasi yang sangat berharga tentang orang-orang biasa yang dipanggil, diperlengkapi dengan Roh Kudus (peristiwa Pentakosta) dan diutus untuk mengerjakan hal-hal luar biasa dan menjalani hidup yang tidak biasa. Sekaligus didalamnya kita berjumpa dengan seorang lelaki yang mengalami transformasi hidup. Dia adalah Saulus yang kemudian berubah menjadi Paulus. Dia adalah Saulus yang memprovokasi penduduk untuk merajam Stefanus sampai mati. Dia adalah Saulus murid Gamaliel yang pandai. Dia adalah Saulus yang mengejar dan menganiaya orang-orang Kristen. Namun dia juga adalah Saulus yang bertemu dengan Tuhan.

Tiga hari lamanya di hidup dalam kegelapan sampai akhirnya Ananias datang menyembuhkan dia dengan kuasa dari Tuhan. Tiga atau empat hari itulah Saulus  ini resmi mengikut Yesus karena perjumpaannya di jalan menuju Damsyik. Namun apa yang didapati Saulus tatkala dia baru empat hari menjadi pengikut Yesus?

dia justru akan dibunuh, dikejar-dikejar, dicurigai, bahkan para murid yang lain pun curiga serta takut ketika Saulus bergabung bersama dengan mereka. Dan ketika saya menyaksikan perjalan hidup serta pelayanan Saulus yang kini berganti nama menjadi Paulus itu, hati saya tergetar. Betapa tidak, baru empat hari dia mengikut Yesus, sudah datang tantangan yang membahayakan nyawanya. Dia adalah murid Yesus yang mengabarkan Injil sampai ke daratan Eropa dan Asia Tengah dan karena kesediannya itulah, injil pun dapat keluar dari Yerusalem dan dinikmati bahkan oleh kita yang di Indonesia. Karya Rasuli Paulus tak usah dipertanyakan lagi, semua yang dia bisa lakukan demi Injjil, sudah dia kerjakan dengan segenap hati. Disesah, dianiaya, bolak balik masuk penjara, dihukum, berdebat dengan para pembesar negeri, dan dia menderita sakit yang agaknya tidak bisa disembuhkan sampai dia berkata "duri dalam daging". Dan dalam semuanya itu, Tuhan justru berkata, "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu!" Astaga, Tuhan sudah mencukupkan kasih karuniaNya bagi Paulus. Maka sampai akhir hayat dia menjalani hidup dalam kondisi yang jauh dari kata nyaman. Tetapi yang menarik adalah Paulus tidak gentar, tidak menyerah dan justru dia berkata bahwa dia sudah melupakan apa yang dibelakangnya. Inilah yang menjadi inspirasi bagi lagu sederhana di awal tulisan ini.

Paulus di dalam ujian kehidupan yang dia jalani, pelayanan yang penuh dengan tantangan dan bahkan penolakan dari jemaat yang dia rintis, tidak sekalipun dia berkata, "Tuhan aku mau berhenti saja. sudah cukup Tuhan aku menderita!" bahkan jauh sebelum dia benar benar terjun dalam pelayanan, dia sudah tahu bahwa Tuhan yang memanggil dia dalam karya Injil justru menjanjikan bahwa hidupnya akan menderita karena memberitakan nama Tuhan. See, belum apa-apa Tuhan sudah kasih jaminan bahwa hidup Paulus akan menderita! What? jaminan kok jaminan yang gak enak. begitu barangkali gerutu hati kita. Tetapi lihatlah sekalipun Tuhan bilang bahwa hidup Paulus akan menderita, tapi Paulus tidak bilang, "Oh gitu ya Tuhan, ok, gini aja ya Tuhan, mumpung masih baru jadi Kristen neh, gimana kalo aku mundur aja deh..makasih loh Tuhan buat tawarannya tapi mengingat jaminanya hidup menderita...kamsya deh Tuhan, cari orang laen aja ya." Sekalipun jaminan hidup yang Tuhan berikan kepada nya adalah hidup sarat penderitaan, tapi langkah juang Paulus tak surut sedetikpun.

Bagi saya Paulus ini sosok yang keras dalam pendirian, paradoks disana sini khususnya teologianya namun lepas dari itu semua dia mengajari saya dan mungkin juga Anda arti sebuah komitmen mengikut Tuhan. Pak Andar Ismail pernah membahas seluk beluk mengikut Tuhan Yesus dalam buku "Seri Selamat Mengikut Dia". Beliau mengatakan bahwa  kata "mengikut">> deute opisoo mou berarti "mari berjalanlah di belakangKu". Di dalam budaya Timur tengah, seorang murid harus berjalan di belakang gurunya. Sedangkan di dalam dunia Perjanjian Lama kata mengikut ini mengandung arti "mengiringi, menaati, mencintai, menyerahkan diri dan mengabdikan diri". Jadi ketika Paulus mengikut Tuhan Yesus, sebenarnya Paulus telah "menyerahkan diri untuk berjalan di belakang Yesus", Paulus telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus yang berjalan di depannya. Paulus berjalan di belakang Yesus  dan mengikuti Dia masuk desa dan kota, turun naik lembah dan bukit, melintasi gurun dan kebun anggur. Dalam arti inilah Paulus berkomitmen. Dan komitmen itulah yang menjadi motivasi bagi dia untuk terus maju dan tidak gentar sedikitpun apalagi berniat mundur. Kalau Paulus memaknai komitmennya dalam mengikut Tuhan Yesus dengan tiada gentar sedikitpun, bagaimana dengan kita? sebagai orang-orang yang  berseru-seru bahwa kita mencintai Tuhan, mau hidup serupa dengan Dia, apakah kita sanggup senantiasa mengingat komitmen kita kepada Tuhan Yesus? atau justru iman kita, komitmen kita goyah, tatkala kita menyaksikan hidup mengikut Tuhan Yesus kok tidak enak (Emang Tuhan Yesus pernah bilang kalau langit akan selalu cerah? gak kan!) mau ngapa-ngapain dipersulit hanya karena identitas kita Kristen? atau kita tetap mau hidup mengikut Tuhan Yesus, berjalan di belakangNya sekalipun kesulitan senantiasa membelit? hidup makin runyam tak nyaman? harapan tak kunjung terwujud? doa tak kunjung terjawab?

selamat memasuki masa Pentakosta!

Tuhan memberkati kita...

 

 

 

Y.Defrita R.

Darmo Satelit, 11 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar