Rabu, 04 Mei 2011

Sarapan Pagi

Pagi ini saya bangun jam 04.30 lantaran partner saya menelpon. Biasanya kami saling menyapa via telepon itu pada malam hari setelah kami menuntaskan aktivitas. Kami akan saling berbagi cerita, keluhan, dan cerita-cerita konyol dan kemudian kami mengakhirinya dengan doa malam bersama. Kadang-kadang dia yang memimpin doa, kadang-kadang saya, dan kadang-kadang kami saling mendoakan secara bergantian. Namun lantaran dini hari ada Barcelona bertanding dengan Madrid, maka dia berdiskusi dengan saya soal kebiasaan kami telepon malam. Dan hasil akhirnya adalah, kami bicara pagi hari sebelum saya ibadah pagi.

Jam 04.30 saya sudah bangun, tapi dia belum menelpon, 8 menit kemudian dia menelpon. Dengan mata masih lengket dan suara nge-bass saya membalas sapaanya. Karena memang masih pagi, jadi otak saya ini masih loading. Ditanya apa jawabannya apa, dan kalau masih agak bagusan ya ditanya apa saya njawabnya luaammaa. Maklum belum benar-benar "ON". Selang beberapa menit barulah saya agak sadar bahwa saya sedang ditelepon. Dia memaklumi kalau saya masih menjawab dengan gumaman yang tidak jelas seperti "uhhmmm, oooaaahhhmmmm, ehmmm, ha?, hmmmm...apa?" dia hanya terkekeh mendengar saya yang masih tidak sadar.

Jam 05.00 barulah saya sadar. Sudah bisa diajak bicara walaupun gumaman itu ada tetapi lebih jarang frekuensinya. Saya pun mulai menceritakan beberapa hal terkait aktivitas saya seminggu ini yang lumayan padat. Minggu ini saya harus menyiapkan 1 kotbah, 1 bahan renungan,mulai mikir konsep untuk Kid's Praise,  1 bahan PA untuk hari Jum'at dan 1 bahan PA untuk hari selasa depan. Dia hanya menanggapi demikian, "ckckckck...padet ya..kirain kelar Paskah kamu rada free..." Saya menjawab, "Free???wkwkwkwkkw ngarepnya sih getoh...tapi cem mana lagi, awak nak free...awak sudah di plot dari bulan kemaren". Mulailah kami membicarakan detail-detail masing-masing aktivitas saya itu. Sampailah di suatu kegiatan saya berkata, "Schat, aku nge-blank...i don't know what i have to do with those theme..i really don't knoe how to start...from where..with what?" dan selama kurang lebih 10-15 menit kami terlibat obrolan yang cukup pelik terkait satu bahan itu. Just imagine that, jam 05.00 pagi kami sibuk membahas kegiatan-kegiatan itu dan terlibat dalam pembicaraan cukup serius. What? jam 05.00 pagi? OMG!!!! gak kepagian jeng?!  @_@"

Tak lama kemudian dia mengusulkan saya untuk merevisi skala prioritas saya satu minggu ini. Fiuuhhh...little bit lega lah. Dia pun seperti biasa menawarkan diri menjadi partner diskusi untuk satu tugas. Maka saya kirim ke dia ayat-ayat lengkapnya untuk dia pelajari, so kalau nanti kami telepon lagi, maka sudah ada bahan untuk diskusi. Senang punya partner yang bisa diajak mikir,bisa diajak diskusi, kritikus terbaik untuk tulisan-tulisan saya, bisa diandalkan.

Tapi di sela-sela rasa senang itu, saya mulai diliputi perasaan galau dan sampailah saya pada pertanyaan, "Tuhan, apa aku bisa?" hening. Tidak ada jawaban. Sekali lagi, "Tuhan, apa aku bisa?" hening lagi. Jangan dikira saya lulusan teologi terus bisa begini dan begitu, pokok'e mumpuni lah, handal dalam pelayanan... No i'm not!!! Saya masih butuh waktu untuk mempersiapkan diri dan saya butuh Tuhan. Jam terbang saya masih amatir, jadi harap maklum kalau untuk menyajikan kotbah saja butuh waktu berhari-hari, untuk menyiapkan renungan juga berhari-hari, dan untuk menyiapkan bahan PA bisa semingguan, juga untuk mengkonsep suatu acara. Pendek kata, saya ini tidak sehebat, sepandai, dan sehandal yang orang lain pikirkan. Maka dari itu saya sering bertanya, "Tuhan, apa aku bisa?"

Sampai di ruang pertemuan, beberapa jema'at sudah hadir. Saya sempat "deg" waktu seorang jemaat mengatakan agar saya siap sedia untuk nge-MC. Dalam hati, "Hah...another surprise". Tapi tak lama kemudian, seorang jemaat itu bilang, "Def, ndak jadi, orangnya sudah datang." Saya menjawab, "Syukur kepada Allah". Kemudian saya baru tahu kalau yang kotbah dan nge-Mc itu tadi Pdt. Samuel Hendrarto. Oalah ternyata si ibu tadi lupa , harusnya saya yang dia hubungi untuk MC, dan Pdt. Samuel yang kotbah. Saya mau gantikan beliau nge-MC, tapi beliau ndak mau melimpahkan begitu saja tugasnya pada saya. Beliau merasa harus bertanggungjawab karena sudah mau dijadwal nge-Mc dan kotbah. Ckckckckkc...salut saya. Biasanya neh, para pendeta yang lagi kedatangan mahasiswa atau alumnus yang lagi praktek di gerejanya, sekali lagi biasanya loh...akan dengan mudah melimpahkan tugas2nya. Tapi ini ndak. Salut dan kaget Pak!

Dan dari kejadian sederhana itu saya tahu Tuhan mengajak saya untuk melihat satu hal baik pagi ini. Apakah itu? saya melihat kesungguhan hati Pdt. Samuel dalam menjalankan tugasnya walaupun dia bisa saja melimpahkannya pada saya. Saya diajak untuk melihat yang lebih dalam dari itu yaitu bahwa Tuhan memampukan setiap orang yang mau dengan tulus dan sungguh2 mengerjakan bagiannya. Ini sarapan pagi pertama saya yang bikin saya manggut-manggut di belakang meja operator LCD.

Sarapan yang ke-2 adalah ketika dinyanyikan lagu "S'gala puji syukur hanya bagi-Mu Tuhan, sebab Engkau yang layak di puja, Kami mau bersorak tinggikan nama-Mu haleluya..dst." Lagu ini suering buanget dinyanyikan.Tapi kali ini lagu ini "makjleeeppppp". Hati nurani saya yang memang tidak senang lihat saya cengar-cengir nyanyiin lagu itu langsung memprotes, "Heh, jangan cuma nyanyiin, lihat dirimu, kamu sudah bisa bersyukur ndak pagi ini?" DEG! Yup, saya memulai hari ini dengan mengeluh. Dan mungkin tidak cuma hari ini saja, hari-hari lain di belakang sana saya juga mengeluh. Sekarang saya nyanyi lagu "sgala puji syukur". What? Am i really thankful God today?. See, bersyukur itu susah, mengeluh itu gampang. Tapi mengeluh hanya membuat hari-hari makin muram, pikiran buram, dan muka kusam! sungguh tidak baik untuk kesehatan jiwa, tubuh dan pikiran. Tapi bersyukur?Duh, Tuhan jangan becanda dwuehhh..bersyukur ya? hare gene dengan tugas seabrek saya disuruh bersyukur? nyang bener aje.." yup, itulah komentar my dark side. Lama kelamaan saya simak lagu itu dengan seksama.  Ooohhhh...rasa syukur itu tidak selalu ditentukan dari apa yang kita dapatkan. Rasa syukur itu bisa lahir begitu saja bahkan ketika kita tidak mendapatkan apa-apa.

Saya memang belum mendapatkan ide apapun untuk macam-macam aktivitas saya. Saya belum menyelesaikan semuanya. Tapi saya mau bersyukur...biar saya makin akur dengan kegiatan yang tak terukur...

Sarapan ke-3 ini baru makan makanan jasmani hehehee...mau tahu menunya? makanya datang ibadah pagi tadi donk hehehehee....

 

 

Darmo S..4 Mei 2011

Y. Defrita R.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar