Senin, 01 Desember 2008

Oleh-oleh dari retreat....

Hari Sabtu, 29 November 2008 jam 16.30...saya dan beberapa teman meluncur ke jalan Affandi tepatnya di kampus Sadhar gejayan. saya dan teman-teman akan bersama-sama mengikuti retreat kelompok doa meditatif UKDW. sore itu kami tiba di halaman kampus Sadhar, sementara retreat akan berlangsung di wisma Realino. kami berjalan menyusuri halaman kampus yang luas, teduh namun lengang...hanya nampak beberapa mahasiswa yang masih nongkrong di parkiran. setelah sedikit berputar-putar mencari "pintu masuk" ke wisma Realino, akhirnya...ini pun berkat petunjuk satpam...kami menemukan pintu masuk wisma Realino...fiuh!!!
jujur saja saya baru kali pertama menginjakkan kaki di ubin wisma realino. kesan pertama saya: bangunannya klasik...namun sangat tenang...teduh karena ada beberapa pohon mangga dan sukun yang mengisi halaman tengah dalam...pas untuk retreat...begitu kesan saya. di sana sudah ada beberapa teman yang tiba lebih dulu mereka menunjukkan dimana kamar saya. perjalanan ke kamar saya pun jadi tidak biasa karena bentuk fisik gedung ini begitu klasik dan menawarkan keteduhan. saya menempati kamar nomor 3...saya dan 3 teman yang lain akan melepas lelah di sana. sore ini belum ada kegiatan apa-apa selain kudapan sore hari(yang tidak saya makan) dan obrolan ringan di antara saya dan teman-teman.
jam tangan saya menunjukkan bahwa sekarang sudah pukul 6 malam, sesuai acara maka sekarang adalah tiba saatnya ibadah pertama. kami segera turun ke suatu ruangan yang sudah diatur sedemikian rupa...ada meja putih di depan, lalu dua lilin yang menyala, salib berwarna perak, dan icon Yesus Kristus...saya menduga itu icon Yesus Pantokrator karena Dia membawa kitab di tangan kiri-Nya...entahlah saya tidak terlalu yakin. ibadah pertama ini menggunakan doa dan nyanyian dari Taize...
sudah lama saya tidak mengikuti ibadah taize...terakhir itu tahun lalu pas ada Ziarah Iman di Bumi, yang dihadiri oleh Bruder Alois (prior di Taize) di Yogyakarta. ibadah kali ini terasa berbeda lantaran suasana juga berbeda. peserta retret dibatasi hanya 25 orang tetapi yang hadir 21 orang...peserta sedikit justru menciptakan ketenangan dalam peribadahan sore itu...
kami tidak bercakap-cakap satu sama lain...agaknya saya dan teman-teman mencoba menghayati keheningan yang sudah mahal harganya dan langka...khususnya dalam hidup keseharian saya. di tengah keheningan itu saya hanya mengucapkan kalimat "Tuhan,,pulihkan aku...jangan tolak aku..."hanya kata-kata itu yang saya ucapkan dalam keheningan batin saya.
saya tidak meminta kekayaan...kepandaian...kekuasaan..saya hanya meminta Dia memulihkan saya...dan tidak menolak saya untuk datang menghampirinya. ini yang paling saya butuhkan saat ini...
seusai ibadah kami makan malam bersama dan sebelumnya diawali dengan doa makan, kami menyanyikan salah satu lagu taize sebagai doa makan kami.. setelah kenyang, kami masuk dalam Refleksi I yang dibawakan oleh Prof. E.Gerrit Singgih...refleksi beliau diambil dari 1 Yohanes 3:19-24 "Allah lebih besar daripada hati kita". di dalam perenungan itu, beliau mengungkapkan beberapa hal yang menarik dan menggugah bagi saya, yaitu:
1) seringkali dalam kehidupan ini kita menganggap bahwa diri kita seluruhnya adalah kesalahan alias "Salah kedaden". sehingga kita dikuasai oleh perasaan bersalah yang begitu hebat. sampai-sampai kita memandang hidup ini sebagai suatu kesalahan yang fatal! bahkan disadari atau tidak, di dalam struktur masyarakat kita, orang-orang seperti ini merasa tidak layak untuk duduk satu deretan dengan orang-orang lain. mereka merasa dipinggirkan. mereka merasa dianggap tidak ada.
2)Yohanes tidak bisa menerima hal tersebut dan disitulah justru letak penghiburan yang diberikan oleh Yohanes. Di ayat-ayat sebelumnya, Yohanes memberitahu kita siapa Allah itu. Allah adalah terang dan yang padanya tidak ada kegelapan (1 Yoh. 1:5). tetapi juga ia memberitahu kita siapakah kita, yaitu anak-anak Allah yang mampu berbuat kebenaran (1 Yoh.3:1). bahwa Allah lebih besar daripada anak-anak Allah bukan merupakan suatu yang berakibat negatif bagi hidup kita yang lebih kecil daripada Allah. sebaliknya, keberadaan Allah yang sedemikian itu menyebabkan kita dapat mengatasi keterbatasan kita, termasuk merasa diri kita seluruhnya adalah kesalah alias salah kedaden itu tadi. kalau kita menyadari bahwa Allah lebih besar daripada hati kita, niscaya kita tidak akan menilai diri kita sebagai sebuah kesalahan. mereka yang dapat menyadari bahwa Allah lebih besar daripada perasaan salah kedaden , akan bangkit dan menyediakan diri untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan kasih. siapa yang mengasihi itu lahir dari Allah dan adalah anak Allah. kenyataan bahwa saya dan Anda adalah anak Allah sepatutnya membawa kita pada kesadaran bahwa kita harus berbuat kasih hari ini! bukan besok atau kemarin! mengutip kata-kata Master Sifu dalam film Kungfu Panda," Yesterday is history, tomorrow is mystery, but to-day is a gift!"
3) apa yang diungkapkan oleh Prof. E. Gerrit S. mengajak saya untuk serta merta sadar bahwa seringkali saya hidup di masa lalu...di yesterday...atau melompat ke masa depan...sehingga saya kurang menghayati hidup hari ini! Prof. E.G. S. mengingatkan bahwa kita musti berkonsentrasi dalam menjalani hari ini...karena hari ini adalah keabadian...lupakan masa lalu...jangan pula hidup di masa depan...tetapi hiduplah hari ini...pemahaman seperti ini jelas membantu saya atau kita semua barangkali untuk menerima keberadaan diri bukan sebagai suatu salah kedaden namun mensyukuri keberadaan diri sebagai Anak Allah yang Wajib melakukan tindakan kasih HARI INI!!!
refleksi malam itu sebenarnya banyak mengusik kami, namun karena keterbatasan waktu maka tidak semua dapat dibagikan dalam refleksi. tetapi seusai refleksi malam, beberapa dari kami masih melanjutkan dengan sharing pribadi...dan ada sebuah kesepakatan tak tertulis antara saya dan beberapa teman bahwa untuk menghayati hidup kita pada hari ini berarti seluruh eksistensi dan esensi kita juga hanya pada hari ini...itu tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa...kami menjadikan ini sebagai sebuah proses....
semoga bisa!!!
malam kami tuntaskan dengan ibadah malam yang diberi tajuk "Pesta Lilin". kami masih menggunakan doa dan nyanyian dari taize lengkap dengan pendarasan Mazmur. dan benar malam itu kamai saling berbagi cahaya...sebagai simbol penerimaan Kristus sebagai Sang TErang dalam hati kami dan tindakan membagi cahaya kami maknai sebagai kesediaan kami memberi pada sesama..
sebelum kami beranjak ke peraduan, Prof. E.G.S mengingatkan kami untuk terus berkonsentrasi menjalani hari ini yang hampir habis!...si Prof ada-ada aja...pake pesan sponsor segala...
yah, ini sekelumit oleh-oleh yang dapat saya bagikan untuk kita semua...semoga bermanfaat..

1 komentar:

  1. Belajar dari lingkungan agar kita selalu dekat dengan Tuhan. Cobaan dan ujian juga merupakan sarana agar kita tambah dekat dengan Tuhan, semakin sayang Tuhan, cinta Tuhan..Good Luck

    BalasHapus