Beberapa teman dekat selalu mengatakan kalau saya ini orang yang sangat peduli lingkungan. Entah apa alasannya namun saya menduga alasan terbesarnya adalah karena tugas skripsi saya bertahun-tahun yang lalu. Walaupun tidak secara spesifik membahas soal cinta lingkungan dalam koridor aktivis. Sebab yang saya bahas adalah problematika dan rangkaian pengalaman para perempuan yang menjadi korban dari lumpur Lapindo di Sidoarjo dalam kaitannya dengan pembangunan di Indonesia.
Tapi kali ini saya tidak sedang ingin membagi kisah tentang skripsi saya yang sudah jadul itu walaupun harus diakui tulisan ini sangat dijiwai oleh semangat dari skripsi saya itu. Berawal dari skripsi itulah saya mengenal dan akhirnya jatuh cinta pada gaya hidup yang mencintai lingkungan, mencintai alam. Bermula dari cinta pada pandangan pertama maka saya sedapat mungkin menerapkannya dalam kehidupan saya. Prinsipnya sederhana, semakin banyak kita membeli barang, semakin penuh bumi dengan barang-barang kita. Pertanyaannya adalah pada mau dibuang kemana itu kalau sudah penuh? jawabannya...taaa..daaa...gak bisa dibuang ke mana-mana...ya tetep di bumi.
kebayang kan kalau satu orang dalam satu minggu bisa beli dua pasang sepatu dan tiga buah baju baru sementara di rumah masih ada dua lemari? wowwww! Prinsip yang lain adalah mendidik diri saya sendiri untuk tidak jadi orang yang konsumtif tapi kreatif menggunakan, mengolah, menciptakan barang baru dari yang lama. Semangat inilah yang mendorong saya untuk benar-benar merubah gaya hidup saya lebih ke arah eco-friendly dan un-consumtive...
Mulai dari hal yang sederhana seperti tidak menggunakan plastik ketika berbelanja, menolak untuk tawaran petugas supermarket yang mau membungkus barang bawaan saya dengan tas plastik padahal mungkin barang yang saya beli bisa dengan mudah dicemplungin di tas hehehehe, tidak gonta-ganti sepatu selain alasannya gak punya duit hehehe, sepatu yang abru dibeli biar awet dijahitkan dulu alasnya. Kalupun sudah dijahit namun rusak pula tak perlu risau, tukang sepatu punya bayak perbendaharaan materi yang bisa menyulap sepatu rusak (tapi masih layak pakai) jadi okeee lagi hehehe.
Seperti yang saya ceritakan tadi, perubahan yang saya lakukan sekarang tergolong "ekstrem" dalam definisi saya. Mengapa ekstrem? karena kalau dulu life style eco-friendly itu cuman sebatas pengurangan pemakaian tas plastik, lalu mengupayakan sepatu lama jadi oke dipakai tanpa beli baru, maka sekarang perubahan itu merambah ke pakaian. Ya, pakaian.
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak orang-orang yang menggiatkan semangat cinta lingkungan dan tidak konsumtif ini. Julukannya adalah RE-FASHION. Ya, mendesain ulang pakaian jadul menjadi baru dan nyaman dipakai tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Salah seorang blogger, Chonie bahkan mengaku terakhir kali beli baju baru sekitar tiga tahun lalu karena sekarang ia bisa menciptakan pakaian baru yang sesuai dengan karakternya.
Memang itulah salah satu keuntungan me-RE-FASHION pakaian, kita dapat memperoleh pakaian yang pas dengan yang kita inginkan. Pas dengan badan dan ada kepuasaan tiada tara ketika baju lama yang jarang dipakai (entah karena rusak sedikit, tidak muat, tidak cocok modelnya tapi enak bahannya dll) menjadi sering dipakai. Walaupun dengan menjadi re-fashionista (julukan yang saya buat sendiri) kita tidak bisa semodis perguliran trend fashion. Namun untuk orang sejenis saya yang abai terhadap apapun trend fashion dunia saat ini, jelas ini tidak menjadi point yang merugikan hehehehe. Prinsip saya adalah NYAMAN, SEDERHANA TAPI CHIC, dan MURAH hehehehehe...
Hari minggu lalu, saya sudah resmi me-re-fashion satu kemeja hitam kotak-kotak hitam putih ala papan catur yang saya beli waktu saya kuliah semester 8 hehehehehe (lamaaaa bangeeettt) masih muat sih cuman saya ubah bagian kerutan di belakang dan samping kanan kiri saya lepas. Karena kalau dipaksakan begitu tubuh saya yang seperti buah pear makinnnnnn sepertiiiiii peeeearrrr. Lalu kantong kecil di dada kanan kiri saya lepas juga...maka jadilah kemeja yang simple namun chic karena kerutan di tangan dan pundak masih saya pertahankan.... (saya janji begitu ada waktu saya up-load deh fotonya)
Kemudian saya me-re-fashion kemeja hitam yang saya suka bahannya tapi talinya di belakang bikin saya makin terlihat seperti pear. Kalau dipiki-pikir kenapa juga dulu saya beli ckckckckck mungkin dulu saya khilaf T__T tidak sadar kalau badan seperti pear ;)
Tali dibelakang di lepas, lalu belahan di samping kanan dan kiri dijahit dan kemudian saya menambahkan brokat sisa sehingga lebih panjang sedikit. Maklum itu kemeja saya beli waktu saya semester 2 hehehehehe...barang lama selalu punya cerita kan :)
Dan yang ketiga adalah blous kembang-kembang kecil dengan aksen kerutan di seputar leher yang mengekspos badan saya sedemikian rupa. KArena itu pemberian pamali kalau dikasih ke orang lain (atau tangan ke tiga) heheheheh maka saya putuskan melepaskan semua kerutan itu walapun butuh waktu lama dan jari saya sampai berdarah hiksss....tapi tak apa demi mendapatkan hasil oke...
Rencana kedepan saya akan me-refashion kaos putih polos yang akan saya tempeli tulisan CHLOE bling bling dari kaos saya yang lama. Itu yang pertama, yang kedua masih dengan kaos putih, akan saya tambahkan renda dan merubah model kerahnya hehehehe.
Waktu saya buka lemari pakaian saya...taaaaddaaa ada banyak materi yang bisa dikreasikan ulang :D jadi tidak sabar untuk segera melaksanakan dua rencana saya itu hehehehe...
Inilah yang saya maksud dengan perubahan ekstrem karena dulu sih cuman sebatas mengurangi konsumsi pakaian. JAdi kalau saya beli satu baju, satu baju di lemari harus saya berikan pada orang lain. Kali ini tidak, saya tidak beli baju baru, tapi saya tidak memenuhi lemari...tidak konsumtif...dan terlebih lagi tidak membuat bumi semakin terbeban dengan limbah ciptaan saya hehehehe...
Yukkk ikutan merubah gaya hidup kita jadi lebih ramah lingkungan, dan tidak menjadi manusia Indonesia yang konsumtif :D
note:
untuk-untuk fotonya menyusul ya... :D
Yohana Defrita Rufikasari
15 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar