Pagi tadi saya berkunjung ke rumah teman kuliah saya dulu. Saya sampai di rumahnya jampir jam sepuluh pagi. Setelah mengetuk beberapa saat, pintu dibukakan. Dari balik pintu saya melihat wajah seorang perempuan sederhana namun bersahaja. Dia mempersilahkan saya masuk dan duduk. Dia segera masuk ke dalam dan memanggil-manggil anaknya.
Selang sepuluh menit kemudian, saya dan teman saya asyik ngobrol ke sana ke mari. Tiba-tiba di sela-sela tawa dan kisah kami, saya mendengar bunyi srekk..srekkk..srekk... Ya, suara orang sedang menyikat sesuatu.
Suara yang konstan namun kentara sekali tak ingin menganggu perbincangan dua anak muda yang doyan cerita di sisi ruangan yang lain. Namun suara itu makin menggoda saya untuk mengalihkan perhatian saya ke suara sikat itu. Tiba-tiba saya teringat suara yang serupa di rumah saya. Ya,suara sikat yang setiap dua hari sekali terdengar bersemangat.
hahahaha...rupa-rupanya suara ibu di mana saja itu sama.
Suara sikat itu menemani cerita sana sini kami soal perjalanan hidup kami dan ternyata ibu ada di sana. Ada di setiap lekukan dan tanjakannya, ada di setiap jalan yang curam. Ada di setiap keputusan sulit yang harus diambil. Dan ada di saat bahagia.
Teman saya menceritakan kedekatan hubungannya dengan ibunya, dan saya dapat melihat haru itu memancar. Sungguh, baru kali ini saya melihat ada seorang laki-laki yang menahan air matanya lompat ketika ia bercerita tentang ibunya, ketika ia memperagakan belaian ibunya. Cinta kepada ibu nyata sungguh di dalam binar matanya.Keharuan dan kecintaan yang diekspresikan dengan lugas.
Ibu di mana saja rupanya sama...sama-sama mendukung anaknya, apapun keputusan yang diambil oleh anaknya. Tiada kata mendebat. Tiada sikap menolak. Yang ada hanya tatapan lembut dan memasrahkan semua jalan-jalan di depan sana kepada kehendak-Nya semata-mata agar anaknya bahagia. Dan ketika anaknya terperosok dan terluka, tiada kata menghakimi, tiada sikap menyalahkan. Tangan kasar ibu merengkuh dan mendorong untuk melangkah lagi.
Ahhhh...ibu di mana saja sama. begitu simpulan saya tadi...
Dari suara sikat yang melatar belakangi obrolan saya dan teman saya, ekspresi cinta dan apresiasi terhadap cinta ibu mengalir deras memenuhi batin...
terima kasih ibu....
untuk membiarkan ku memilih jalanku
membiarkanku bersikukuh dengan apa yang ku anggap benar
dan walaupun kemudian aku salah...
untuk berada bersamaku dalam kekalahanku...
untuk menemaniku dalam luka dan kecewa...
untuk selalu percaya bahwa aku bisa
bahkan ketika tak seorangpun yakin...
untuk berharap yang terbaik untuk ku...
untuk membelaku menghadapi orang-orang jahat...
untuk meyakinkan aku bahwa hidup itu indah walaupun tidak selalu mudah...
untuk namaku dalam doa-doa mu...
untuk selalu memberikan yang terbaik untuk ku
terima kasih ibu
sudah menghadirkan keindahan dalam hidupku...
Y.Defrita Rufikasari
Senin, 14 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar