Kalau saja benda-benda bisa bicara, tentu mereka mengurai cerita. Cerita tentang masa kanak-kanak kita barangkali, atau jatuh cinta pertama kali yang membuat pipi merona. Benda-benda ini diam, tetapi menyimpan kisah, bahkan gambar ketika kita sentuh. Membawa kita kembali ke masa tertentu.
Benda-benda ini kadangkala sudah lenyap tak berbekas, kadangkala sudah lenyap tak berbekas, hancur karena tak sengaja, atau sudah berpindah tangan. Ya seperti guling yang menemani saya dari bayi. Dua guling kecil yang berpisah jalan dengan saya ketika papa meninggal. Guling itu ikut pergi bersamanya. Tetapi sekalipun barangnya tak ada, dan tak bisa saya sentuh, namun guling itu pernah ada dalam beberapa episode hidup saya. Dan pernah digantikan oleh guling serupa yang setia menemani sampai bertahun kemudian.
Ah, tentu kalau diingat ada begitu banyak benda-benda kecil termasuk makanan yang menemani masa kanak-kanak kita bahkan mungkin sampai sekarang. Betapa sesungguhnya yang kecil-kecil ini yang menggerakkan kehidupan kita? memberi warna, merangkai cerita...
Tapi kalau dipikir-pikir bukan hanya benda mati itu saja yang menggerakkan hidup ini, orang-orang juga. Orang-orang sederhana yang hanya berjumpa dalam sapa di pinggir jalan yang sama, orang-orang bersahaja yang tuturnya tulus apa adanya. Orang-orang yang gigih menari bersama hidup walaupun getir menjadi nada pengiringnya, orang-orang yang menolak untuk patah tetapi berayun seirama hidup. Bagi saya mereka adalah orang-orang yang menggerakkan hidup ini. Walaupun kadang mereka tak bernama. Walaupun kadang mereka "terselip" di rimba raya urusan ini itu, meskipun kadang mereka "tersisih", atau bahkan sudah tak bersama.
Benda-benda kecil, orang-orang yang melintasi (yang sedang dan sudah) hidup kita...yang menggerakkan alur cerita kita. Yang membawa kita melangkah di jalan yang sekarang...
Bandung, Februari 2016
rindu Papa
Yodeeruf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar