Dodi namanya. Entahkah berakhiran "i" atau "y", mungkin dia sendiri tidak terlalu mempersoalkan pelafalannya, yang penting ketika disuarakan ia berbunyi D O D I. Dodi seorang lelaki yang mengaku dilahirkan tahun 1979, sekalipun ayahnya yang mengklaim diri sebagai "pencetak" memprotes pengakuan Dodi dan meralatnya menjadi tahun 1977. Untuk yang satu ini sungguh saya tidak memahami dengan baik maksud dodi dan ayahnya yang berdebat kusir soal tahun kelahiran dodi. Dodi sederhana. Sederhana dalam berpikir,berkata-kata dan bertindak. Tetapi dalam kesederhanaannya yang cenderung dijadikan bahan tertawaan orang-orang, saya menjumpai manusia yang otentik!. Manusia yang tidak pakai "tedeng aling-aling" demi menutupi diri. Manusia yang jujur apa adanya.
Dodi, manusia Bandung asli yang sederhana dan tulus. Sesehari ia memang bekerja sebagai penjaga dan tukang bersih-bersih kost-an, tetapi siapa nyana kalau ia adalah putra seorang pengusaha kelapa muda yang malang melintang di dunia perkelapaan selama 27tahun!. Dodi pernah dipercaya ayahnya mengelola salah satu cabang kelapa muda mereka. Dan diam-diam dodi menjelma menjadi pengusaha muda kelapa muda.
Maka pada suatu malam dalam sebuah wawancara ekslusif bersama dodi, ia menuturkan bahwa untuk memahami betul profesinya itu, ia butuh waktu 1 tahun mengenali kelapa. Seloroh seorang kawan, "wah berarti kamu udah bisa dong ngobrol sama kelapanya." dengan kepolosan seorang bocah, dodi menjawab, "iya pak, harus begitu." Derai tawa kami sudah meledak kemana-mana demi menyaksikan manusia yang polos bukan buatan di tengah-tengah dunia yang penuh kepura-puraan.
Bahkan dia pun masih meladeni pertanyaan seorang kawan, "Dodi, gimana sich ngebedain kelapa tua ama kelapa muda kalau ia sama-sama hijaunya?" Kepolosan dan kesabaran menuntun dodi menjawab demikian, "Wah kalau itu harus ada kelapanya pak, baru saya bisa nunjukin gimana membedakannya. ya bisa juga dari suaranya."
"Dodi, buah itu artinya apa?"
"oh itu artinya mangga ibu."
"Lha kalau buah-buahan?"
"ya buah-buahan aja ibu."
"Salah. kalau buah kan artinya mangga, kalau buah-buahan artinya mangga-manggaan"
"Ah ibu bisa aja"
itu salah satu dari sekian banyak celotehan dodi yang polos bukan kepalang.
Kepolosan yang tidak menampilkan kegarangan. Jujur saja saya sudah bosan dan jengah dengan segala topeng dan kegarangan yang dipamerkan orang-orang, maka dodi menjadi warna lain dalam wawancara ekslusif beberapa waktu lalu. Tidak nampak keponggahan sebagai seorang putera pengusaha kelapa muda. Bahkan ketika ditanya berapa keuntungan sehari, ia nampak kebingungan menjawab pertanyaan sederhana ini. Saya jadi mikir, jangan-jangan ni orang nggak peduli-peduli amat dia untung berapa. Yang dia tahu sebutir kelapa menghasilkan dua gelas es kelapa muda dengan susu yang "susah dilupakan" sesuai brand yang dia promosikan sebagai tagline dari usahanya. Dodi hanya tahu sehari dia membuat 200 gelas es kelapa muda. Entah apa yang ada di benak pemuda bernama dodi ini ketika ia berkecimpung dalam dunia perkelapaan. Apakah cari untung semata atau ada motif lain?
justru dalam kepolosannyalah saya tidak mampu membaca lebih jauh sosok Dodi yang sedang diwawancarai ini. Jangan-jangan kepolosan itu adalah sebuah keadaan yang memang apa adanya. Adanya ya begitu ya itulah yang ditampilkan. Dan saya tidak pernah menduga bahwa dalam kepolosan itulah saya gelagapan membaca dodi.
Barangkali karena kepura-puraan lebih mudah dijumpai ketimbang kepolosan maka membaca kepolosan berarti mengasah ketajaman hati nurani. Brangkali karena kepura-puraan lebih mudah dipakai, maka kepolosan dianggap sama dengan ketololan. Tetapi justru dalam kepolosan itulah manusia menjelma menjadi dirinya sendiri yang otentik. yang apa adanya tapi tidak seadanya dan tidak ada apanya!
terimakasih dodi...
y.defrita r.
bandung, maret 2012
*inspirasi obrolan bersama dodi dan teman2 yang lain*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar