Waktu itu Sang Guru sedang ceramah. Sang Guru berkata, "Kehebatan seorang komponis diketahui lewat nada-nada musiknya tetapi menganalisis nada-nada tersebut tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Keagungan penyair termuat dalam kata-katanya, namun mempelajari kata-katanya tidak akan mengungkapkan inspirasi. Tuhan mewahyukan diri-Nya dalam ciptaan tetapi dengan meneliti ciptaan secermat apapun kamu tidak akan menemukan Allah. Demikian juga bila kamu ingin menemukan jiwa melalui pemeriksaan cermat terhadap tubuhmu."
Pada waktu sesi tanya jawab, seorang murid bertanya, "Kalau begitu bagaimana kami bisa menemukan Allah?"
Sang Guru menjawab, "Dengan melihat ciptaan, tetapi bukan dengan menganalisisnya."
"Dan bagaimana seseorang harus melihat?"
Sang Guru menjawab, "Seorang petani keluar untuk melihat keindahan pada waktu matahari terbenam, tetapi yang ia saksikan hanyalah awan, matahari, langit dan cakrawala sampai ia memahami bahwa keindahan bukan "sesuatu" melainkan cara khusus melihat. Kamu akan sia-sia mencari Allah sampai kamu memahami bahwa Allah tidak bisa dilihat sebagai "sesuatu". Yang diperlukan ialah cara khusus untuk melihat mirip seperti cara seorang anak kecil yang pandangannya belum diganggu oleh pelbagai ajaran dan keyakinan yang telah dibentuk sebelumnya."
(Anthony De Mello, Berbasa-basi Sejenak 1)
Hidup manusia itu tidak linier, tetapi lebih mirip spiral. Ada saatnya kita di atas, ada saatnya kita terjun bebas ke bawah. Pada saat yang sama hidup manusia adalah sekumpulan paradoks yang saling bertentangan, dan apa yang kita harapkan tidak selalu terjadi...apa yang kita inginkan tidak selalu kita miliki. Hal-hal yang nampaknya baik sekalipun kadangkala menyimpan konsekuensi yang tidak menyenangkan. Pendek kata, hidup manusia ini mirip orang yang lagi naik roller coaster. Kadang menanjak sampai musti tahan napas ...kadang meluncur bebas tanpa kendali. Di dalam rupa dan gerak kehidupan yang penuh dengan kejutan itulah muncul sebuah pertanyaan "Bagaimana kita menemukan Allah?" Tulisan yang disampaikan oleh Anthony De Mello ini pernah saya share ke murid-murid katekisasi tatkala kami sedang berdiskusi tentang "apakah Allah ada?". Tulisan ini merangsang para murid-murid katekisasi untuk menceritakan pengalaman otentik dari hidup mereka tatkala mereka mampu menemukan Allah dalam babak-babak hidup mereka. Sekaligus menantang mereka untuk tetap bisa menemukan Allah dalm episode hidup selanjutnya. Untuk menemukan Allah tidak dibutuhkan metode-metode tertentu atau syarat tertentu misalnya harus lulusan theologi atau seminari.. Menemukan Allah seperti diungkapkan oleh Anthony de Mello adalah soal cara pandang kita terhadap hidup ini, bagaimana kita masih bisa menemukan Allah ketika hidup kita meluncur bebas ke titik yang paling bawah? bagaimana kita masih bisa merasakan Allah ketika yang kita harapkan dan rencanakan tidak terjadi? Ada sebuah kalimat yang saya jumpai dalam sebuah pameran buku di Jogjakarta, kalimat itu ditulis dalam bahasa Jawa yang artinya, "Temukanlah Allah dalam setiap gerak hidupmu". Wuihhh....ini tantangan buat kita semua, entah mereka yang mengklaim diri sebagai para rohaniawan, aktivis ataupun bukan keduanya....menemukan Allah dalam aktivitas harian kita sekalipun aktivitas itu tidak terkait dengan kegiatan gerejawi, menemukan Allah dalam air mata kita, menemukan Allah dalam derai tawa, menemukan Allah dalam sakit, menemukan Allah dalam rasa kehilangan, menemukan Allah dalam setiap warna kehidupan kita....Yang dibutuhkan adalah kepekaan hati yang menolong cara pandang kita dalam melihat kehidupan dan kiprah Allah di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar