Beberapa saat yang lalu teman saya ngirim short message service. Dalam short message service itu dia bilang bahwa tulus is nothing to lose seperti hanya menghibur diri, ngerehreh awake dhewe. Dia berargumen bahwa berbuat tulus akan ada kemungkinan kita justru lose lebih banyak dari yang kita kira. tapi kita tahu bahwa yang lakoni ini sudah bener "tsaddiq" dan sudah "dikaios". Lanjutnya, "Siapa sih yang engga makan hati kalao setiap perbuatan baiknya selalu dikatakan ada udang di balik batu. Respon positif yang pertama terhadap hal ini menunjukkan seberapa tulus diri kita dan menyingkap motif kita sebenarnya.
Memang saya dan dia pernah sama-sama harus membawakan tema Tulus Is Nothing To Lose yang sempet bikin saya ngacak-ngacak Alkitab dan berbagai macam buku yang terkait. Namun sekali lagi, menuliskan atau lebih tepatnya menguraikan topik itu terkadang lebih mudah ketimbang melakoninya.
Selang beberapa mingu, ya mungkin sekitar 2 mingguan saya "kepentok" dengan yang namanya Tulus Is Nothing To Lose. Singkat cerita saya bertemu dengan orang-orang yang sebenarnya awalnya digadang-gadang sebuah kerja sama. Dalam beberapa kali tatap muka saya mengusulkan ide-ide dan pendapat saya kadang juga usulan solusi yang tepat guna. Namun suatu hari, kerjasama yang digadang-gadang itu bubar jalan. Di sana saya merenungkan short message service dari teman saya itu. Karena tanpa dinyana diapun mengaitkannya dengan tema ketulusan. Ya mungkin ketika peristiwa itu terjadi kalimat tulus is nothing to lose cuma ngerehreh hati aja. Tapi lama-lama saya mikir, "Yo wis lah, ndak ada yang rugi. anggap saja ide-ide dan usulan solusi itu sebagai bentuk lain dari sedekah." Apakah ini tandanya saya masih ngerereh hati saya? heheheheh nampaknya tidak. karena ketika kejadian serupa terulang kembali saya disadarkan bahwa memang setulus apapun kita, tak berarti kita kebal terhadap kecurangan yang dilakukan oleh orang lain... namun dengan kalimat tulus is nothing to lose saya merasa langkah saya makin ringan...sekalipun sudah teramat sering dicurangi orang lain...
persoalan tulus is nothing to lose bagi saya bukan cuma persoalan bagaimana reaksi kita ketika dicurangi orang lain atau ketika dituduh punya niat jelek. Namun juga dalam menjalani hidup ini sikap tulus is nothing to lose itu sesungguhnya meringankan langkah saya. Saya jadi teringat sebuah kisah yang menceritakan seorang lumpuh yang diminta mengangkat tilamnya dan berjalan oleh seorang pria nan bijak bestari. Dia mengangkat tilamnya dan berjalan. Bagi saya tindakan si lumpuh ini bukan sekedar tindakan iman. Karena saya pun ndak tahu kadar keimanannya, dan kalaupun perkara kadar iman itu ada atau bisa diperdebatkan. Yang saya pikirkan ketika membaca kisah itu adalah, dia melakukannya karena semata-mata nothing to lose kok. Kalaupun ntar dia ngangkat tilamnya dan ambruk lagi, yo wis, kan hari-hari dia juga udah lumpuh. Kalau ternyata bisa, ya syukur kepada Allah.
Begitu juga dalam hidup saya. Kalau saya gak jadi kerjasama dengan si A ya sudah ndak apa-apa, kalaupun sebelum-belumnya sudah banyak ide-ide dan usulan konstruktif yang saya gelontorkan. Dan sekalipun orang-orang di sekitar saya geram juga menganggap saya rugi. Juga kalau saya tidak jadi kerjasama dengan si B karena ketidakjelasan pihak B sementara waktu, energi dan pikiran sudah tercurah di sana...ya sudah ndak apa-apa...
Mungkin sekilas, sikap saya ini bisa diartikan sebagai sikap pasrah nyaris mendekati bodoh. Tapi dengan sikap tulus is nothing to lose saya ngrasa lebih enteng ngejalani hidup.. nggak mikir saya untung apa nggak setelah 2 kali gagal kerjasama dengan pihak lain. saya enggak mikir untung atau rugi kalau saya menggelontorkan ide, waktu dan energi bagi mereka...bagi saya kalau "tilam" itu gak jadi diangkat ya udah ndak apa-apa...ndak usah mikir ruginya...toh hari-hari juga gitu....
jadi, tulus is nothing to lose bukan cuman perkara ngerehreh ati saya aja, tapi ngentengke dalan saya juga hehehehehehe....
Yohana Defrita Rufikasari
awal juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar