Catatan tentang saya dan pilihan
yang saya buat…..
Pagi tadi seorang teman mengirimkan gambar yang
dengan kalimat inspirasional, begini bunyinya “Doing what you like is freedom, liking what you do is happiness.”
Namun dalam kenyataannya tidak selalu seindah bunyi kalimat inspirasional itu.
Setidaknya bukan hanya ketika berhadapan dengan orang lain namun dengan hati
sendiri.
Ketika saya
memutuskan melakukan sesuatu yang saya anggap benar, memang seketika itu pula
rasanya plong dan enteng. Seolah-olah gunung es sudah di pundak itu sudah
dibuang jauh entah kemana. Namun seketika itu pula saya dikerubuti oleh
berbagai macam pertanyaan yang bising. Mulai dari pertanyaan mengapa sampai
pernyataan bahwa saya cukup gila untuk melawan arus dan menciptakan jalan saya
sendiri. Sesuatu yang sudah pada tempatnya tak perlulah dipertanyakan ulang
mengapa harus di sana atau mengapa begini dan begitu. Cukup diterima saja dan
dijalani. Ibaratnya telur hendak memindahkan batu, maka si telur ini yang akan
hancur. Bahkan ada yang tidak segan-segan mengatakan saya gila karena mau jadi
mesias. Sok pahlawan. Pembangkang. Kurang lebih begitulah pendapat-pendapat
yang beredar di sekitar kuping saya. Mungkin beginilah keadaannya kalau orang
terlampau memuja keteraturan dan sistem, sekali lagi ini tidak salah. Namun
semua yang serba terlalu itu biasanya tidak baik hehehe. Maka sekalinya ada
yang memilih berbeda jalan, seluruh penghuni sistem kebakaran jenggot. Sibuk
melontarkan komentar miring dan menyudutkan. Bahkan tak segan-segan menggunakan
cara lama “keroyokan”. Jengah memang dan bahkan muncul hasrat untuk menjelaskan
kepada mereka mengapa saya mengambil langkah seperti ini. Pada awalnya saya
pikir cara ini paling pas untuk meredam dengungan pertanyaan yang kian lama
kian bising dan menyengat.
Tetapi saya salah.
Saya lelah. Tidak satu pun kalimat saya diterima dengan baik. Tidak satu pun
kata-kata saya diresapi. Maka saya menyerah. Saya menyerah untuk terus berjuang
membuat orang lain mengerti mengapa saya begini dan begitu. Saya tidak lagi mau
mengobral kata pada mereka yang benar-benar tidak mau belajar mendengar…karena pada kenyataannya mereka juga tidak benar-benar memahami apa yang mereka lakukan. Para pemuja sistem yang sulit mengakui bahwa ada yang tidak baik di sana. namun alij-alih mengakui, justru ayat-ayat Alkitab dipakai sekenanya, refleksi teologi dipakai hanya untuk mengukuhkan keyakinan mereka...Ah, percuma bicara berjam-jam dengan orang macam begini....
Kelelahan itu
menghantarkan saya kepada satu pemahaman bahwa pilihan saya, perjuangan saya, milestone yang harus saya tempuh
bukanlah tentang membuat orang lain mengerti mengapa saya begini dan begitu
namun pertama-tama adalah saya tahu apa yang saya lakukan. Saya bukan hanya
tahu, tetapi saya bahagia melakukannya. Sekalipun ketika jalanan ini saya
susuri, makin terasa bahwa saya memang sendirian memilih jalan ini. Sepi
memang. Namun di balik itu semua, saya merasa saya melakukan sesuatu yang saya
anggap benar dan layak untuk diperjuangkan. Dan saya bebas dalam diri saya
sendiri. Saya tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi pada hidup saya, sebab
hidup menuntun saya melewati jalan yang tidak biasa, itu saja.
Setelah saya lelah
menjelaskan ke sana dan ke mari, suara bising tanya itu memang tidak juga
mereda namun berubah menjadi “lalu setelah ini kamu mau apa?” atau “kamu mau
jadi apa?”. Awalnya saya terhenyak! Iya, saya mau apa? Apakah saya hanya sampai
pada semangat perjuangan lalu sudah, selesai ceritanya? Atau ada
kelanjutannya?.
Kembali lagi
saat-saat seperti tersengat listrik itu membawa saya kepada pemahaman bahwa
hidup ini bukan soal status, bukan soal kamu punya apa, tapi kamu bahagia tidak
dengan apa yang kamu lakukan dan kamu miliki. Beranjak dari sana maka setiap
kali orang bertanya, “mau jadi apa kamu?” saya tidak lagi tersengat listrik,
saya menjawab, “jadi apa saja yang membahagiakan saya. Dan saya tidak kuatir
akan hal itu.” Benar memang, ketika satu pintu tertutup untuk saya, masih ada
jendela dan atap yang terbuka. Selalu begitu polanya. Maka saya katakan saya
tidak kuatir akan hal itu.
Maka tergelak lah
saya ketika mendengar seseorang berkata kepada saya, “kamu tidak save di sana,
kamu tidak punya status apapun di sana.” Ah, kawan, hidup ini terlalu luas dan
terlalu indah untuk kau rangkum dalam sesuatu yang kau sebut status. Hidup ini
terlalu kaya untuk kau masukkan dalam definisi harta. Jika hidup, dan
pilihan-pilihan yang kau buat di dalamnya hanya berputar-putar di sana, aha…kau
sudah melewatkan banyak hal berharga di sepanjang perjalanan itu.
Dari pengalaman
yang awalnya mendebarkan, kemudian melelahkan dan berangsur-angsur
membahagiakan saya justru belajar menemukan diri saya dan mencintai diri saya.
Saya belajar menemukan bahwa saya tidak mudah menyerah sekalipun dalam pilihan
hidup ini saya bertemu dengan orang-orang dan pengalaman-pengalaman yang
menyakitkan, namun juga ada yang tidak, tetapi semuanya sangat berharga. Saya
belajar menemukan bahwa pendapat banyak orang bukan jaminan bahwa pendapat itu
benar mutlak. Saya belajar bahwa mendengarkan hati adalah hal terpenting
sebelum memulai perjalanan. Sebab sesungguhnya hati kita sudah berbicara dengan
semesta dan menangkap maksudnya jauh sebelum kita memikirkannya. Saya belajar
mempercayai bahwa sekalipun jalan itu penuh aral melintang, jalan itu harus
saya lalui sebab sukacita yang memancar dari hati saya ibarat magnet yang
menyiratkan jalan hidup. Harus saya susuri. Dan terlebih dari itu semua saya
makin percaya dan merasakan nikmatnya digenggam oleh-Nya….
Lalu untuk apa saya
repot-repot membuat catatan yang mungkin bagi sebagian orang tidak penting? Inilah
jawaban saya yang mungkin juga tidak kalah dianggap tidak penting hehehehe….Untuk
semua yang tidak memahami, tidak akan pernah memahami dan belum memahami
mengapa saya memilih jalan yang berbeda dari yang kalian tempuh,
ketahuilah….ada masanya kalian akan sampai pada jalan yang juga berbeda dari
yang lain. Hanya dengan begitu, mungkin kalian bisa memahami mengapa saya
memilihnya. Untuk semua yang memahami dan mendukung saya baik dalam sayup-sayup
doa…terimakasih…kalian adalah pelampung yang membuat saya tetap berani melawan
arus…satu hal, kalian tidak pernah memaksa saya mengikuti yang kalian
maui….bersama kalian saya masih memeluk kebebasan saya dan kebahagiaan
saya……terimakasih sedalam-dalamnya…..
God
may show you the way…
But
you still have to make the journey
It is
not always easy
But
you will arrive at your destination
Banyuurip, 2013
Y.Defrita R.
Selamat melanjutkan perjalanan. Doa dari kami, sahabat-sahabatmu, selalu beserta.
BalasHapus