minggu pagi bulan juni aku dan beberapa teman yaitu AR, YB, YH tanpa rencana pergi ke gua cereme. jalan2 dilakukan atas dasar rekomendasi AR yang sudah pernah ke sana. dia mewanti-wanti kami agar tidak komplain dengan medan yang cukup berat menurut AR. namun karena kami sudah terlanjur kepincut ya kami putuskan untuk tetap berangkat. apapun yang terjadi.
perjalanan di tempuh dengan kendaraan bermotor selama kurang lebih satu jam ke arah selatan. ketika memasuki wilayah selatan, di depan saya terhampar perbukitan karst yang luar biasa indah. namun sayang, ada juga tangan-tangan yang menggerogotinya demi kepentingan diri sendiri. padahal perbukitan karst itu adalah spons yang paling alami untuk menyerap air, memurnikannya dan menyimpannya di dalam tubuhnya. tentu saja hal ini sangat menguntungan bagi manusia dan mahluk hidup lainnya di perbukitan karst itu. kelangkaan air di wilayah Bantul dan sekitarnya mungkin huga disebabkan oleh menipisnya sumber mata air. walaupun pemerintah sudah membuatkan sumur yang mengebor perut bumi dan masyarakat musti bayar untuk menikmati air tersebut, kalau tingkah laku manusia masih sangat rakus terhadap kekayaan alam ya...masalah kelangkaan air hanya akan jadi masalah klasik yang tidak terselesaikan.
kembali ke jalan-jalan ku. sesampainya di bibir gua cereme, di dalam hatiku terbersit kekaguman akan bentuk ukiran paling alami aseli dari alam. dari luar, dapat kita lihat kegelapan di dalam gua cereme. kami menyewa senter yang menggunakan aki. sente ini sangat membantu ketika kita berada di dalam gua. dari bibir gua, aku menuruni banyak anak tangga sebelum sampai di dasar gua cereme yang ternyata.....berair. ya...air setinggi betis. air yang sangat dingin. sangat pekat warnanya. dan di dasar air itu ada batuan kapur yang tajam, tumpul, datar, ya..dengan berbagai kontur tentunya.
perjalanan kami terhenti ketika kami bertemu sekelopmok wisatawan mancanegara yang urung meneruskan jalan2nya ke gua cereme. mereka sempat mengingatkan kami bahwa ada buaya di dalam sana. tentu saja ini hanya guyonan saja. mana ada buaya hidup di tempat gelap dan sedikit udara serta cahaya ini. ada-ada saja itu bule.
nah, kami dipandu oleh seorang pemuda desa tersebut yang mata pencahariannya ya memang menjadi pemandu gua cereme. pemuda ini mengatakan bahwa panjang gua cereme adalah 1,2 KM. relatif pendek katanya. dan bahkan bisa ditempuh dalam waktu 1 jam saja.
sepanjang lorong gua, tak henti-hentinya kami menikmati keindahan dalam gua. sayangnya banyak orang yang tidak bisa menghargai keindahan stalakmit dan stalaktit. mereka menginjakkan kaki mereka pada keindahan alam itu. akhirnya...mereka meninggalkan lumpur yang tebal pada batuan-batuan di sekitarnya.
ya Tuhan...orang-orang ini sebenarnya tahu tidak ya kalau tindakan mereka akan merusak bentuk aseli dari stalakmut dan stalaktit itu?! egois banget ya!
semakin jauh kami berjalan...semakin kami merasakan kontur tanah yang naik turun. beberapa kali kami hampir jatuh. dan air yang semula setinggi betis tiba-tiba jadi setinggi perut. beberapa kali kami bertemu ikan sidat atau belus putih. ikan ini konon dipercaya aslinya dari pantai selatan. ikan ini juga biasanya menjadi tanda letak mata air. dan oleh karena itu oleh penduduk setempat ikan ini dibiarkan saja menghuni gua cereme. ini ikan jinak, jadi kami tidak kawatir akan digigit. namun kami suka kaget karena kemunculan ikan ini yang mendadak dan suka berenang di antara kaki-kaki kami.
ketika kami sampai di 600 meter pertama, udara atau tepatnya 0ksigen makin menipis. udara menjadi sangat pekat dan berat. maka kami harus pintar2 atur napas biar tidak pingsan kehabisan oksigen.
medan yang cukup berat itu ketika kami musti memanjat air terjun kecil. ya memang tidak ada jalan lagi. mau tidak mau kami musti memanjat air terjun itu walaupun sangat licin. voila!!! kami berhasil! dan perjalanan semakin berat. air yang tadi setinggi perut tiba-tiba karena kontur tanah yang emang turun, air jadi nyaris setinggi dada. kami musti merunduk karena batuan di atas kepala kami yang kelewat rendah. saya beberapa kali kejedot batuan tersebut.
ketika perjalanan hampir berakhir...kami dapat merasakan hembusan angin yang sangat kencang. ini menjadi pertanda bahwa mulut keluar gua sudah dekat. udara yang berhembus sangat dingin, air di sekitar kami juga sangat dingin, belum lagi suasana mistis yang diciptakan pertapa di dalam gua cereme.
untuk mencapai pintu keluar, lagi-lagi medannya bukan mudah tapi kami harus jalan jongkok lalu sedikit membungkuk. di depan kami ada tangga dan setelah itu kami sampai di dunia luar. tak terasa kami menghabiskan waktu 2 jam di dalam gua cereme.
gua cereme sejak dulu dipakai walisongo ketika mereka mengadakan pertemuan di antara mereka juga menjadi tempat mereka mendirikan sholat. setelah itu gua cereme dipercaya menjadi tempat pertemuan antara Nyai Roro Kidul dengan Hamengku Buwono I. ada suatu tempat datar di dalam gua yang dinamakan kraton. nah, menurut penduduk setempat di tempat itulah pertemuan mistis spiritualis itu diadakan.
ya..itulah gua cereme. karena nilai-nilai spiritual yang dianut oleh penduduk di sekitarnya maka gua ini luput dari perusakan manusia! semoga tetap demikian.
perjalanan di tempuh dengan kendaraan bermotor selama kurang lebih satu jam ke arah selatan. ketika memasuki wilayah selatan, di depan saya terhampar perbukitan karst yang luar biasa indah. namun sayang, ada juga tangan-tangan yang menggerogotinya demi kepentingan diri sendiri. padahal perbukitan karst itu adalah spons yang paling alami untuk menyerap air, memurnikannya dan menyimpannya di dalam tubuhnya. tentu saja hal ini sangat menguntungan bagi manusia dan mahluk hidup lainnya di perbukitan karst itu. kelangkaan air di wilayah Bantul dan sekitarnya mungkin huga disebabkan oleh menipisnya sumber mata air. walaupun pemerintah sudah membuatkan sumur yang mengebor perut bumi dan masyarakat musti bayar untuk menikmati air tersebut, kalau tingkah laku manusia masih sangat rakus terhadap kekayaan alam ya...masalah kelangkaan air hanya akan jadi masalah klasik yang tidak terselesaikan.
kembali ke jalan-jalan ku. sesampainya di bibir gua cereme, di dalam hatiku terbersit kekaguman akan bentuk ukiran paling alami aseli dari alam. dari luar, dapat kita lihat kegelapan di dalam gua cereme. kami menyewa senter yang menggunakan aki. sente ini sangat membantu ketika kita berada di dalam gua. dari bibir gua, aku menuruni banyak anak tangga sebelum sampai di dasar gua cereme yang ternyata.....berair. ya...air setinggi betis. air yang sangat dingin. sangat pekat warnanya. dan di dasar air itu ada batuan kapur yang tajam, tumpul, datar, ya..dengan berbagai kontur tentunya.
perjalanan kami terhenti ketika kami bertemu sekelopmok wisatawan mancanegara yang urung meneruskan jalan2nya ke gua cereme. mereka sempat mengingatkan kami bahwa ada buaya di dalam sana. tentu saja ini hanya guyonan saja. mana ada buaya hidup di tempat gelap dan sedikit udara serta cahaya ini. ada-ada saja itu bule.
nah, kami dipandu oleh seorang pemuda desa tersebut yang mata pencahariannya ya memang menjadi pemandu gua cereme. pemuda ini mengatakan bahwa panjang gua cereme adalah 1,2 KM. relatif pendek katanya. dan bahkan bisa ditempuh dalam waktu 1 jam saja.
sepanjang lorong gua, tak henti-hentinya kami menikmati keindahan dalam gua. sayangnya banyak orang yang tidak bisa menghargai keindahan stalakmit dan stalaktit. mereka menginjakkan kaki mereka pada keindahan alam itu. akhirnya...mereka meninggalkan lumpur yang tebal pada batuan-batuan di sekitarnya.
ya Tuhan...orang-orang ini sebenarnya tahu tidak ya kalau tindakan mereka akan merusak bentuk aseli dari stalakmut dan stalaktit itu?! egois banget ya!
semakin jauh kami berjalan...semakin kami merasakan kontur tanah yang naik turun. beberapa kali kami hampir jatuh. dan air yang semula setinggi betis tiba-tiba jadi setinggi perut. beberapa kali kami bertemu ikan sidat atau belus putih. ikan ini konon dipercaya aslinya dari pantai selatan. ikan ini juga biasanya menjadi tanda letak mata air. dan oleh karena itu oleh penduduk setempat ikan ini dibiarkan saja menghuni gua cereme. ini ikan jinak, jadi kami tidak kawatir akan digigit. namun kami suka kaget karena kemunculan ikan ini yang mendadak dan suka berenang di antara kaki-kaki kami.
ketika kami sampai di 600 meter pertama, udara atau tepatnya 0ksigen makin menipis. udara menjadi sangat pekat dan berat. maka kami harus pintar2 atur napas biar tidak pingsan kehabisan oksigen.
medan yang cukup berat itu ketika kami musti memanjat air terjun kecil. ya memang tidak ada jalan lagi. mau tidak mau kami musti memanjat air terjun itu walaupun sangat licin. voila!!! kami berhasil! dan perjalanan semakin berat. air yang tadi setinggi perut tiba-tiba karena kontur tanah yang emang turun, air jadi nyaris setinggi dada. kami musti merunduk karena batuan di atas kepala kami yang kelewat rendah. saya beberapa kali kejedot batuan tersebut.
ketika perjalanan hampir berakhir...kami dapat merasakan hembusan angin yang sangat kencang. ini menjadi pertanda bahwa mulut keluar gua sudah dekat. udara yang berhembus sangat dingin, air di sekitar kami juga sangat dingin, belum lagi suasana mistis yang diciptakan pertapa di dalam gua cereme.
untuk mencapai pintu keluar, lagi-lagi medannya bukan mudah tapi kami harus jalan jongkok lalu sedikit membungkuk. di depan kami ada tangga dan setelah itu kami sampai di dunia luar. tak terasa kami menghabiskan waktu 2 jam di dalam gua cereme.
gua cereme sejak dulu dipakai walisongo ketika mereka mengadakan pertemuan di antara mereka juga menjadi tempat mereka mendirikan sholat. setelah itu gua cereme dipercaya menjadi tempat pertemuan antara Nyai Roro Kidul dengan Hamengku Buwono I. ada suatu tempat datar di dalam gua yang dinamakan kraton. nah, menurut penduduk setempat di tempat itulah pertemuan mistis spiritualis itu diadakan.
ya..itulah gua cereme. karena nilai-nilai spiritual yang dianut oleh penduduk di sekitarnya maka gua ini luput dari perusakan manusia! semoga tetap demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar