Membaca karya Karl May yang satu ini bagi saya memang tidak akan ada bosannya, walaupun sudah saya baca berkali-kali namun setiap kali saya membaca selalu ada hal yang menarik untuk dikunyah dirasakan dan ditelan.
baru-baru ini saya kembali membaca "Dan Damai Di Bumi". Novel karya Karl May ini agak berbeda dibanding karya-karya dia sebelumnya. karena pada novel ini, Karl May benar-benar mengadakan perjalanan ke Asia, ke tempat-tempat yang dia sebutkan pada novelnya. sebenarnya issue yang diangkat dalam novel ini adalah "PRASANGKA". menurut Karl May, pada waktu dia menuliskan novel ini, muncul sebuah Prasangka dari negeri Barat terhadap Timur. Prasangka bahwa segala sesuatu yang ada di Timur adalah KAFIR! dan bangsa Barat wajib membawa peradaban bagi Timur. sebuah awal Kolonialisme barangkali. dikisahkan dalam novel tersebut seorang misionaris yang berniat meng-kristenkan daratan Tiongkok. dia ditemani putrinya, Mary Waller. si Misionaris ini menelan mentah-mentah sabda pengutusan Yesus Kristus yang kurang lebih berisikan amanat agung untuk menjadikan seluruh bangsa muridnya dan membaptis mereka dalam namaNya. semangat itu dibakar pula oleh Prasangka Kebudayaan. bahwa segala yang dari Timur itu lebih rendah daripada Barat, termasuk kesopanan.
kisah ini terus terjalin dengan nada sama bahwa prasangka terhadap kebudayaan lain atau agama lain hanya akan medatangkan bencana bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
menurut intepretasi saya, Karl May hendak menguak juga issue Pluralisme yang tentu saja saat dia hidup istilah ini belum ada. Namun pluralisme yang seperti apa? apakah merelativkan semua agama? apakah semua agama pada dasarnya sama?
Setiap agama memiliki kebenarannya sendiri-sendiri, dan bisa jadi itu memang benar! namun jangan dikira tidak ada standar kebenaran. Ada standar kebenaran, dan itu yang sedang kita upayakan. jangan mengulang kemahatololan (terimakasih Andrea Hirata untuk istilah ini) kaum Sofos yang mengganggap tidak ada kebenaran mutlak! tetapi sikap yang perlu kita bangun adalah belajar dari dan bersama dengan agama-agama lain tanpa melupakan identitas kita sendiri.
membaca ulang karya Karl May ini saya jadi terusik untuk bertanya apakah Karl May mewarisi pemikiran Raimundo Panikkar itu? saya rasa kok tidak ya, karena lebih dulu KArl May ketimbang Raimundo Panikkar. namun saya mencoba membaca Karl May dengan kacamata pemikiran Raimundo Panikkar tentang Kristus Kosmis. Raimundo Panikkar memahami bahwa ada Kristus Kosmis yang jangan pernah diidentifikasikan sebagai Yesus Kristus, berbeda!! pemikiran Raimundo Panikkar selaras dengan pemikiran Yohanes yaitu Logos (Pada mulanya adalah Logos... Yoh1:1). Kristus Kosmis ini mengejawantah dalam diri Yesus dari Nazaret yang diberi gelar Kristus, pada Sidharta Gautama, pada Muhammad, pada Krishna...ini implikasi dari pemikiran Raimundo Panikkar. di dalam setiap agama itu ada Kristus Kosmis yang mengejawantah, dan dikemas dalam kebudayaan setempat.
ayat yang sering dijadikan pegangan kaum eksklusif dan inklusif adalah "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup..." nah, apakah ayat ini eksklusif? tidak sama sekali! ayat ini jika dibaca secara runtut menggunakan kacamata Yohanes (ingat konsep berpikir Yohanes di pasal 1 ayat 1) sama sekali tidak hendak mengatakan bahwa hanya orang Kristen yang masuk surga! namun jika ayat ini dibaca dengan kacamata dogma gereja...ya implikasinya bisa ditebak "tidak ada keselamatan di luar gereja" bukankah begitu pengakuan gereja Katholik pra Konsili Vatican ke-2?! dan setelah KV 2 itu maka pemahaman gereja Katholik lebih lunak lagi. keselamatan ada pada tiap agama dengan jalan mereka masing-masing. ini paham Universalistik yang dianut Raimundo Panikkar. jika membaca dan menelaah pikiran Raimundo Panikkar saya merasa tidak perlu kuatir lagi, karena di Surga nanti saya akan berjumpa dengan teman-teman dan saudara yang berbeda agama...
menerima perbedaan bukan dengan permusuhan... bukan dengan prasangka namun dengan semangat untuk saling belajar tanpa melupakan identitas diri sendiri...barangkali bumi benar-benar damai!!!
baru-baru ini saya kembali membaca "Dan Damai Di Bumi". Novel karya Karl May ini agak berbeda dibanding karya-karya dia sebelumnya. karena pada novel ini, Karl May benar-benar mengadakan perjalanan ke Asia, ke tempat-tempat yang dia sebutkan pada novelnya. sebenarnya issue yang diangkat dalam novel ini adalah "PRASANGKA". menurut Karl May, pada waktu dia menuliskan novel ini, muncul sebuah Prasangka dari negeri Barat terhadap Timur. Prasangka bahwa segala sesuatu yang ada di Timur adalah KAFIR! dan bangsa Barat wajib membawa peradaban bagi Timur. sebuah awal Kolonialisme barangkali. dikisahkan dalam novel tersebut seorang misionaris yang berniat meng-kristenkan daratan Tiongkok. dia ditemani putrinya, Mary Waller. si Misionaris ini menelan mentah-mentah sabda pengutusan Yesus Kristus yang kurang lebih berisikan amanat agung untuk menjadikan seluruh bangsa muridnya dan membaptis mereka dalam namaNya. semangat itu dibakar pula oleh Prasangka Kebudayaan. bahwa segala yang dari Timur itu lebih rendah daripada Barat, termasuk kesopanan.
kisah ini terus terjalin dengan nada sama bahwa prasangka terhadap kebudayaan lain atau agama lain hanya akan medatangkan bencana bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
menurut intepretasi saya, Karl May hendak menguak juga issue Pluralisme yang tentu saja saat dia hidup istilah ini belum ada. Namun pluralisme yang seperti apa? apakah merelativkan semua agama? apakah semua agama pada dasarnya sama?
Setiap agama memiliki kebenarannya sendiri-sendiri, dan bisa jadi itu memang benar! namun jangan dikira tidak ada standar kebenaran. Ada standar kebenaran, dan itu yang sedang kita upayakan. jangan mengulang kemahatololan (terimakasih Andrea Hirata untuk istilah ini) kaum Sofos yang mengganggap tidak ada kebenaran mutlak! tetapi sikap yang perlu kita bangun adalah belajar dari dan bersama dengan agama-agama lain tanpa melupakan identitas kita sendiri.
membaca ulang karya Karl May ini saya jadi terusik untuk bertanya apakah Karl May mewarisi pemikiran Raimundo Panikkar itu? saya rasa kok tidak ya, karena lebih dulu KArl May ketimbang Raimundo Panikkar. namun saya mencoba membaca Karl May dengan kacamata pemikiran Raimundo Panikkar tentang Kristus Kosmis. Raimundo Panikkar memahami bahwa ada Kristus Kosmis yang jangan pernah diidentifikasikan sebagai Yesus Kristus, berbeda!! pemikiran Raimundo Panikkar selaras dengan pemikiran Yohanes yaitu Logos (Pada mulanya adalah Logos... Yoh1:1). Kristus Kosmis ini mengejawantah dalam diri Yesus dari Nazaret yang diberi gelar Kristus, pada Sidharta Gautama, pada Muhammad, pada Krishna...ini implikasi dari pemikiran Raimundo Panikkar. di dalam setiap agama itu ada Kristus Kosmis yang mengejawantah, dan dikemas dalam kebudayaan setempat.
ayat yang sering dijadikan pegangan kaum eksklusif dan inklusif adalah "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup..." nah, apakah ayat ini eksklusif? tidak sama sekali! ayat ini jika dibaca secara runtut menggunakan kacamata Yohanes (ingat konsep berpikir Yohanes di pasal 1 ayat 1) sama sekali tidak hendak mengatakan bahwa hanya orang Kristen yang masuk surga! namun jika ayat ini dibaca dengan kacamata dogma gereja...ya implikasinya bisa ditebak "tidak ada keselamatan di luar gereja" bukankah begitu pengakuan gereja Katholik pra Konsili Vatican ke-2?! dan setelah KV 2 itu maka pemahaman gereja Katholik lebih lunak lagi. keselamatan ada pada tiap agama dengan jalan mereka masing-masing. ini paham Universalistik yang dianut Raimundo Panikkar. jika membaca dan menelaah pikiran Raimundo Panikkar saya merasa tidak perlu kuatir lagi, karena di Surga nanti saya akan berjumpa dengan teman-teman dan saudara yang berbeda agama...
menerima perbedaan bukan dengan permusuhan... bukan dengan prasangka namun dengan semangat untuk saling belajar tanpa melupakan identitas diri sendiri...barangkali bumi benar-benar damai!!!