Senja pertama di bulan kedua tahun itu, hujan masih rintik.
Basah membekas di ujung daun dan dahan juga jalanan.
Langit kelabu menjadi latar sepanjang perjalanan.
Di depan kedai kopi, kursi dan meja besi bercat pudar sederhana tergeletak seadanya.
Di luar basah dan lembab udara masih terasa.
Sementara di dalam hangat kopi memenuhi udara.
Di luar semua nampak muram karena hujan yang turun tergesa dengan derasnya.
Sementara di dalam obrolan susul menyusul seperti kebulan asap kopi dari cangkir-cangkir kopi.
Semua orang berebut tempat, hinga semua nyaris terisi padat mungkin biar semakin hangat.
Kumpulan orang-orang ini seperti biji kopi yang berdesakkan siap digiling.
Tapi itu semua tak mengurangi kesenangan kita mengunjungi kedai mungil ini.
Begitulah sore itu di sebuah kedai kopi kecil di ujung jalan.
Hanya ada dua kursi yang tersisa di ujung sisi kanan, katamu mengembalikan aku ke bumi.
Sejenak aku terbawa kebul kopi dan aroma yang membius ini.
Kursi dan meja tinggi memang tak selalu ideal katamu.
Tak apa, senyumku.
Dua cangkir kopi hitam beda metode sudah terhidang setelah menunggu hingga sedikit petang. Dentang dan denting cangkir beradu tawa dan kata. Mondar mandir orang datang dan pergi. Tetapi aku tahu tempat ini tak pernah benar-benar sepi hingga nanti mesin berhenti menggiling kopi, maka ia menjelma sunyi.
Kaki kita menekuk beradu lutut di ruang sempit mengalun lagu.
Katamu tak apa asal tak adu mulut saja. Lebih baik adu lutut.
Kataku,”Sebentar, tolong berhentilah bercerita sebentar saja, mari kita dengarkan lagu ini.”
Maaf jika harus ku hentikan ceritamu, tapi kau tahu,
kita masih punya waktu hingga esok menjelang untuk semua cerita yang mungkin tercipta. Menanggung bingung mendengarkan lagu, jawabmu, “Tak bisa ku tolak, matahari memaksa ku menciptakan bunga-bunga.”
Petikan larik akhir puisi “Ku Hentikan Hujan” menutup keheningan kita menikmati lagu teduh itu.
Yang tersisa hanya ampas kopi di cangkir masing-masing.
Dan pendar cahaya kedai kopi yang kian mengecil di belokan jalan seiring dengan cerita yang
semakin semarak di dalam sini.
yohana dee
#bukansoalkopi
#sapardidjokodamono1980
Tidak ada komentar:
Posting Komentar