Yesus menulis di atas tanah. Ketika tatapan-tatapn kejam menghunjam sosok perempuan yang ringkih. Sorot mata luka tak bisa diabaikan. Lelah mendengarkan aneka dakwaan dan cacian yang kadangkala lebih tajam dari belati yang kau asah setiap hari. Yesus menulis di atas tanah dan tak seorang pun pernah tahu. Sampai kini orang hanya bisa menduga. Dulu pun orang-orang yang mengelilinginya juga tak tahu. Tapi sebenarnya tak masalah apa pun yang Ia tuliskan di atas tanah.
Sebab ketika Ia jongkok dan sibuk menulis di atas tanah, Ia yang sedang Allah sedang berjongkok sama rendahnya dengan dia yang dipandang berdosa. Hukuman rajam tanpa belas kasih atas nama moral sudah menunggunya. Dan Ia masih asyik menulis di atas tanah untuk menunjukkan pada mata-mata tajam membara bahwa kesalahan-kesalahan mu, dan aku, ditulis di atas tanah. Ya, di atas tanah yang akan lenyap dihembus oleh belas kasih Allah.
Walaupun kita sendiri seringkali menuliskan kesalahan-kesalahan diri sendiri dan orang lain di atas batu. Sungguh aneh, padahal Allah yang sedang jongkok itu menuliskannya di atas tanah, sebab Ia tahu itu semua tidak kekal. Kesalahan-kesalahan kita itu tak kekal seperti debu yang mudah diterbangkan angin. Dia saja tak sibuk menghakimi diri sendiri dan orang lain. Ia justru sibuk menunjukkan bahwa Cinta-Nya selalu lebih besar daripada kesalahan-kesalahan dan bahkan ketakutan-ketakutan kita.
Begitulah cara Allah mencintai kita...
Bandung, 13 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar