“Haduhhh,
hujan lagi, hujan lagi. Kapan main di luarnya kalau tiap sore hujan!!” Keluh
Dodo. Dengan wajah memberengut dia duduk di sofa dan menatap lurus ke luar
jendela yang basah oleh hujan. Tidak berganti posisi, masih dengan wajah
jengkel, Dodo kembali mengomel, “ Kan sekarang mestinya udah gak ada hujan
lagi. Katanya kalau ada suara tonggeret itu tandanya kemarau akan datang. Lha
ini apa, masih aja hujan!!”
Ibunya
yang ada di dapur mendengar gerutu Dodo.”Kamu kenapa Do?” tanya ibunya.
“Enggak
apa-apa Bu.” Jawab Dodo lesu.
“Lho,
kalau nggak ada apa-apa kenapa kamu ngomel-ngomel sendiri?”
“Bu,
Dodo sebel gak bisa main di luar, padahal udah bikin layangan, udah janji ama
Rinto mau ngadu layangan. Tapi gimana mau main layangan kalau hujan mulu tiap
hari.”
“Ya ditunggu sebentar lagi mungkin reda dan langit
kembali cerah ya Do.”hibur ibunya.Dodo tidak bisa berharap bahwa langit akan
segera cerah dan hujan kian reda.Karena ketika ia melongokkan kepalanya
melewati jendela, dia bisa melihat awan cumulus seperti tertambat di atas
genting rumahnya, dan hujan kian deras sampai tampias ke wajahnya.
“Ah yang bener aja bu, awan hitamnya aja kayak lagi
parkir di atas atap kita kok, dan hujannya makin deras. Bakalan batal lagi aku
main sama Rinto kalau gini ceritanya bu.” Dodo menghempaskan tubuhnya ke sofa,
dan kembal cemberut.
Ibu
datang menghampiri Dodo sambil membawa donat kesukaan Dodo. “Do, ibu punya
ceruta soal hujan lho.” Dodo mengambil donat, memasukkan dalam mulutnya dan
mulai mengunyah. Dengan mulut penuh, ia menjawab, “Cerita apa bu?”
“Kamu
tahu nggak Do kalau hujan itu juga dirindukan?” tanya ibunya.
“Ah,
yang bener aja bu. Siapa juga yang kangen dan pengen hujan turun. Tukang es gak
suka hujan, tukang parkir juga males kalau hujan, dan orang-orang yang jualan
di pinggir jalan pada basah kuyup kena hujan.”
“Hmmm
jangan salah Do, dulu ada orang-orang yang pengen banget hujan turun.”
“Siapa
bu?”
“Gini
ceritanya, di sebuah daerah bernama Samaria sedang terjadi bencana kelaparan
karena musim kemarau berkepanjangan. Nih, ibu bawain kamu Atlas Alkitab, supaya
kamu tahu letak Samaria itu di mana.” Ibu memperlihatkan letak Samaria di Atlas
Alkitab dan Dodo memperhatikan dengan seksama.
“terus
bu?”
“Ada
seorang nabi bernama Elia. Dia disuruh oleh Tuhan untuk bertemu dengan Raja
Ahab. Padahal saat itu Elia sedang jadi buronannya Izebel istri Ahab yang sudah
membunuh banyak nabi-nabi Israel. Namun ada 100 nabi Israel yang disembunyikan
oleh Obaja di dalam gua-gua masing-masing limapuluh orang. Ahab menjadi panik
ketika kemarau tak kunjung usai, dan hujan tak datang. Dia mengajak Obaja untuk
berkeliling mencari mata air bagi kuda dan bagalnya. Dalam perjalanan itulah
Obaja bertemu Elia. Elia meminta Obaja untuk bertemu dengan Ahab. Dalam
pertemuan itulah Elia menantang Ahab. Elia menyuruh Ahab mengumpulkan 450 orang
nabi-nabi Baal dan 400 orang nabi Asyera. Elia menantang mereka semua di Gunung
Karmel. Nih, Do letak Gunung Karmelnya.”
“Waduh,
Elia nggak salah tuh bu nantangin orang sebanyak itu?”
“Enggak
Do. Elia menyuruh nabi-nabi Baaldan Asyera itu untuk mengambil 2 ekor lembu dan
memotong-motong tubuhnya lalu menumpuknya di atas kayu. Tapi baik Elia maupun
nabi-nabi Baal dan Asyera itu tak ada yang membakar kayu-kayu tersebut. Elia
berkata bahwa ia akan berdoa kepada Allah. Nabi-nabi Baal dan Asyera juga
begitu. Allah yang menjawab doa salah satu dari mereka adalah Allah yang
berkuasa mengirimkan api sehingga kayu-kayu itu terbakar dan membakar
potongan-potongan daging lembu itu. Rakyat Israel setuju. Elia mempersilahkan
nabi-nabi Baal itu berdoa duluan kepada ilah mereka. Tapi tidak terjadi
apa-apa. Elia mengolok-ngolok mereka. Elia bilang jangan-jangan ilah mereka
sedang sibuk, sedang bepergian atau sedang tidur. Mereka berdoa makin keras dan
tetap tidak ada yang terjadi. Maka sekarang giliran Elia yang berdoa. Sebelum
berdoa, dia membangun lagi mezbah yang runtuh itu dan membuat parit di sekitar
mezbah yang bisa menampung air sebanyak 15 liter Do. “
“Terus
apa yang terjadi selanjutnya bu?” tanya Dodo tidak sabar sambil siap melahap
donatnya yang keempat.
“Elia
meminta orang-orang menyiram potongan hewan itu dengan air sampai tiga kali dan
parit yang dibuat Elia itu jadi penuh air. Elia pun berdoa. Seketika itu juga
api turun dari langit dan membakar habis potongan hewan korban itu bahkan air di
parit yang menggenang itu habis kering oleh api. Dan kemudian Elia menyuruh
mereka pulang sebab suara hujan sudah terdengar. Namun mereka tidak
mendengarnya. Elia menyuruh pelayannya naik ke bukit sampai enam kali, yang
ketujuh barulah si pelayan berkata bahwa ia melihat awan setelapak tangan dari
arah laut. Elia menyuruh hamba itu menemui Ahab dan meminta Ahab segera pulang
sebelum terhalang hujan. Dalam sekejap awan setelapak tangan itu menjadi awan
gelap pekat dan hujan turun sangat deras. Begitu ceritanya Do.”
“Ohh
jadi sebenarnya orang-orang itu dalam masa kekeringan yang panjang dan mereka
merindukan hujan turun supaya semua tumbuh-tumbuhan bisa hidup lagi dan mereka
nggak kelaparan ya bu.”
“Iya
Do, hujan itu adalah bukti pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya.”
“Tapi
bu, sekarang kebanyakan orang kayak Dodo, nggak suka hujan. Soalnya selain
kalau hujan turun bikin anak-anak nggak bisa main juga bikin banjir bu.”
“Eitss
jangan nyalahin hujannya dong. Do, hujan gak bikin banjir kalau kita semua bisa
menjaga lingkungan dengan baik. Nggak ngotorin sungai. Sekarang coba kamu lihat
kalau kamu lewat sungai yang dekat sekolahmu itu kamu lihat apa di sana?”
“Hehehe
macem macem bu, ada kasur bekas, sampah di kiri kanan sungai, ada ban bekas,
wah banyak bu.”
“Menurut
Dodo barang-barang itu mestinya diapakan?”
“Ya
jangan dibuang di sungai bu, soalnya sungai kan bukan tempat pembuangan sampah,
kalau dibuang di sungai, lama-lama sungai jadi dangkal karena banyak sampahnya
ketimbang airnya bu hehehe.”
“Nah
itu Dodo pinter dah tahu jadi jangan sembarangan nyalahin hujannya hehehe. Coba
kalau kita nggak rakus nebangin pohon tapi ogah nanam lagi, nggak ngebuang
sampah di sungai atau selokan, nggak ngotorin muara dan pantai, ya banjir nggak
datang. Hujan itu anugerah dari Tuhan jadi bukan untuk disalah-salahin. Kalau
kita bisa merawat alam ini dengan baik, maka musim kemarau dan musim penghujan
itu tidak akan datang sembarangan. Orang jawa kuno bilangnya pranata mangsa.
Jadi udah jelas musim kemarau itu kapan dan kapan musim hujan datang. Makanya
Do orang-orang jaman dulu bisa bilang kalau ada suara tonggeret maka itu
tandanya kemarau datang. Tapi sekarang? Tonggeret nya juga binggung kapan hujan
kapan kemarau. hehehehe”
“Hehehehe
iya bu. Dodo nggak akan ngomel lagi deh kalau hujan, soalnya kalau gak hujan
Dodo juga yang susah. Semua pada kering. Panas. Dan dari cerita ibu tadi, Dodo
janji nggak akan mau lagi ngotorin sungai, selokan dengan sampah. Juga ntar
kalau Dodo udah gede, Dodo nggak mau nebangin pohon Cuma supaya Dodo bisa
bangun rumah atau villa. Kalau nebang ya kudu nanam hehehe.. Dodo udah nggak
marah lagi sama hujan bu.”
Dodo memeluk ibunya dan melupakan kejengkelannya
terhadap hujan. Seiring dengan redanya rasa jengkel Dodo terhadap hujan, langit
berangsur-angsur cerah. Di ujung sana ada pelangi yang sangat indah. Dodo
segera berlari keluar memandang pelangi dan bekas hujan yang masih tersisa.
Hatinya kini dipenuhi rasa syukur.
Y.Defrita R.
#proyek iseng-iseng membuat cerita anak-anak hehehehehe ^_^