p { margin-bottom: 0.08in; }
Inung memang beda dengan yang lainnya. Ketika gadis belia seusianya sibuk dengan sosok lelaki berwajah a la aktor Korea, Inung tidak bergeming. Ketika semua gadis berteriak histeris menyaksikan para lelaki persilangan kartun dan harajuku meliuk dan menyanyi, Inung tetap tenang bak arca. Ketika kamar para gadis seusianya dipenuhi oleh wajah-wajah lelaki berpotongan cathcy dan berwajah oriental nan modis, dinding kamar Inung sepi. Pernah aku mencoba memancing pembicaraan mengapa sich gadis ABG seperti dia justru mengambil langkah berbeda. Bukannya dijawab, dia malah nyelonong masuk ke dapur. Puas meninggalkanku dengan secangkir kopi di warung ibunya. Inung memang bikin bingung.
Entah mengapa fenomena Inung menandingi Ayu ting-ting. Tiba-tiba saja Inung menjadi headline news di pos kamling, di tukang sayur, di arisan, di pengajian, di semua pelosok kampung yang tak seberapa luasnya ini. Dan keresahan pun merembes ke dalam lingkaran keluarga Inung yang ternyata juga tak tahu perihal keanehan putri mereka. Tetapi yang menakjubkan adalah Inung yang ditahbiskan menjadi News Makers of The Month tetap diam seribu kata bak Desy Ratnasari dengan jargon no commentnya. Entah karena memang dari orok sudah pendiam, atau diam-diam dia berbakat menjadi artis. Sungguh Inung menjelma menjadi gadis ABG yang bukan sekedar merebak kegalauan tetapi kebingungan.
Bulan demi bulan sudah berganti dan kabar soal keanehan Inung sedikit mereda. Inipun karena usaha keras Pak RT yang ingin menjadikan kampung kami kampung bebas gossip. Sungguh idealisme yang terlampau ideal karena di setiap bilik selalu ada bisik-bisik. Tiba-tiba menjelang kenaikan kelas, Inung mau buka mulut. Dia mau mengadakan konferensi pers di hadapan keluarganya. Dia mau berkisah tentang keanehannya. Maka hari itu Ibu Imah membuka warungnya cukup setengah hari, Pak Badrun ijin masuk kerja setengah hari, dan Sari juga Yato bersepakat untuk membolos saja demi mendengar Inung membuka kisah. Sungguh Inung menjelma selebritis yang beritanya dinantikan sekerumunan orang.
Sore itu nampaklah rumah pak Badrun senyap. Dengar-dengar dari Suma pembantu mereka, Inung menyelenggarakan konferensi persnya di ruang makan. Dan dengar dari Suma pula, si Inung bercerita bahwa selama ini ia hanya tertarik pada lelaki berkumis. Pak Badrun rupanya tak puas dengan jawaban gadisnya yang baru berusia 14 tahun itu. Maka demi menjawab ketidakpuasahan ayahandanya, Inung menceritakan bahwa sejak TK ia sudah mengidolakan lelaki berkumis. Dan demi sebuah penegasan akan keyakinan, Inung bersabda bahwa kelak ia akan menikahi lelaki berkumis. Bu Imah yang syok mendengar sabda putri bungsunya segera mencecar dengan beragam pertanyaan. Seolah tiada lelah, Inung meladeninya dengan telaten persis seperti bu Imah yang telaten meladeni pembeli di warungnya. Dengan ketenangan yang luar biasa, Inung menyudahi penjelasannya dan bergegas masuk ke dalam kamar.
Demi penasaran yang sudah merangsek sampai ke ubun-ubun, Sari dan Yato berlomba menjegal langkah adiknya dan menerobos masuk ke sarang Inung. Inung malang terpojok bersama lengan Yato yang mengekang geraknya. Tertunduk dalam diam Inung meradang. Segera bu Imah dan pak Badrun menyidak kamar Inung. Terbelalaklah mata mereka menyaksikan seluruh dinding kamar Inung tidak sesepi kabar orang. Foto berukuran poster terpampang di setiap sudut tembok kamar. Bu Imah sempoyongan menyaksikan seluruh wajah di foto-foto tersebut adalah wajah lelaki berkumis!
Dan demi rasa penasaran, uang dua puluh ribu ku selisipkan di tangan Suma yang menjadi narasumberku. Suma senyum-senyum makin membuat aku penasaran wajah lelaki berkumis siapakah itu. Ketakutan karena ku ancam, Suma angkat bicara. Terbata-bata dia berucap, “Wajah….wajah…wajah…mu”.
p { margin-bottom: 0.08in; }
Bandung, akhir Januari 2012
Y. defrita R.
Inspirasi dari celoteh teman tentang kumis J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar