Tanggal 2 Mei kita kenal sebagai HARDIKNAS alias "Hari Pendidikan Nasional". Saya tidak tahu apakah HARDIKNAS tahun ini diwarnai dengan serangkaian kegiatan seremonial atau tidak. Hanya saja seingat saya dulu biasanya ada upacara segala, cuman waktu saya SMA nah itu baru tak ada upacara. Hardiknas kali ini masih sama dengan HArdiknas tahun-tahun yang lalu...setidaknya bagi saya. Dimana letak kesamaannya? yah sama-sama bikin saya merenung kembali "Hendak Ke mana langkah kaki PENDIDIKAN NASIONAL di negeri ini?" Adakah suatu perubahan yang berarti yang sudah kita lakukan bagi pendidikan di negeri ini? atau justru foto buram yang mengabadikan potret buruknya pendidikan di Indonesia?
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya kembali melihat bagaimana pendidikan di negeri ini berlangsung. Dari jaman kolonial Belanda, sekolah ada sepotong barang mewah yang hanya dapat dinikmati kalangan "darah biru" dan tentu saja nonik dan sinyo Belanda. Sekolah menjadi sesuatu yang diharapkan....diinginkan dengan sangat...oleh setiap rakyat Indonesia. Lalu munculah gerakan-gerakan lokal yang dengan gigih memperjuangkan akses pendidikan bagi warga "non-darah biru dan bagi perempuan". Para tokoh pejuang pendidikan ini menyadari betul bahwa pada hakikatnya "PENDIDIKAN ITU UNTUK SIAPA SAJA". Pendidikan itu layak dinikmati siapa saja yang ingin semakin manusiawi bagi sesamanya dan alam. Lalu mesin waktu membawa kita "melompat" dan tibalah kita di tahun 2000-an....Milenium! Adakah yang berubah?....
Hm....dalam kurun waktu 2000-2009 ada banyak potret buram pendidikan... salah satunya peristiwa STPDN. Kekerasan yang dilakukan di lingkup pendidikan yang seharusnya membuat manusia makin berbudi luhur malah menjadi buas bak hewan liar. Sebenarnya tak hanya di STPDN atau IPDN saja namun di sekolah-sekolah lain hal ini dirahasiakan atau tidak di "blow up" oleh MEdia Massa kita. Kekerasan pun kini merambah tingkat yang lebih rendah yaitu Sekolah Dasar dan virus "kekerasan" ini merubah diri dengan nama keren "bulying'. Yah, anak SD pun kini sudah bisa berlagak bak preman kampung yang adu kuasa dengan anak lain. Lantas bagaimana para pendidik menanggapi ini? entahlah apakah ada yang dengan serius menanggapi hal ini atau justru "cuek bebek". Lha, mau dibawa kemana generasi muda jika ternyata lembaga bernama PENDIDIKAN tak mampu mendidik manusia?walahualam bisawab deh.
selain itu ternyata nih, akses PENDIDIKAN tidak berubah. Maksudnya? yah cuma bisa dinikmati oleh ORANG BERDUIT! Kok tidak berubah ya?sejak dari jaman kolonial Belanda sampe sekarang masih sama-sama susah diakses oleh wARGA MISKIN! Lhadalah, ada apa dengan pendidikan kita? orang-orang yang berduit akan mampu mengakses pendidikan dengan kurikulum internasional....tetapi warga miskin dan tersingkir...boro-boro sekolah, rumah aja kagak punya. Apakah kita lantas berpikir bahwa taraf hidup para pendidik akan berubah menjadi lebih baik karena akses pendidikan kebanyakan bagi orang berduit? jangan salah menafsirkan dulu....pendidik yang kaya ya ada...tapi yang musti kerja sampingan jadi tukang ojek, tukang sayur, tukang jahit dan tani juga buanyyaakkkk. Konon kabarnya hal ini disebabkan pemerintah kurang memperhatikan para pahlawan pendidikan ini!wiuh........ T_T
Ternyata kebobrokan itu tak hanya ada di aras manusia yang ingin menikmati pendidikan tetapi juga para pendidik yang berjuang mencerdaskan rakyat! Duh Gusti, mau kemana pendidikan ini diarahkan? apakah hari pendidikan nasional harus diperingati ketika faktanya pendidikan itu hanya diakses oleh segelintir manusia? selamat merenung dan berbuat sesuatu...
note:ini pikiran jail sih, hm...saya pengen tahu nih apakah capres dan cawapres plus koalisinya masing-masing sempet mikirin hal ini atau gak ya? ato mereka lebih sibuk memikirkan gimana caranya bagi-bagi kekuasaan?walahualam deh.
salam
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat saya kembali melihat bagaimana pendidikan di negeri ini berlangsung. Dari jaman kolonial Belanda, sekolah ada sepotong barang mewah yang hanya dapat dinikmati kalangan "darah biru" dan tentu saja nonik dan sinyo Belanda. Sekolah menjadi sesuatu yang diharapkan....diinginkan dengan sangat...oleh setiap rakyat Indonesia. Lalu munculah gerakan-gerakan lokal yang dengan gigih memperjuangkan akses pendidikan bagi warga "non-darah biru dan bagi perempuan". Para tokoh pejuang pendidikan ini menyadari betul bahwa pada hakikatnya "PENDIDIKAN ITU UNTUK SIAPA SAJA". Pendidikan itu layak dinikmati siapa saja yang ingin semakin manusiawi bagi sesamanya dan alam. Lalu mesin waktu membawa kita "melompat" dan tibalah kita di tahun 2000-an....Milenium! Adakah yang berubah?....
Hm....dalam kurun waktu 2000-2009 ada banyak potret buram pendidikan... salah satunya peristiwa STPDN. Kekerasan yang dilakukan di lingkup pendidikan yang seharusnya membuat manusia makin berbudi luhur malah menjadi buas bak hewan liar. Sebenarnya tak hanya di STPDN atau IPDN saja namun di sekolah-sekolah lain hal ini dirahasiakan atau tidak di "blow up" oleh MEdia Massa kita. Kekerasan pun kini merambah tingkat yang lebih rendah yaitu Sekolah Dasar dan virus "kekerasan" ini merubah diri dengan nama keren "bulying'. Yah, anak SD pun kini sudah bisa berlagak bak preman kampung yang adu kuasa dengan anak lain. Lantas bagaimana para pendidik menanggapi ini? entahlah apakah ada yang dengan serius menanggapi hal ini atau justru "cuek bebek". Lha, mau dibawa kemana generasi muda jika ternyata lembaga bernama PENDIDIKAN tak mampu mendidik manusia?walahualam bisawab deh.
selain itu ternyata nih, akses PENDIDIKAN tidak berubah. Maksudnya? yah cuma bisa dinikmati oleh ORANG BERDUIT! Kok tidak berubah ya?sejak dari jaman kolonial Belanda sampe sekarang masih sama-sama susah diakses oleh wARGA MISKIN! Lhadalah, ada apa dengan pendidikan kita? orang-orang yang berduit akan mampu mengakses pendidikan dengan kurikulum internasional....tetapi warga miskin dan tersingkir...boro-boro sekolah, rumah aja kagak punya. Apakah kita lantas berpikir bahwa taraf hidup para pendidik akan berubah menjadi lebih baik karena akses pendidikan kebanyakan bagi orang berduit? jangan salah menafsirkan dulu....pendidik yang kaya ya ada...tapi yang musti kerja sampingan jadi tukang ojek, tukang sayur, tukang jahit dan tani juga buanyyaakkkk. Konon kabarnya hal ini disebabkan pemerintah kurang memperhatikan para pahlawan pendidikan ini!wiuh........ T_T
Ternyata kebobrokan itu tak hanya ada di aras manusia yang ingin menikmati pendidikan tetapi juga para pendidik yang berjuang mencerdaskan rakyat! Duh Gusti, mau kemana pendidikan ini diarahkan? apakah hari pendidikan nasional harus diperingati ketika faktanya pendidikan itu hanya diakses oleh segelintir manusia? selamat merenung dan berbuat sesuatu...
note:ini pikiran jail sih, hm...saya pengen tahu nih apakah capres dan cawapres plus koalisinya masing-masing sempet mikirin hal ini atau gak ya? ato mereka lebih sibuk memikirkan gimana caranya bagi-bagi kekuasaan?walahualam deh.
salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar