Jumat, 24 Oktober 2008

Membaca ulang Karl May


Membaca karya Karl May yang satu ini bagi saya memang tidak akan ada bosannya, walaupun sudah saya baca berkali-kali namun setiap kali saya membaca selalu ada hal yang menarik untuk dikunyah dirasakan dan ditelan.
baru-baru ini saya kembali membaca "Dan Damai Di Bumi". Novel karya Karl May ini agak berbeda dibanding karya-karya dia sebelumnya. karena pada novel ini, Karl May benar-benar mengadakan perjalanan ke Asia, ke tempat-tempat yang dia sebutkan pada novelnya. sebenarnya issue yang diangkat dalam novel ini adalah "PRASANGKA". menurut Karl May, pada waktu dia menuliskan novel ini, muncul sebuah Prasangka dari negeri Barat terhadap Timur. Prasangka bahwa segala sesuatu yang ada di Timur adalah KAFIR! dan bangsa Barat wajib membawa peradaban bagi Timur. sebuah awal Kolonialisme barangkali. dikisahkan dalam novel tersebut seorang misionaris yang berniat meng-kristenkan daratan Tiongkok. dia ditemani putrinya, Mary Waller. si Misionaris ini menelan mentah-mentah sabda pengutusan Yesus Kristus yang kurang lebih berisikan amanat agung untuk menjadikan seluruh bangsa muridnya dan membaptis mereka dalam namaNya. semangat itu dibakar pula oleh Prasangka Kebudayaan. bahwa segala yang dari Timur itu lebih rendah daripada Barat, termasuk kesopanan.
kisah ini terus terjalin dengan nada sama bahwa prasangka terhadap kebudayaan lain atau agama lain hanya akan medatangkan bencana bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
menurut intepretasi saya, Karl May hendak menguak juga issue Pluralisme yang tentu saja saat dia hidup istilah ini belum ada. Namun pluralisme yang seperti apa? apakah merelativkan semua agama? apakah semua agama pada dasarnya sama?

Setiap agama memiliki kebenarannya sendiri-sendiri, dan bisa jadi itu memang benar! namun jangan dikira tidak ada standar kebenaran. Ada standar kebenaran, dan itu yang sedang kita upayakan. jangan mengulang kemahatololan (terimakasih Andrea Hirata untuk istilah ini) kaum Sofos yang mengganggap tidak ada kebenaran mutlak! tetapi sikap yang perlu kita bangun adalah belajar dari dan bersama dengan agama-agama lain tanpa melupakan identitas kita sendiri.

membaca ulang karya Karl May ini saya jadi terusik untuk bertanya apakah Karl May mewarisi pemikiran Raimundo Panikkar itu? saya rasa kok tidak ya, karena lebih dulu KArl May ketimbang Raimundo Panikkar. namun saya mencoba membaca Karl May dengan kacamata pemikiran Raimundo Panikkar tentang Kristus Kosmis. Raimundo Panikkar memahami bahwa ada Kristus Kosmis yang jangan pernah diidentifikasikan sebagai Yesus Kristus, berbeda!! pemikiran Raimundo Panikkar selaras dengan pemikiran Yohanes yaitu Logos (Pada mulanya adalah Logos... Yoh1:1). Kristus Kosmis ini mengejawantah dalam diri Yesus dari Nazaret yang diberi gelar Kristus, pada Sidharta Gautama, pada Muhammad, pada Krishna...ini implikasi dari pemikiran Raimundo Panikkar. di dalam setiap agama itu ada Kristus Kosmis yang mengejawantah, dan dikemas dalam kebudayaan setempat.

ayat yang sering dijadikan pegangan kaum eksklusif dan inklusif adalah "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup..." nah, apakah ayat ini eksklusif? tidak sama sekali! ayat ini jika dibaca secara runtut menggunakan kacamata Yohanes (ingat konsep berpikir Yohanes di pasal 1 ayat 1) sama sekali tidak hendak mengatakan bahwa hanya orang Kristen yang masuk surga! namun jika ayat ini dibaca dengan kacamata dogma gereja...ya implikasinya bisa ditebak "tidak ada keselamatan di luar gereja" bukankah begitu pengakuan gereja Katholik pra Konsili Vatican ke-2?! dan setelah KV 2 itu maka pemahaman gereja Katholik lebih lunak lagi. keselamatan ada pada tiap agama dengan jalan mereka masing-masing. ini paham Universalistik yang dianut Raimundo Panikkar. jika membaca dan menelaah pikiran Raimundo Panikkar saya merasa tidak perlu kuatir lagi, karena di Surga nanti saya akan berjumpa dengan teman-teman dan saudara yang berbeda agama...

menerima perbedaan bukan dengan permusuhan... bukan dengan prasangka namun dengan semangat untuk saling belajar tanpa melupakan identitas diri sendiri...barangkali bumi benar-benar damai!!!

Mollusca tanpa rumah


suatu malam di kamar mandi kontrakan saya ada seekor hewan yang nyaris mirip bentuknya dengan lintah atau pacet. semula saya mengira hanya satu, namun astaganaga...ternyata mereka ber-4!!!! yah, mereka nongkrong di kamar mandi saya setiap malam rupanya. pada mulanya saya jijik melihat hewan ini dan bersumpah tidak akan mau satu kamar mandi atau satu ruangan dengan hewan ini. saya berani bersumpah seperti ini karena kontrakan saya punya 2 kamar mandi. yang satu sangat besar dan biasa dijadikan tempat nongkrong hewan-hewan itu. sedangkan kamar mandi yang lain lebih kecil ukurannya dan nyaris tidak dikunjungi oleh hewan-hewan itu.

setiap kali saya melihat hewan itu nongkrong di kamar mandi, saya selalu merasa jijik dan lutut saya lemas. pernah suatu kali saking kagetnya saya teriak-teriak melihat hewan-hewan itu bergerombol!!!! otomatis teman-teman di kontrakan pada bangun dan menenangkan saya yang histeris melihat gerombolan hewan itu. barangkali kalian pada bingung kenapa saya sampai histeris seperti itu? teman saya bercerita bahwa hewan itu bisa menggigit manusia bahkan menghisap darahnya. teman yang lain bercerita bahwa hewan itu mampu melompat dan menempel kuat pada tubuh manusia! wah, kayak spiderman dong! tapi yang terakhir ini jelas amat sangat tidak masuk akal. karena kalo kita melihat anatomi tubuh hewan ini, saya yakin 1000% dia tidak memiliki otot atau tubuh yang aerodinamis yang memungkinkan dia melompat dan mencengkram kuat di kulit manusia. hewan ini cuma punya lendir!!

puncak dari kejengkelan saya karena keberadaan hewan itu adalah ketika suatu malam hewan-hewan itu menginvasi kamar mandi yang lebih kecil dan juga kamar mandi besar!!! saya benar-benar jengkel dan saya berjanji akan mencari tahu siapa hewan ini sebenarnya! malam itu saya terpaksa ke kamar mandi namun dengan perasaan jijik melihat hewan-hewan itu bergerombol di dinding kamar mandi!!! semalaman saya tidak bisa tidur nyenyak memikirkan siapa sebenarnya hewan-hewan itu.

benar saja, ketika hari sudah pagi saya putuskan untuk segera bergegas mandi dan ke kampus untuk on-line. saya benar-benar penasaran. saya jadi merasa mirip Thomas murid Yesus itu yang percaya karena melihat dan mengenal langsung!!!

voila!!!! akhirnya saya tahu hewan ini ternyata bernama "Mollusca Vaginula" alias "Siput tak bercangkang/ tak berumah". jadi sepanjang hidupnya dia tidak akan pernah memiliki rumah atau cangkang. hmmm...saya baru sadar bahwa memang postur tubuh hewan ini mirip sekali dengan lintah namun sekaligus dia memiliki antena. bukankah lintah tidak memiliki antena?? Aha!!! yah, hewan yang nongkrong di kamar mandi saya tiap malam itu benar-benar "Siput tak bercangkang".
dan ini yang membuat saya lebih bergembira lagi...hewan ini HERBIVORA!!! alias tidak menghisap darah atau makan daging!!! Wah...inilah puncak REKONSILIASI saya dengan hewan-hewan itu. dari informasi itu saya mampu menerima keberadaan mereka di kamar mandi saya.

learning points yang saya dapatkan adalah:
pertama, saya merasa kasihan dengan keberadaan hewan-hewan ini, WHY? karena memang dari awalnya mereka tidak akan pernah punya cangkang, namun yang lebih sial lagi...mereka tidak punya LAHAN. apa sebab? lahan-lahan kosong habis dijadikan bangunan beton. sekarang mereka cuman minta satu ubin di kamar mandi saya untuk mengadakan rendevouz dengan sanak familynya...kok saya sebagai manusia malah marah-marah dan jijik. padahal saya sedang berdiri di atas lahan mereka. karena lahan semakin sedikit tak heran kalau mereka dan sanak keluarganya menginvasi kamar mandi saya...it's ok!
kedua, dari peristiwa ini saya sadar bahwa saya mirip sekali dengan Thomas murid Yesus itu. saya punya curiousity yang besar dan akan percaya kalau saya melihat langsung atau ada fakta-fakta yang bisa dipertanggungjawabkan. ada sisi positifnya, saya tidak termakan desas desus begitus aja namun mencoba mencari tahu kebenaran beritanya. sisi negatifnya, rasio saya jalan tanpa keseimbangan hati. apa-apa harus ada pembuktiannya...

yah, itulah sekelumit kisah mengenai saya dan Mollusca tanpa rumah...

Selasa, 21 Oktober 2008

Do something with your nothing

hari senin kemarin, tepatnya tanggal 20 Oktober 2008 seperti biasanya di kontrakan diadakan Monday Morning Service. Dan saya kebagian jadi pemimpin ibadah ini. Pagi itu saya dan teman-teman kontrakan juga ada ibu Debora K.Tioso merenungkan Efesus 5:15-21 berdasarkan Our Daily Bread. judul artikel di ODB adalah "Do Something With Your Nothing". renungan ini berkisah tentang bagaimana kita menggunakan waktu luang kita.

pikiran saya kembali ke belakang, sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar. saya sangat senang jika semua PR saya sudah selesai. wah...rasanya lega banget! tapi saya waktu itu tidak sadar bahwa saya bisa menggunakan waktu luang itu untuk belajar yang lain. namun dasar anak-anak....saya tetap saja bermain dengan kawan-kawan saya.

ketika saya sudah remaja, waktu luang bagi saya bak barang mewah. nyaris tiap hari saya berjibaku dengan modul-modul pelajaran. sungguh melelahkan! dan jika ada sekali waktu luang saja saya pasti gunakan untuk istirahat, entah tidur, entah ngobrol dengan teman di telepon atau menggambar. namun paling sering saya pakai untuk menggambar. rasanya lega. segala kejenuhan...langsung hilang!

dan sekarang ketika saya sudah di bangku kuliah...waktu luang semakin sulit didapatkan. apa sudah nyaris punah ya? tentunya dalam putaran waktu saya istilah ini dimaksudkan. yah, nyaris tiap hari dari senin-kamis saya kuliah dari pagi sampai malam non stop...istilah saya dan teman-teman adalah "Kuliah dari terbit matahari sampai pada tenggelamnya".
fiuh...sangat melelahkan. biasanya pulang kuliah, langsung ke kontrakan. tidak pake acara mampir2. sampai di kontrakan langsung masuk kamar. mandi dan makan malam dengan teman-teman kontrakan. nah...di sini biasanya saya melepas semua kepenatan setelah seharian "Nyekolahin"otak. setelah itu ya...kembali ke kamar dan berjuan lagi di tengah tumpukan buku dan tugas yang sangat setia menanti...

waktu luang saya hanya jumat sampai minggu. wah...lama juga ya?! jangan salah! waktu 3 hari itu berasa sekejap aja kalau tidak waspada. pikir saya setiap jumat atau sabtu saya bisa leyeh-leyeh di rumah sambil baca buku, mendengarkan smooth jazz atau musik instrumental...wah...senangnya. hmmmm...namun itu hanya di "Dunia Khayal" saya. karena pada kenyataannya...setiap jumat saya rapat atau diskusi. sabtu? saya mengerjakan tugas untuk dikumpul hari senin. minggu? saya ke gereja. see, waktu luang sulit dicari.

tapi di satu sisi...waktu luang yang terlalu banyak bisa menjebloskan kita pada kemalasan . why? ya karena kita pikir"Ah, masih banyak waktu". pola pikir yang seperti ini tidak membawa orang pada perubahan yang berarti.

melalui renungan kemarin pagi, kami diingatkan untuk "Bijak menggunakan setiap waktu". sekedar berbagi nih, pernah ada yang cerita kalo orang udah tua biasanya mikirnya itu "Dari detik ke detik" bukan dari hari ke hari. karena mereka menyadari usia dah makin senja. kenapa tidak kita seperti mereka? berpikir bahwa "Hanya ada hari ini". besok itu masih misteri. dan kemarin itu masa lalu.

saya terhenyak dari lamunan, dan tersenyum berkata pada diri sendiri,"Dee, this is yor last day!!! do your task. no Tomorrow. no yesterday. only this day! bear your cross, whatever your cross today...just follow His step."
dan saya melangkah melewati rimba hari itu.

Senin, 13 Oktober 2008

sebuah doa sederhana...barangkali




aku berdiam di kesunyian
di keheningan baitMu Bapa
Tanpa kata dan tanpa bahasa
hanya menunggu Engkau Tuhan

Yesus Tuhanku Kau paling mengerti
rapuh hati ini
letih jiwa ini
jamah ya Tuhanku
jamah ya Tuhanku
sbab Engkaulah Tuhan yang paling mengerti

barangkali ketika kita berdoa, kita tidak hanya memaksa Tuhan mendengarkan kita. Namun kita perlu berdiam dalam keheningan untuk menanti Dia menyapa kita.
semoga pemaknaan ini dapat saya hidupi...

nderek Gusti Yesus?




Tadi pagi saya tertegun ketika mengikuti ibadah kampus yang memang biasa dilaksanakan pada hari senin dan diikuti oleh civitas akademika dan juga karyawan kampus. saya memang terlambat datang karena setiap hari senin pula di kontrakan saya ada Monday Morning Service (MMS). Saya hanya kebagian sedikit narasi dan lagu2 di ibadah kampus hari ini. hal yang membuat saya tertegun adalah ketika dalam ibadah disinggung mengenai Mengikut Yesus! Alamak!!! topik yang sangat sulit saya hidupi. Mengikut Yesus? Nderek Gusti Yesus? yang bener aja? sekarang ini? itulah respon saya ketika mendengar kalimat tersebut.
ditambah lagi dengan ajakan untuk mendengarkan lalu mengikuti Yesus. perhatikan kata-kata yang dipakai semuanya kata kerja! aktif! berarti ada respon secara aktif dari manusia untuk mengikuti Yesus...terlibat secara aktif di dunia. saya tertarik untuk mengurai kata mendengarkan. dalam bahasa inggris kita pernah minimal mendengar atau mengatakan kata obedience. kata ini dalam bahasa latin berarti mendengarkan. see...mendengarkan menuntut ketaatan. lalu baru bisa nderek Gusti Yesus.
di akhir ibadah kami menyanyikan lagu dari KJ yang kalau tidak salah Ku Mau berjalan dengan Juruselamatku. ada bagian dari lagu tersebut yang lagi-lagi membuat saya terkejut... begini kata-katanya:
Ku mau berjalan dengan Juruselamatku
di lembah berbunga dan berair sejuk
ya kemana saja aku kan mengikutNya
sampai aku tiba di negeri baka.

Nah... Nderek Gusti Yesus tidak hanya di lembah yang penuh bunga indah dan kicauan burung. tapi juga nderek Gusti Yesus saat jalan yang dilalui penuh dengan onak dan duri. Wah...kalau sudah begini mengikut Yesus bukan perkara gampang. tidak semudah mengucapkan pengakuan iman rasuli. cilakanya lagi, nderek Gusti Yesus itu ya berarti manut ke mana Gusti Yesus mengajak kita berjalan. mau jalannya susah...mau jalannya mudah...ya tetap harus manut sama Gusti Yesus. nderek mlampah mawon.

tiba-tiba saya membayangkan, kita berjalan bersama Yesus bersebelahan. ya...seperti icon Yesus dan sahabatNya itu. berjalan berdampingan. duh..kalau seperti ini setidaknya nderek Gusti Yesus itu tidak terlalu sulit..lha konco mlampahnya Gusti sendiri kok.

nah...bagaimana, apakah kita sanggup nderek Gusti Yesus?

Sabtu, 11 Oktober 2008

asyiknya belajar membatik

sabtu, 11 oktober 2008 saya dan beberapa teman dari kelas Metode melaksanakan aksi-refleksi ke tempat pembuatan batik di yogyakarta. maka pagi itu jam setengah 9 dengan menggunakan bis kopata nomor103 yang sudah kami carter, kami menuju ke tempat pembuatan batik. tempat pembuatan batik ini bernama KALPIKA. terletak di belakang Pasar Ngasem. berdekatan dengan Taman Sari. begitu tiba kami langsung disambut dengan sukacita oleh Pak Purnomo. Beliau tidak mengajari kami membatik melalui teori tetapi langsung praktek.
pertama, kami diberi kain putih selebar saputangan laki-laki.
kedua, kami diminta menggambar sendir motif yang akan kami batik. saya menggambar Yesus wayang yang sedang meredakan angin ribut. teman2 lain juga sangat antusias menggambar. kami kembali ke masa TK. masa2 menggambar dengan sangat leluasa.
ketiga, motif tadi musti di tutup dengan parafin. karena saya selesai pertama, maka saya yang pertama kali menebalkan garis2 dalam gambar saya menggunakan parafin cair. pada proses ini..saya merasa sangat kesulitan. mengapa? karena saya terbiasa melukis. sedangkan membatik tidak sama dengan melukis. dibutuhkan kesabaran. maka saya pelan-pelan menyatukan diri dengan gambar yang saya buat. pelan-pelan pula saya mulai dapat feel-nya.
keempat, gambar yang sudah diberi parafin disiram air sampai basah banget. setelah itu baru teknik pewarnaanya yang nyaris mirip dengan pewarnaan cat air. tapi jangan kira saya menggunakan kuas...saya menggunakan jari jemari saya untuk mewarnai dan meratakannya. setelah itu kain di jemur.
kelima, setelah kain setengah kering. kain dicelup larutan HCL dan asam nitrit. penggunaa kedua bahan kimia itu agar warna yang sudah kita beri tadi dapat terkunci alias tidak melebar ke bagian gambar yang lain. setelah itu ya dijemur lagi.
keenam, saya kembali mewarnai bagian yang lain demikian seterusnya sampai akhirnya saya harus menutupi gambar saya dengan parafin. kali ini pakai kuas. hal ini di lakukan agar warna tadi terkesan bertekstur.
proses terakhir adalah mencuci kain tadi dengan larutan HCL dan asam nitrit. lalu di cuci air biasa. dan siap direbus agar parafin meleleh. setelah itu baru dijemur... dan jadilah kain batik karya saya yang pertama.
sungguh tidak sederhana membuat batik. dari proses awal sampai akhir dibutuhkan kesebaran.
saya jadi teringat kehidupan saya sendiri. terkadang saya kurang sabar terhadap kehidupan ini. saya ingin cepat2 melihat hasil dari sesuatu hal. dari kehidupan ini. namun melalui proses belajar membatik tadi saya jadi sadar bahwa setiap hal yang kita lakukan...lakukan dengan kesabaran dan penghayatan yang mendalam. sehingga ketika semua usai saya dapat tersenyum puas.


membatik...oh..membatik....tidak sekadar membatik kain namun saya sedang membatik diri saya. ada proses yang panjang dan sulit yang harus saya lalui untuk bisa melihat hasil akhir yang indah. saya harus rela menjadi kain putih yang diberi motf lalu ditebalkan menggunakan canting berisi parafin panas. sakit rasanya. lalu disiram. diberi warna.dijemur di bawah teriknya matahari dan saya musti dimasukkan dalam panci berisi air mendidih di atas tungku berapi yang menyala-nyala..barulah saya dapat melihat diri saya yang berbeda.


pengalaman membatik...merengkuh saya untuk merenungkan kembali diri saya.

gua cereme


minggu pagi bulan juni aku dan beberapa teman yaitu AR, YB, YH tanpa rencana pergi ke gua cereme. jalan2 dilakukan atas dasar rekomendasi AR yang sudah pernah ke sana. dia mewanti-wanti kami agar tidak komplain dengan medan yang cukup berat menurut AR. namun karena kami sudah terlanjur kepincut ya kami putuskan untuk tetap berangkat. apapun yang terjadi.
perjalanan di tempuh dengan kendaraan bermotor selama kurang lebih satu jam ke arah selatan. ketika memasuki wilayah selatan, di depan saya terhampar perbukitan karst yang luar biasa indah. namun sayang, ada juga tangan-tangan yang menggerogotinya demi kepentingan diri sendiri. padahal perbukitan karst itu adalah spons yang paling alami untuk menyerap air, memurnikannya dan menyimpannya di dalam tubuhnya. tentu saja hal ini sangat menguntungan bagi manusia dan mahluk hidup lainnya di perbukitan karst itu. kelangkaan air di wilayah Bantul dan sekitarnya mungkin huga disebabkan oleh menipisnya sumber mata air. walaupun pemerintah sudah membuatkan sumur yang mengebor perut bumi dan masyarakat musti bayar untuk menikmati air tersebut, kalau tingkah laku manusia masih sangat rakus terhadap kekayaan alam ya...masalah kelangkaan air hanya akan jadi masalah klasik yang tidak terselesaikan.
kembali ke jalan-jalan ku. sesampainya di bibir gua cereme, di dalam hatiku terbersit kekaguman akan bentuk ukiran paling alami aseli dari alam. dari luar, dapat kita lihat kegelapan di dalam gua cereme. kami menyewa senter yang menggunakan aki. sente ini sangat membantu ketika kita berada di dalam gua. dari bibir gua, aku menuruni banyak anak tangga sebelum sampai di dasar gua cereme yang ternyata.....berair. ya...air setinggi betis. air yang sangat dingin. sangat pekat warnanya. dan di dasar air itu ada batuan kapur yang tajam, tumpul, datar, ya..dengan berbagai kontur tentunya.
perjalanan kami terhenti ketika kami bertemu sekelopmok wisatawan mancanegara yang urung meneruskan jalan2nya ke gua cereme. mereka sempat mengingatkan kami bahwa ada buaya di dalam sana. tentu saja ini hanya guyonan saja. mana ada buaya hidup di tempat gelap dan sedikit udara serta cahaya ini. ada-ada saja itu bule.
nah, kami dipandu oleh seorang pemuda desa tersebut yang mata pencahariannya ya memang menjadi pemandu gua cereme. pemuda ini mengatakan bahwa panjang gua cereme adalah 1,2 KM. relatif pendek katanya. dan bahkan bisa ditempuh dalam waktu 1 jam saja.
sepanjang lorong gua, tak henti-hentinya kami menikmati keindahan dalam gua. sayangnya banyak orang yang tidak bisa menghargai keindahan stalakmit dan stalaktit. mereka menginjakkan kaki mereka pada keindahan alam itu. akhirnya...mereka meninggalkan lumpur yang tebal pada batuan-batuan di sekitarnya.
ya Tuhan...orang-orang ini sebenarnya tahu tidak ya kalau tindakan mereka akan merusak bentuk aseli dari stalakmut dan stalaktit itu?! egois banget ya!
semakin jauh kami berjalan...semakin kami merasakan kontur tanah yang naik turun. beberapa kali kami hampir jatuh. dan air yang semula setinggi betis tiba-tiba jadi setinggi perut. beberapa kali kami bertemu ikan sidat atau belus putih. ikan ini konon dipercaya aslinya dari pantai selatan. ikan ini juga biasanya menjadi tanda letak mata air. dan oleh karena itu oleh penduduk setempat ikan ini dibiarkan saja menghuni gua cereme. ini ikan jinak, jadi kami tidak kawatir akan digigit. namun kami suka kaget karena kemunculan ikan ini yang mendadak dan suka berenang di antara kaki-kaki kami.
ketika kami sampai di 600 meter pertama, udara atau tepatnya 0ksigen makin menipis. udara menjadi sangat pekat dan berat. maka kami harus pintar2 atur napas biar tidak pingsan kehabisan oksigen.
medan yang cukup berat itu ketika kami musti memanjat air terjun kecil. ya memang tidak ada jalan lagi. mau tidak mau kami musti memanjat air terjun itu walaupun sangat licin. voila!!! kami berhasil! dan perjalanan semakin berat. air yang tadi setinggi perut tiba-tiba karena kontur tanah yang emang turun, air jadi nyaris setinggi dada. kami musti merunduk karena batuan di atas kepala kami yang kelewat rendah. saya beberapa kali kejedot batuan tersebut.
ketika perjalanan hampir berakhir...kami dapat merasakan hembusan angin yang sangat kencang. ini menjadi pertanda bahwa mulut keluar gua sudah dekat. udara yang berhembus sangat dingin, air di sekitar kami juga sangat dingin, belum lagi suasana mistis yang diciptakan pertapa di dalam gua cereme.
untuk mencapai pintu keluar, lagi-lagi medannya bukan mudah tapi kami harus jalan jongkok lalu sedikit membungkuk. di depan kami ada tangga dan setelah itu kami sampai di dunia luar. tak terasa kami menghabiskan waktu 2 jam di dalam gua cereme.
gua cereme sejak dulu dipakai walisongo ketika mereka mengadakan pertemuan di antara mereka juga menjadi tempat mereka mendirikan sholat. setelah itu gua cereme dipercaya menjadi tempat pertemuan antara Nyai Roro Kidul dengan Hamengku Buwono I. ada suatu tempat datar di dalam gua yang dinamakan kraton. nah, menurut penduduk setempat di tempat itulah pertemuan mistis spiritualis itu diadakan.
ya..itulah gua cereme. karena nilai-nilai spiritual yang dianut oleh penduduk di sekitarnya maka gua ini luput dari perusakan manusia! semoga tetap demikian.

Jumat, 10 Oktober 2008

sharing seorang teman


MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT

Based on True Story..

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi
dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun

Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,setelah
istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa
digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah
tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan
mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia
letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan
apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak
suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar
dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka,
sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka
sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah
tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan ibu mereka
dia yg
merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata
" Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak
merawat ibu
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak....... ..bahkan
bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu"
dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat
kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan
mengijinkannya,
kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami
sudah tidak tega melihat bapak,
kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".

Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."
Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk
nafsu,
mungkin bapak akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian
disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian..
sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir
didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan
apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya
seperti ini.
kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh
orang lain,
bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."

Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno
merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno..
dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..
Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta
untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada
suyatno
kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak
bisa apa2..

disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak
Suyatno bercerita.
"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam
perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran,
perhatian ) adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya,
dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya,
mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..

Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu
merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya
apalagi dia sakit,,,"

dapet dari temen....

Erotic Jesus sparks art debate in Austria
By Sylvia Westall Mon Apr 7, 3:21 AM ET
VIENNA (Reuters) - They knew it would be risky to exhibit a homoerotic version of Christ's Last Supper, but curators at museum of Vienna's Roman Catholic Cathedral weren't ready for a barrage of angry messages and calls to be shut down.
ADVERTISEMENT
The source of the dispute, which Austrian media has dubbed Vienna's version of the Mohammad caricature row, is a retrospective honoring Austria's cherished artist Alfred Hrdlicka, who turned 80 earlier this year.
But not everyone has been wishing Hrdlicka a Happy Birthday. And the Cathedral Museum's director and Cardinal Christoph Schoenborn, the archbishop of Vienna, have both come under fire from some museum visitors and Catholic websites.
The Church hastily removed the main picture, "a homosexual orgy" of the Apostles as Hrdlicka describes it.
But the protest has continued, much to the surprise of the small Cathedral Museum which is nestled down a narrow street in Vienna's historic Gothic quarter.
The museum's director defends both Hrdlicka's work and his decision to host the artist's controversial versions of biblical imagery in a museum tied to the Catholic Church.
"We think Hrdlicka is entitled to represent people in this carnal, drastic way," Bernhard Boehler said in his small museum office, across the street from Vienna's imposing St. Stephan's Cathedral.
He said the museum never intended to offend people but that art should be allowed to provoke a debate.
"I don't see any blasphemy here," he said, gesturing at a Crucifixion picture showing a soldier simultaneously beating Jesus and holding his genitals. "People can imagine what they want to."
Boehler says that picture drew particular criticism from some visitors, along with a sculpture of Jesus on the cross without a face or loincloth that some Christians found offensive.
But the most disputed work was 'Leonardo's Last Supper, restored by Pier Paolo Pasolini' which showed cavorting Apostles sprawling over the dining table and masturbating each other.
Hrdlicka says he represented the men in this way because there are no women in the Da Vinci painting which inspired it. Pasolini was a controversial Italian filmmaker and writer who was murdered in the 1970s.
The exhibition has attracted fierce criticism on religion blogs in Austria, Germany and even in the United States, with bloggers denouncing it with terms such as "blasphemy" and "desecration."
"The exhibition should never have taken place. The Director should apologize to Catholics worldwide for this," an article on conservative Catholic website kreuz.net said.
In the United States, conservative columnist Rod Dreher wrote on his widely read religion blog "I wouldn't have guessed that, given his reputation, a man like (Cardinal) Schoenborn would have stood for this abomination for half a second."
The museum took down the Last Supper piece at Cardinal Schoenborn's request just over a week after the 'Religion, Flesh and Power' exhibition opened, leaving a blank black wall at the entrance to the display.
"This has nothing to do with censorship, rather corresponds with the understood "reverence for the sacred," the Cardinal's spokesman said in a statement.
"It is also an act of respect towards those believers who feel this portrayal offended and provoked them in their deepest religious sensitivity." The diocese says the museum's decision to show Hrdlicka's work does not mean it identifies with everything it portrays. Hrdlicka agrees but points out that the Last Supper piece was not intended as a swipe at the Catholic Church. "There was such a reaction to its physicality. For me it was quite surprising the museum wanted to show the piece in the first place," he told Reuters by telephone. "If the Cathedral Museum is having problems now, it's not really my affair, it's for the Cathedral Museum to deal with." He said overall he was pleased with the display and praised the director for being "strong." A communist and atheist, Hrdlicka has said the Bible is the most thrilling book he has ever read and that religious imagery forms a central core to his work. Boehler says the angry emails he has received remind him of how some reacted to Mel Gibson's 2004 film "The Passion of The Christ." In his opinion, critics of the film's violence and physicality also missed the point. "The Crucifixion was brutal and it would be a lie to say everything in our world is nice," he said, pointing out that Hrdlicka is an anti-war activist who has seen the effects of Nazism and violence first hand. "We in Europe have been affected by this and it influences how we see (Hrdlicka's) work." Boehler, like Hrdlicka, says the art debate can be compared to the Danish cartoon row, where an image of the Prophet Mohammad with a bomb in his turban enraged some in the Muslim world who saw it as blasphemous. The angry reaction to Hrdlicka's work has only been verbal and the museum says some Christians have been balanced and support the exhibition, despite disagreeing with the artist's approach. Curator Martina Judt said the exhibition was meant to prompt this kind of balanced reaction. The museum wanted to show that controversial works inspired by religious imagery can be discussed without taboo. "People have said the Catholic Church has become a lot more liberal," she said. "But in the end, the reactions show this perhaps isn't the case."
(Editing by Paul Casciato)

apa itu doa?


beberapa waktu ini aku terusik dengan yang namanya doa. ada yang bilang doa itu simplicity. ada juga yang bilang doa itu harus tutup mata lipat tangan, atau nyalain lilim bahkan dengerin musik yang tenang. baru-baru ini aku dapat email dari seorang teman di jakarta. dia mengatakan bahwa janganlah kita mendikotomikan antara doa dan pekerjaan. mengapa? dia mengatakan bahwa jika itu terjadi maka sering banget kita bikin excuse bahwa kita sibuklah. masih ada urusan lain. dan banyak alasan lain. sementara itu dia ngusulin agar doa itu nyatu dengan kehidupan. dengan setiap kegiatan yang kita lakukan. doa bukan cuma sekadar susunan kata-kata. doa juga bukan sekadar pelampiasan kekesalan atau kebahagiaan. nah,doa jadi semakin sulit buat aku. juga ketika ada orang yang mengatakan bahwa doa itu bukan hanya Allah mendengarkan kita tapi kita juga kita mendengarkan Allah. wuaduhhhh....semakin sulit! kenapa? karena selama ini aku seakan-akan (penggambaran imajinatif) mengisolasi mulut allah namun memasangkan stetoskop pada telinga allah agar suaraku makin terdengar. sampai di sini, aku semakin bingung apa itu doa? walaupun di kampus ada pemahaman alkitab mengenai doa, tetap saja aku merasa sulit untuk berdoa. ya Tuhan...tolong aku...nah, apakah ini sudah bisa disebut doa?